K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

The Moment When I Look Into Your Eyes

Jumat, 16 Maret 2012

 
moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*The Moment When I Look Into Your Eyes By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
~Kastil Nowheresville; lantai 4~
DUAR!!!
Hana menembakkan laser gothic miliknya pada Seiji!
Apakah riwayat hidup Seiji berakhir sampai di sini?
Jawabannya tidak.
Seiji terlihat masih tetap hidup dengan cara melindungi dirinya menggunakan perisai yang terbuat dari batang pohon.
“Ha-Hana.. kekuatanmu meningkat beberapa kali lipat…” gumam Seiji kaget.
“Tch..” Hana nampak kesal dan melompat mundur mengambil jarak. Takut Seiji memberikan serangan balik padanya.
Seiji pun mulai beranjak berdiri sambil tetap tak menghilangkan perisainya.
“Hana… sadarlah…” ucap Seiji.
“….” Hana hanya diam dengan tampang dingin.
“Hana… kumohon…”
“….”
“Hana, cobalah kau ingat hari-hari itu! Hari dimana kita pertama kali bertemu… kau terlihat sangat lugu, dan kau juga nampak sangat membenciku.. haha, dan jujur saja, aku senang diperlakukan seperti itu olehmu…”
“….”
“Aku juga senang… dengan masa-masa yang sudah kita lewati bersama…”
“Kau..”
“Eh?”
“Kau bicara seolah-olah itu adalah kata-kata terakhirmu..”
“Hana…”
“Tapi kurasa, itu memang benar…”
“A-apa?!”
“Kurasa, kau memang mengucapkan itu karena kau siap untuk mati..”
“Tidak… aku tak berniat mati di sini.. di tempat yang menjijikan seperti ini.. aku tak sudi!”
“Tch, jangan berani-berani kau mengejek Nowheresville!!”
“Hah?! Kau…”
“Nowheresville adalah kerajaan yang sudah dibangun berabad-abad… sejarah di sini begitu melekat kuat, dan aku tak akan sudi jika kau mengejeknya begitu saja!”
“Hana, apa yang kau bicarakan?! Ini.. ini bukan tempatmu! Tempatmu bukan di sini! AWS! AWS lah tempat yang cocok untukmu, Hana! Kau tak perlu melindungi tempat macam ini!”
“Diam kau! Kau tak tahu apa-apa tentang Nowheresville! Jangan sembarangan bicara! Justru…. Justru AWS lah… AWS bukan lah tempat yang cocok untukku!!”
“A-apa…katamu?!”
“Orang-orang di sana begitu bodoh! Mereka lemah tak berguna! Bahkan aku kira penyihir terkuat mereka sang anak kepala sekolah yang katanya legenda itu, terlihat sangat sangat lemah di hadapanku!”
“Ini bukan masalah legenda atau bukan…” Seiji menghilangkan perisainya, dan mengacungkan tongkatnya.  “Tapi.. ini masalah kenangan yang hilang dari otakmu itu!”
“Kenangan?”
“Aku pikir, mungkin aku bisa menyadarkanmu dengan mengingatkan kau akan memori kita di AWS… tapi… sepertinya kata-kata saja tak cukup…” Seiji menunjuk Hana tepat dengan tongkat berpermata hijaunya. “Sepertinya sedikit sentuhan cinta baru akan bekerja padamu, Hana..”
Hana menyeringai. “Coba kalau kau bisa…”
*sementara itu…*
~Fuji and Mizu’s battlefield~
Fuji dan Mizu tengah bersiap untuk bertarung dengan Anchi. Aura pertarungan yang sangat intens benar-benar sudah terasa!
“Aku tak menyangka akan kembali melawan kalian lagi…” ujar Anchi dengan senyum angkuhnya.
“Senang bertemu denganmu lagi…” balas Mizu. “Kali ini, akan kupastikan kau yang tercekik!”
“Hmph, menarik!”
