K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

Welcome to Anime World School!

Jumat, 02 Maret 2012

 
moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*Welcome To Anime World School! By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
Seorang gadis dengan perawakan yang tak cukup tinggi—katakanlah sedang-sedang saja—berjalan dengan santai ke arah gedung sebuah sekolah yang sangat megah.
“Anime World School?” gumam gadis itu.
Ia melihat seluruh penjuru gedung dari gerbang depan tepat dimana ia berdiri. “Jadi, disini kah aku akan tinggal?”
...
“Ehem! Maaf nona! Kau siapa?”
“Eh?”
Gadis itu membalikkan badannya dan ia melihat seorang gadis yang—bisa dibilang—lebih tinggi darinya. Tubuhnya yang proporsional, rambutnya yang agak keriting, serta kulitnya yang putih mulus membuatnya semakin cantik.
“Siapa kamu?” tanya gadis yang tinggi itu. Sebut saja, Ai.
“Aku Hana.. aku siswi baru di sekolah ini...”
“Ah, aku Ai! Salam kenal ya! Hey, sebaiknya, kau persiapkan jantungmu dari sekarang, Hana! Hahaha!”
“Hm? Untuk apa?”
“Di sekolah ini, banyak laki-laki tampannya lho!”
“Hah?” Hana sweatdrop dengan sukses.
“Iya! Tak heran murid-muridnya tampan, kepala sekolahnya saja paling tampan! Kyaaa!”
“Oh? Err, kurasa begitu..”
Hana mencoba mengingat-ngingat proses saat ia memberikan berkas-berkas pada kepala sekolahnya menjelang kepindahannya. Boleh dibilang, kepala sekolah yang sok cool itu cukup tampan. Tapi jika sampai fangirling seperti Ai, sepertinya agak berlebihan.
“Oh iya, Hana! Kalau kau ingin ikut kegiatan organisasi, silahkan saja! ada banyak disini! Atau jika kau ingin ikut kegiatan OSIS, aku bisa membantumu, karena aku juga anggota OSIS disana! Aku bertugas sebagai sekretaris!” jelas Ai dengan wajahnya yang berseri-seri.
“Hmm, aku rasa itu bisa kupertimbangkan nanti... terima kasih atas tawarannya!”
“Ah, jangan sungkan-sungkan! Hehe...”
“Ngomong-ngomong, kau di kelas mana?”
“Seharusnya aku yang bertanya begitu... err, aku ada di kelas 2-1! Kalau perlu aku, datang saja ke kelas! “
“Oh, baiklah!”
“Aku sebaiknya pergi! Akan ada rapat OSIS sebentar lagi! Dah!”
“Dadah!”
Maka Ai pun pergi dengan riangnya.
“Baik, aku juga harus semangat!” pikir Hana, lalu memantapkan langkahnya menuju sekolah.
*skip time...*
~kelas 2-2~pkl 07.00~
Bel tanda masuk sudah berbunyi. Pertanda bahwa kelas sudah harus dimulai. Beberapa siswa di kelas 2-2 masih ada yang mengobrol-ngobrol.
“Hey! Tahu tidak? Katanya, di kelas kita akan ada murid baru!” sahut seorang gadis dengan kunciran kudanya yang bernama Inglid.
“Iya, aku dengar, dia pindahan dari sekolah lain yang cukup jauh dari sini! Apa ya? Hmm, aku juga agak lupa namanya!” ujar temannya yang lain dengan kacamata yang membuat wajahnya semakin manis, yaitu Mizu.
Dan ketika tengah asyik mengobrol, suara yang menggemparkan kelas pun muncul!
BRAK!
Dobrakan pintu yang keras menggema di kelas 2-2. Ya, yang mendobrak pintu itu adalah wali kelas mereka, Pak Ryo. Salah seorang guru killer dari yang terkiller, bahkan lebih killer dari pada guru killer di sekolah nyatanya author. Mungkin bisa dibilang, sesadis Hiruma Youichi—Eyeshield 21—.
Semua murid pun beranjak duduk dengan perasaan tegang.
“Pagi anak-anak!” sapa Pak Ryo.
“Pagi Paaak..” sahut seluruh siswa dan siswi disana.
“Pagi ini, kita kedatangan murid baru! Hey, murid baru! Masuk ke dalam cepat!!”
Semua murid sweatdrop.
...
Hana pun memasuki kelas dengan sama takutnya pada Pak Ryo.
GLEK!
Dia meneguk ludahnya pelan. ‘Aku harus berani!’ teriaknya dalam hati.