“Aku juga…” Fuji ikut berkomentar. “Aku juga akan memastikan bahwa kali ini, tanganmu tak akan pernah bisa tersambung lagi!”
“Kita lihat saja!” Anchi mengambil sebuah seruling lalu meniupkan beberapa melodi.
Fuji dan Mizu meningkatkan kewaspadaan mereka.
“Hati-hati, Mizu..”
“Baik, Fuji..”
Terlihat berkat alunan melodi itu, belasan vampire muncul dari dalam tanah!
Mizu kaget bukan main. “A-ada vampire muncul dari tanah!!”
“Sial, ini tak akan bisa menghalangiku!” Fuji mulai maju lebih dulu ke arah pertempuran. Ia menebas setiap vampire yang ada di depannya dengan pedang hitamnya. “Mizu, bantu aku!”
“B-baik!” Mizu mulai maju juga, dan menembaki setiap vampire itu dengan laser ungunya. Ya, mungkin sedikit sulit bagi Fuji dan Mizu, yang dimana kita tahu, mereka belum menguasai elemen milik mereka sepenuhnya.
“Sial, padahal pasukan vampire nya sedikit, tapi kenapa begitu sulit mengalahkan mereka?!” Fuji nampak kewalahan sementara ia terus menebaskan pedangnya pada vampire yang belum kunjung mati itu juga.
“Hahahaha!” tawa Anchi membahana. “Dasar penyihir bodoh! Sepertinya meskipun kalian kuat, kalian tetap tak menyadarinya bukan? Otak kalian benar-benar lemah!”
“Apa?!” Mizu menyahut sambil terus menembakkan lasernya.
“Meski jumlah vampire sedikit, namun dengan bertambahnya tingkat kekuatan mereka, mereka tetap tak terkalahkan!”
“Bertambahnya tingkat kekuatan?” Fuji berpikir sambil tetap menebaskan pedangnya. “Jangan-jangan?!”
“Terlambat untuk menyadarinya!” Anchi langsung terbang tinggi dan membuat pola huruf X dengan merentangkan kedua kaki dan tangannya.
“Pola apa itu? Aku baru melihat tekniknya yang seperti itu!” ujar Mizu.
Anchi menarik nafas dalam-dalam, dan mencoba memfokuskan pikirannya.




WHUSSSH
Bunga-bunga mawar berwarna hitam perlahan muncul dan mengelilingi Anchi! Ini seperti lingkaran dengan huruf X di dalamnya!




Angin pun terasa lebih kencang!




“Akan kutunjukkan… keindahan mawar yang sebenarnya!” Anchi kemudian mengarahkan kaki dan tangannya ke depan, percis seperti pose ketika kita akan pemanasan saat olah raga dengan gaya mencium lutut. Hanya saja, bagian telapak tangan dan kakinya ia buat seperti ujung kelopak bunga mawar yang hendak mekar. “Spiral Blade Rose!!”
Kumpulan mawar yang mengelilingi Anchi tadi langsung maju menuju Mizu dan Fuji membentuk tornado versi horizontal!
“Fuji, awaaas!!”
“Mizuuu!”
BZT SRET CLEB CLEB
Mawar-mawar itu ada yang menggores lengan dan kaki Mizu, ada juga yang merobek sebagian baju Fuji dan tertancap tepat di bahunya!
“Ah, sayang sekali meleset… kukira akan pas di bagian vital…” pikir Anchi.
“Itte!” Fuji langsung terduduk lemas dan mencabut mawar itu. Sedangkan Mizu yang berniat menolong justru malah terhalang oleh vampire-vampire yang terus menyerangnya.
“Fuji, kau baik-baik saja?!” sahut Mizu sambil terus bertarung dengan pasukan vampire.
“Y-yah… mungkin…” ujar Fuji sambil menahan rasa sakit. Ia memperhatikan mawar itu sejenak. ‘Apa?! Tidak ada racun? Apakah ini… baru pemanasan saja? Tapi… dia jelas-jelas bilang kalau dia mengincar bagian vital.. atau mungkin.. racunnya belum bereaksi?’
“Baiklah…” Anchi kembali memasang pose yang sama. “Kali ini, kupastikan kau kena!”
WHUUSH
Bunga-bunga itu kembali menyerang!
CLEB CLEB CLEB
Tiga bunga menancap sekaligus di kedua bahu Mizu juga lengannya. “Sial!” gerutu Mizu yang kemudian mengambil jarak dari pertarungan untuk mencabuti mawar-mawar itu.
Fuji nampak menganalisa keadaan sambil tetap bertarung. ‘Kenapa? Kenapa yang tertancap pada Mizu juga tidak beracun? Tidak mungkin ribuan mawar yang datang dengan gaya spiral begitu tidak tepat sasaran mengenai daerah vital! Ada yang tidak beres… kenapa?! Apa jangan-jangan.. dia melakukannya dengan sengaja?! Apa yang dia rencanakan?!’
“Hmm, baiklah, akan kupastikan kena kali ini!” Anchi kembali memasang pose yang sama!
“Tak akan kubiarkan!!” Mizu langsung menembakkan laser ungunya pada Anchi!
PSYUU~
DUAR!
BRUK
Anchi terkena tembakan Mizu, dan langsung jatuh! Namun terlihat, dia kembali bangkit perlahan.
“Keh, tidak buruk…” ujar Anchi. “Kau sudah bisa membaca pola seranganku…”
“Pola serangan dengan taktik yang sama hinga dua kali berturut-turut…” Mizu menyahut. “Aku tak akan tertipu dengan trik yang sama hingga ketiga kalinya!”
“Hahaha, justru dari awal hingga sekarang, kau masih tetap tertipu!”
“A-apa?!”
PSYUU~
BLEDAR
Fuji langsung memusnahkan seluruh pasukan vampire dalam sekejap dengan laser yang ia keluarkan dari pedangnya. Ia pun bergegas menghampiri Mizu.
“Mizu, kau tidak apa-apa?!” tanya Fuji pada kekasihnya itu.
“Fuji…” Mizu nampak berpikir serius. “Sepertinya.. dari awal ada yang tidak beres…”
“Yah… aku juga berpikir begitu…”
“Bagaimana ini?”
“Entah… aku juga tak tahu… dan entah kenapa juga, semua vampire itu mendadak bisa hilang dengan mudah…. Padahal awalnya sulit sekali…”
“Ini mulai berbahaya!”
“Jangan panik! Kita harus tetap tenang!”
“Hahahaha! Tak kusangka kalian benar-benar bodoh!” ejek Anchi. Ia pun sepertinya bersiap untuk menggunakan taktik baru lagi, mengingat taktiknya yang pertama sudah jelas terbaca pergerakannya oleh Mizu.
Anchi kali ini tidak terbang, dia tetap berdiri di posisinya. Mizu dan Fuji perlahan bangkit juga meningkatkan kewaspadaan.
‘Aku tak akan biarkan dia kali ini!’ batin Mizu.
“Baiklah….” Anchi kembali memasang tampang serius. “Kali ini, aku akan benar-benar memulai pertarungan!” Anchi membuat lambang salib dengan kedua tangannya. Ia pun perlahan memfokuskan pikirannya, dan menarik nafas dalam-dalam. Namun, Mizu dan Fuji tentu tak tinggal diam. Mereka langsung berlari menghampiri Anchi untuk menggagalkan tekniknya.
Namun…
Terlambat…

“Bara no…”

“Eh?!” Fuji tersontak kaget dengan aura yang tiba-tiba datang! Sangat… menyeramkan!

“….KUROSU!!!”
DRRR DRRRR
Guncangan dahsyat langsung datang! Mizu dan Fuji yang tengah berlari pun otomatis berhenti!
“A-apa yang terjadi?!” Fuji nampak bingung dan panik.