Tak lama kemudian, Hana pun berdiri di depan kelas. Ia menatap semua murid disana yang tengah memperhatikannya dengan wajah penasaran.
“Nah, cepat perkenalkan siapa kau karena aku akan segera memulai pelajaran!” sahut Pak Ryo sarkatis.
“B-baik!” ujar Hana. “A-aku Hana... aku pindahan dari Seika. Alasan aku pindah kemari, karena urusan pekerjaan orang tuaku. Selain itu—“
“Cukup!! Waktumu habis, dan cepat cari tempat duduk!”
“I-iya!!”
Maka dengan rasa tegang, ia cepat-cepatmenduduki tempat duduk yang kosong. Dia duduk tepat diantara Mizu dan Inglid di dekat jendela.
“Sabar ya, dia memang begitu...” sahut Inglid—dengan berbisik tentunya—.
“I-iya...” ujar Hana memaklumi.
“Aku Inglid! Dan yang ada di sebelahmu itu, Mizu!”
Hana menoleh kearah Mizu yang tengah tersenyum manis padanya.
“Ah salam kenal Inglid, Mizu..”
Dan mereka memutuskan menunda perkenalan. Karena jika sampai Pak Ryo mengetahui mereka mengobrol saat jam pelajaran, habislah mereka.
*skip time waktu belajar.....*
Sudah saatnya pulang! Err, mungkin bisa dibilang saatnya kembali ke asrama. Karena sekali sekolah disini, maka ia harus tinggal di dalam asrama yang telah disediakan oleh pendiri sekolah selama 2 semester atau hingga lulus.
Dan ketika dalam perjalanan menuju kamar, Inglid, Mizu, dan Hana bercakap-cakap sedikit mengenai kepindahan Hana ke Anime World School—atau singkatnya AWS—.
“Wah, pasti kau sangat senang ya sekolah diluar AWS!” ujar Inglid saat mendengar cerita Hana yang dulu sekolah di Seika.
“Iya, lumayan... tapi suasananya kurang menyenangkan, jadi aku rasa, aku juga ingin sekalian mencari suasana baru disini! Hahaha...” sahut Hana sambil tertawa garing.
“Tapi di AWS peraturannya cukup ketat lho!” Mizu mulai berkomentar. “Apalagi, soal aturan pembayaran pajak wilayah anak-anak anggota geng kelas 3!”
“Geng? Ternyata disini juga ada geng ya? Aku kira hanya ada di Seika! Hahaha...” Hana tertawa dengan polosnya.
“Yang namanya geng pasti selalu ada dimana-mana, Hana...” Inglid sweatdrop.
“Apalagi kepala gengnya! Uh, dijamin deh! Kamu pasti langsung takut melihat dia!” Mizu semakin mengompori.
“Memang yang mana sih kepala gengnya?” tanya Hana.
TAP TAP TAP
“ITUUU!!” Inglid dan Mizu menunjuk ke arah yang sama.
Hana menolehkan pandangannya ke arah yang dituju.
....
Seorang pria dengan memakai sweater dan celana jeans, bertubuh tinggi besar berdiri di hadapan tiga gadis itu.
“Oh, jadi kau murid barunya?” tanya pria itu dengan suara yang cukup berat.
Hana memasang wajah datar. “Iya, kenapa?”
“Kau pasti sudah tahu kan, aku ini siapa? Aku adalah, Shujin! Kepala geng kelas 3 di AWS! Aku harap, kau sudah mengerti bagaimana sikapku ketika menagih pajak wilayah pada tiap siswa! Jadi, aku tak perlu repot-repot menjelaskannya padamu!”
“Iya, aku mengerti kok...”
“Nah, kalau begitu, untuk keringanan, aku minta kau membayar pajak sekarang! Khusus murid baru, aku rasa dipotong saja setengahnya! Bagaimana?”
“Aku tidak mau...”
“Apa?!”
“Aku bilang aku tidak mau...”
“Berani sekali kau!”
...
“Hey kalian!!” suara yang cukup keras dan lantang muncul tak jauh dari tempat kejadian saat ini. Seorang pria dengan tubuh yang sama tinggi besar, memakai seragam guru, berjalan menghampiri.
“Wah, itu Bapak Wakasek!!” sahut Inglid dan Mizu histeris seperti sedang melihat artis korea yang datang ke Indonesia.
“Ada apa ini?” tanya wakakasek itu, atau sebut saja Pak Arie. “Dan kenapa murid baru juga ada disini? Ditambah lagi bersamamu, Shujin!”
Shujin menanggapi dengan malas. “Aku hanya mencoba memperkenalkan budaya di sekolah kita, Pak! Supaya dia cepat terbiasa!”
“Terbiasa darimana? Jangan mencoba mengekang siswi baru dengan penagihan pajak wilayahmu yang konyol itu! Cepat kembali ke kamarmu! Lagipula ini koridor siswi kelas 2!’”
“Tch, iya iya...”
Maka Shujin pun pergi dengan malas. Mungkin ditambah kecewa juga, karena ia gagal mendapatkan pajak hari ini.
“Terima kasih Pak..” ujar Mizu, Inglid dan Hana bersamaan.
“Tak apa... sebaiknya, kalian cepat kembali ke kamar, sebelum ia kembali menagih pajak.. ah, aku sudah pusing bagaimana menangani anak itu...”
...
“Kurasa aturannya harus diperketat lagi Pak..” seorag laki-laki dengan perawakan tinggi dan memiliki rambut blonde yang cukup lebat—tapi memberikan efek cool—tiba-tiba saja datang menghampiri.
“Ah, Seiji...” sahut Pak Arie dengan senyum. “Oh iya, Hana, perkenalkan, ini adalah Seiji, murid terpintar dan anak dari kepala sekolah disini...”
Hana melihat Seiji dengan tatapan mencurigai.
SRET
Seiji mengulurkan tangan kanannya. “Aku Seiji... salam kenal...”
Hana pun menjabat tangan Seiji. “Salam kenal juga.. aku Hana..”
“Kyaaa~” Mizu dan Inglid bersorak-sorak pelan dari belakang Hana. Nampaknya dia merupakan pujaan para gadis di sekolah ini. Ditambah lagi, dia adalah anak dari kepala sekolah. Tentu saja banyak gadis yang akan jatuh cinta padanya.
Jabatan tangan pun dihentikan.
“Nah, Seiji, antar ketiga gadis ini ke kamar mereka ya?” sahut Pak Arie yang kemudian pergi dengan terburu-buru. Sepertinya masih ada tugas yang harus ia kerjakan.
Hana dan Seiji bertatapan sejenak.
“....”
“....”
Hening....
“Baiklah..” Seiji akhirnya angkat bicara. “Kuantar kau ke kamar...”
Maka Seiji, Hana, Inglid, dan Mizu, pergi menuju kamar masing-masing.
*kemudian...*
~di depan kamar Hana~
“Sudah, sampai sini saja...” ujar Hana pada Seiji.
“Perlu kuantar sampai dalam?” Seiji menyeringai jahil.
“Maumu! Sudah sana!”
“Iya iya...”
Tiba-tiba....
“Seijiiiiiiii!” seorang siswi dengan perawakan yang cantik dan manis datang dan tiba-tiba merangkul Seiji! “Seijiku sayaang, ayo kita ke lapangan! Pertandingan persahabatan antar tim basket 2-1 dan 2-3 yang kupimpin akan segera dimulaiii! Aku tak ada teman! Temani yaaa? Ya? Ya? Ya?”
Hana sweatdrop. Dilihat-lihat, sepertinya dia ini kekasih Seiji.
“Err, baiklah, baik...” ujar Seiji agak kaku. Kenapa dia?
“Hm?” gadis itu melirik ke arah Hana. “Oh, kau pasti murid baru itu ya? Aku Puti! Ketua tim basket kelas 2-3 dan ketua umum klub basket di sekolah ini! Salam kenal!” ia tersenyum.
‘Cantik.. sepadan dengan Seiji yang memang tampan... ah, pasangan ini lucu sekali..’ Hana ikut tersenyum. “Aku Hana, salam kenal...”
“Eh, Hana! Mau ikut melihat pertandingan basket kelasku? Kalau perlu, sebagai bonus tontonan, aku akan ikut bermain di laga kali ini! Bagaimana?” tawar Puti.
“Hmm, bagaimana ya? Baiklah, aku ikut!” lumayan daripada tak ada kerjaan.
*sesampainya di lapangan basket...*
“Wah, lapangan basketnya luas...” ujar Hana terkagum-kagum dengan fasilitas di sekolahnya yang baru ini. ‘Bahkan antara lapangan basket, voli, dan sepak bola dipisah... punya lapangan masing-masing.. hebat...’
“Nah, Hana!” Puti datang ke lapangan dengan menggunakan seragam basketnya. Tangannya dan jemarinya yang lihai memainkan bola basket itu terekspose secara terang-terangan. “Perhatikan sang ahli beraksi...” ia menyeringai. Sepertinya semangatnya sedang tinggi.