“Apa dia memanggil gempa?!” pikir Mizu.
SSSREK!
Tiba-tiba, muncul dua mawar raksasa yang saling menyilang membentuk salib!
“B-besarnya!!” Mizu tersontak kaget.
“Kaze no….” Anchi kali meregangkan tangannya dan kemudian bertepuk satu kali. “…PURU!!”
WHUUUSH!!
Angin kencang tiba-tiba datang lalu menarik Fuji ke dalam salib mawar itu! Fuji pun terikat di mawar yang berdiri vertikal oleh mawar yang awalnya posisi horizontal.
“S-sial!!” gerutu Fuji berontak.
Namun, ternyata jurus Anchi belum selesai sampai disitu! Dia kemudian mengambil setangkai bunga mawar hitam dan kali ini dapat dipastikan beracun karena terlihat ada tetes cairan ungu keluar dari bawah tangkainya.
“Hahaha, kalian masuk ke dalam perangkapku dengan mudah!” ujar Anchi.
“Apa?!” Mizu heran.
“Mulai saat kita bertarung, aku tak melihat sedikitpun perkembangan dari kalian sejak  pertemuan kita di AWS… bahkan vampire-vampire itu hanya kutingkatkan kekuatannya satu level di atas kalian… tapi kalian tetap kewalahan!”
“Meningkatkan satu level vampire diatas kita? Jangan-jangan—“
“Tch, bahkan kalian terlambat menyadarinya!”
‘Begitu rupanya!’ Fuji seakan menyadari satu hal. ‘Ternyata melodi yang dikeluarkan dari seruling itu merupakan melodi yang gunanya untuk meningkatkan kekuatan vampire untuk naik satu level lebih tinggi dari sebelumnya! Luar biasa.. hanya dengan seruling…’
“Ditambah lagi…” Anchi kembali berbicara. “Dengan kondisi kalian yang semakin melemah karena mawar-mawarku yang sebelumnya, akan semakin memperburuk keadaan kalian! Terutama.. bagi si pengguna pedang itu.. hahaha!”
“Mawar?” Mizu nampak berpikir sejenak. “Jangan-jangan… mawar tadi sengaja ditusukkan meleset untuk memperlambat gerakan kami?!”
“Salah..”
“Eh?”
“Justru sebaliknya…”
“Hah?!”
“Aku justru berbaik hati membantu kalian meningkatkan level kekuatan kalian menjadi setara dengan vampire-vampireku itu.. maka dari itu lah, kalian berhasil mengalahkan mereka semua…”
“Apa…apa yang sebenarnya kau rencanakan?”
“Aku ingin menghadapi pertarungan yang sebenarnya! Bukan bermain-main dengan penyihir amatiran seperti kalian yang malah membuang waktuku! Lebih baik kalian segera kubereskan, agar aku bisa segera kembali ke kastil dan membantu nona Ochi!”
“Amatiran…. Katamu?”
“Cukup bicaranya! Aku muak melihat wajah kalian!”
Anchi langsung melemparkan mawarnya, dan seketika ia mengucapkan, “Henge!”
BOFT
Mawar itu berubah menjadi tongkat sihir! Warna batangnya hitam, ditambah dengan aksen bunga mawar berwarna merah darah yang menghiasi tongkat itu.
Mizu dan Fuji—yang terngah terikat—kaget bukan main. Jurusnya sama seperti Inglid, mengubah suatu benda!
Kutekankan sekali lagi, SAMA!
“Jurusnya… sama seperti Inglid!” gumam Mizu antara kaget, panik, heran yang bercampur aduk.
Anchi langsung melompat tinggi dan mengayunkan tongkatnya ke arah Fuji yang sedang terikat kuat dan mengucapkan mantra, “Yudokuna Bara!”