“Berjuanglah!” ujar Hana tak kalah semangat.
PRRIIITT!
Pertandingan pun dimulai! Puti menguasai bola, dan ia maju menerobos lawan yang menghalanginya dengan lincah.
“Wah, pacarmu hebat ya, Seiji!” ujar Hana terkagum-kagum.
“Yah, dia memang ketua tim basket terbaik sepanjang sejarah....” Seiji tersenyum. Sepertinya dia juga bangga terhadap kekasihnya ini.
TENG TENG!
PRIITT!
“Score untuk kelas 2-3!” ujar sang wasit.
“Waaah, Puti hebat!!” Hana melompat kegirangan.
“Kau ini berlebihan sekali...” Seiji sweatdrop.
“Huh, pacarmu kan sangat hebat, Seiji! Kenapa kau tak ikut memberinya sorak?”
“Aku sudah terlalu sering melihat pemandangan ini... jadi kurasa sudah tak aneh juga bagiku.. bahkan kalau boleh jujur, aku bosan...”
“Eh? Bosan? Kenapa?”
“Jika ia terus-terusan menang, dan tak pernah kalah, ia tak akan bisa introspeksi diri... dan selain itu, jika dia terus menerus merasa senang, kapan ia akan membagi kesedihannya untukku? Justru setahuku, gunanya seorang kekasih itu untuk selalu menemani disaat suka dan duka kan? Suka sudah terlalu sering kurasakan bersamanya.. tapi duka, rasanya belum pernah sama sekali.. aku ingin aku ini berarti lebih baginya..”
“Seiji...”
“Ah, apa yang kubicarakan? Sudah, lupakan saja...”
Hana pun diam, dan kembali memperhatikan jalannya pertandingan.
...
PUK
Seorang pria dengan tampang yang tak kalah tampannya—meski sedikit terlihat dewasa—menepuk bahu Seiji dari belakang. “Seiji...”
Seiji menoleh. “Ayah?”
Oh Tuhan, itu kepala sekolah!
“Selamat siang Pak...” ujar Hana dengan hormat.
“Iya, selamat siang...” balas Pak kepsek, atau sebut saja Seta.
“Ada apa ayah?” tanya Seiji.
“Ayah ingin bicara denganmu... ikut ayah ke kantor..”
“Baik..”
Maka Seta danSeiji berlalu dari lapangan. Hana memperhatikan, dan entah kenapa, ia merasa harus mengikuti mereka berdua! Menguping? Oh, itu tak baik! Tapi apa boleh buat? Untuk menghilangkan rasa penasaran tak ada salahnya!
Dan dengan memastikan Puti tak melihatnya berlalu, ia pun lari menembus kerumunan orang-orang yang tengah menonton jalannya pertandingan.
*skip time...*
~di depan ruang kepala sekolah~
Hana memutuskan untuk menguping pembicaraan pribadi antara ayah dan anak ini. Mungkin dia bisa saja mati kena hukum oleh ketua OSIS bila ia ditemukan menguping di ruang kepsek. Tapi apa boleh buat, rasa penasaran sudah terlanjur menyelimutinya.
~di ruang kepsek~
“Aku ingin melanjutkan pembicaraan kita yang kemarin, Seiji...” ujar Seta memulai pembicaraan. Atau tepatnya, Bapak Seta. Tapi ia terlihat masih muda, jadi sepertinya Seta saja. atau mungkin kakek Seta? *abaikan*
“Ya, lanjutkanlah...” sahut Seiji serius.
“Aku telah mencoba meneliti di laboratorium pengawas tentang kedatanan murid baru itu, dan kurasa, dia memang pilihan yang pas...”
“Jadi, bagaimana? Kita langsung rekrut semua sekaligus?”
“Ini kondisi mendesak, jadi kurasa, memang sebaiknya secepat mungkin kau rekrut mereka semua...”
“Hmm, biar kupastikan... lima perempuan, dan lima laki-laki kan?”
“Iya... dan ingat, kau termasuk salah satu diantara mereka...”
“Baik...”
“Semoga saja, ini bisa membantu kita dalam mempertahankan sekolah ini..”
“Bagaimana dengan kerajaan Nowheresville? Apa mereka sudah sepakat dengan negosiasi yang kau berikan?”
“Belum.. tepatnya, tidak.. mereka tetap ingin menguasai sekolah ini.. ah, ini salahku juga, telah menyimpan benda berharga warisan keluarga kita di sekoah ini...”
“Apakah belum terlambat untuk menghancurkan benda itu? Aku rasa jika benda itu dihancurkan, mereka tak akan mengincar sekolah ini lagi...”
“Sekalipun benda itu tak ada, mereka akan tetap mencoba menguasai sekolah ini! Karena di dalam sekoah ini, semua siswanya cocok untuk mereka jadikan budak...”
“Bahaya...”
“Ya... aku sudah bingung, dan kurasa memang ini satu-satunya cara...”
“Serahkan padaku! Akan kuusahakan!”
“Iya, aku menggantungkan nasib sekolah ini padamu, nak...”
“Baik ayah!”
~di depan pintu kepsek~
CKLEK
Seiji membuka pintu ruangan, lalu menutupnya kembali. Rasa kaget menyertainya ketika ia melihat Hana tepat disamping pintu sambil menyandar ke dinding dengan tampang curiga.
“A-apa yang kau lakukan?” tanya Seiji.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa naku dibawa-bawa dalam urusan kalian? Benda yang kalian maksud.. benda apa itu?” Hana langsung memberikan segudang pertanyaan.
“Hmph, jangan disini, mari di tempat lain...”
Maka Hana dan Seiji pergi ke taman belakang sekolah.
~di taman~
“Tolong, terima ini...” Seiji memberikan sebuah cincin pada Hana.
“Hah?! Apa kau gila?! Kita masih sekolah kau sudah berani melamarku?! Kita bahkan belum kenal dekat!!”
“Jangan bodoh!! Siapa yang mau melamarmu?! Ini bukan cincin biasa, cincin ini berguna suatu saat nanti untuk masa depan sekolah ini...”
“Hah? Apa?”
“Dengan cincin ini, kau memiliki kekuatan yang spesial!”
“Apa itu?”
“Kau akan tahu, jika sudah tiba saatnya... lihat?”
Seiji memperlihatkan cincin yang ia gunakan di jari manisnya. Warnanya perak dengan permata kecil berwarna hijau diatasnya.
“Indahnya...” mata Hana berbinar melihat cincin itu.
“Aku juga memakainya satu. Jika sekalinya kau pakai, maka cincin ini tak akan bisa lepas jika misi kita belum selesai...”
“APA?!?”
“Cepat pakai!”
“Aku tidak mau!! Aku tak mau terlibat dengan misi bodohmu itu!!”
“Jangan bilang begitu, cepat pakai!!”
“Aku tak mauuu!!”
“Baiklah, ini!”
Seiji memberikan cincin itu pada Hana—belum dipakaikan lho—. “Simpan baik-baik.. jika kau merasa ingin memakainya, dan berubah pikiran, segera hubungi aku... akan kuberikan nomor teleponku, atau kau bisa datang ke kelasku di kelas 2-4...”
Hana hanya diam. ‘Bagaimana ini?’
*sementara itu...*
Dengan jarak yang cukup jauh dari AWS, sebuah kerajaan kegelapan dengan nama Nowheresville berdiri dengan kokohnya.
Seluruh isi kerajaan adalah vampire! Karena itu, kerajaan ini tak pernah disinggahi orang-orang kecuali bagi mereka yang sudah menyerah pada hidup dan ingin memberikan darahnya pada vampire disini.
Dan dimana ada kerajaan, pasti ada raja dan ratu, bukan?
Dan disinilah mereka.
Duduk dengan angkuhnya diatas kursi kerajaan.
Tak lama kemudian, seorang gadis cantik dengan wajah yang pucat datang menghampiri raja dan ratu. “Ayah! Ibu! Kapan kita akan bermain ke sekolah itu lagi? Aku ingin bertemu pangeran idamanku!” sahut psang permaisuri dengan nama, Ochi.
“Sebentar lagi nak... sebentar lagi, kita akan mendapatkan sekolah itu, dan mengambil banyak darah segar...” sahut sang ratu dengan angkuhnya, sebut saja Kaori.
“Ahh, aku juga sudah lapar!! Aku tak sabar ingin meminum banyak darah! Sebaiknya, kita percepat pergerakan kita, sebelum semuanya terlambat! Dan pastikan, seluruh pasukan siap! Kita akan lakukan penyerangan besok!” ujar sang raja yang memiliki perut maju bebera senti—gendut—.
“Baik! Akan kuberitahu mereka!” ujar Ochi riang, lalu tertawa senang. Ia pun berjalan meninggalkanruangan raja dan ratu dan menuju markas para pasukan besar vampire kerajaan. “Kukuku, darah segar, aku dataaang...”
~*TO BE CONTINUED*~
.

Keep Spirit Up!
Hana-chan

0 komentar:

Posting Komentar