PSYUUU~
Ribuan mawar beracun datang ke arah Fuji! Fuji yangdalam keadaan terikat sulit untuk meraih pedangnya. Ikatannya dilapisi dengan sihir, jadi tidak mungkin bisa sembarangan dipotong. Dan itu berarti, Fuji dalam bahaya!
“Tidak!” Mizu langsung berlari dan dan menggenggam tongkatnya kuat-kuat. Fuji menutup kedua matanya. Pasrah. “Fuji! Fujii!! FUJIIII!!!”
CRIIING
“Eh?” Mizu yang terlihat sudah mengeluarkan air matanya, kaget melihat kartu elemennya melayang tepat di depannya. “Ini… elemenku…”
“A-apa yang terjadi?!” Anchi kaget bukan main. Terlebih lagi ketika ia melihat ribuan mawar beracunnya menghilang akibat suhu dingin berlebih dan aura yang keluar dari kartu elemen salju itu. Rasanya seperti di kutub! Anchi sempat menggigil, “D-dingin sekali! Tapi…. Kenapa gadis itu tidak merasa dingin sedikitpun?! Dan kenapa pria pengguna pedang itu juga?!”
“Dengan elemen ini….” Mizu mengambil ancang-ancang. “Dengan elemen ini, aku akan menolong dan melindungi Fuji!”
PRANG!
Mizu langsung memecahkan kartu elemennya dengan tongkat sihir miliknya. (Jika kalian bingung, bisa kalian bayangkan seperti saat Narukami dkk di Persona 4 mengeluarkan personanya dengan Arcana masing-masing. Hanya bedanya, di fic ini Seiji dkk menggunakan tongkat)
Aura dingin langsung terpancar dari tubuh Mizu sesaat setelah ‘memasukkan’ elemennya ke dalam tongkatnya. “Ini… kekuatanku?” gumam Mizu tidak percaya.
“Luar biasa, Mizu…” Fuji tersenyum bangga.
Mizu menoleh ke arah Fuji, dan ikut tersenyum juga. “Terima kasih…”
Anchi terlihat mulai geram sambil menggenggam tongkatnya kuat-kuat. “Hahahaha! Baiklah, kurasa sekarang kita sudah setara! Jadi, kita lihat siapa yang terbaik!” Anchi langsung memutar tongkatnya dan mengucapkan mantra, “Bara ga Tobu!”
Rangkaian mawar yang membentuk sebuah lingkaran padat berisi (?) muncul. Anchi menaiki mawar itu, dan terbang menggunakannya.
“Kenapa dia tak terbang dengan cara biasanya saja ya?” pikir Mizu. “Tapi, sekarang bukan saatnya memikirkan itu!” Mizu juga tak mau kalah. Dia ikut memutar tongkatnya, dan aura dingin yang bersalju segera datang mengelilinya. Ia pun mengucap mantra, “Spiral Chionothyellas!”
Pusaran angin yang dikelilingi oleh salju muncul di bawah kaki penyihir bernuansa ungu itu. Ia pun terbang ke atas dengan mengendarai tornado salju mini itu. Mizu mengacungkan tongkatnya tepat ke arah Anchi. “Kali ini, aku akan benar-benar serius!”
“Itu yang kunantikan…” tukas Anchi.
Sementara itu, di lain pihak, Fuji masih terus berusaha melepaskan ikatannya. “Selagi Mizu menyibukkan diri, aku harus segera melepaskan ikatan ini! Aduh, erat sekali!”
Mizu dan Anchi saling bertatapan dengan tajam di udara. Sempat tersirat di pikiran Fuji, kalau wanita sedang marah dan serius itu sangat menyeramkan. “Aura diantara mereka berdua sangat berbeda dibandingkan tadi. Sekarang lebih… serius…” Fuji berkomentar dalam ikatan naasnya.
“Mari…” Anchi mulai mengacungkan tongkatnya. “kita mulai pertarungan kita!”
“Hmph!” Mizu bersiaga dengan tongkatnya yang sepertinya memang terasa dingin juga. Tapi mungkin lebih dingin Hana, karena dia elemennya es, yang notabene lebih bersuhu dingin dibanding salju. Namun, Hana yang sekarang…. Dia sudah…
Berbeda…
Anchi segera mengayunkan tongkatnya, dan mengucapkan mantra, “Rossilia!” ribuan mawar beracun pun datang menghampiri Mizu! Dan tentu saja, Mizu tak tinggal diam! Dia langsung menodong tongkatnya ke depan, dan mengucapkan mantra, “Mamoru no Yuki!” perisai es yang bening pun melindungi Mizu dari ribuan mawar beracun milik Anchi. Mizu perlahan mulai mengayunkan tongkatnya lagi, dan mengucap mantra kembali, “Chioni Velona!” salju pun perlahan mulai turun. Langit nampak gelap. Salju-saju empuk dan menenangkan hati itu perlahan berubah menjadi kerucut terbalik yang memiliki ujung yang tajam. Meski berukuran kecil, namun jika jumlahnya banyak pasti bisa dengan mmudah membunuh siappun yang mengenainya.
“G-Gawat!” Anchi nampak mulai bersiap mengeluarkan perisainya.
“Tak akan kubiarkan! Speed up!!” Mizu menambahkan kecepatan turunnya salju tajam itu ke bumi, sehingga alhasil, Anchi tak sempat mengeluarkan perisai, dan badannya terkena luka di sana sini karena goresan dan tusukan salju itu. Sayangnya, jurus itu saja tak mungkin bisa menjatuhkan Anchi dengan mudah.
“Hahaha, tak buruk…” Anchi berkomentar tak lama setelah jurus Mizu selesai. “Tapi, jurus seperti itu tak akan bisa mengalahkanku dengan mudah!” Anchi kembali mengayunkan tongkatnya. Kali ini, pandangannya lebih tajam dan fokus. Dia menarik nafas panjang, dan kemudian mengucapkan mantra, “Rhosyn Rhewgell!”
Ribuan mawar hitam datang tepat ke arah Mizu! Mizu segera membuat perisai beningnya, namun ternyata, Anchi mengendalikan pergerakan mawar itu dengan mengucapkan, “Rotate!” maka mawar itu pun bergerak memutar dari arah lain untuk menerkam Mizu!
Mizu yang tak menyangka dengan pergerakan yang tiba-tiba itu, tak sanggup menghindar, dan akhirnya—
CLEB CLEB CLEB CLEB
—dari ribuan mawar itu, empat mawar mengenai kedua tangan dan kaki Mizu. Beracun? Tidak. Tapi cukup ampuh untuk membuat lawan lumpuh seketika.
CRING
BRUK
Kendaraan (?) salju Mizu menghilang, otomatis, Mizu terjatuh ke permukaan tanah, dan tak dapat bergerak sama sekali. “S-sial…” gerutu Mizu.
Anchi menyeringai penuh kemenangan. “Hahahaha! Kau merasakannya bukan?! HAH?! Oh, aku lupa! Kau sekarang kan sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi! Ahahaha!!”
‘B-bagaimana ini?!” Mizu nampak berpikir keras. Mencoba mencabut mawar-mawar yang menancap di kedua tangan dan kakinya, namun sayang, dia tak bisa menggerakkan badannya sama sekali.
It’s useless, though…
Fuji semakin geram, dan terus berusaha keras untuk lepas dari salib mawarnya Anchi. Tapi sulit. Justru dia merasa ikatannya semakin kencang, dan beberapa bagian tubuh yang terus terikat kuat mulai terasa lecet. “Ugh, mulai terasa sakit. Ini bisa membunuhku perlahan-lahan.” Pikir Fuji.
Mizu secara teknis sudah kalah. Badannya tak bisa bergerak sama sekali. Mawarnya mulai benar-benar melumpuhkan setengah bagian dari tubuhnya. Bahkan untuk menengadahkan kepala ke atas agar bisa melihat Anchi saja sulitnya minta ampun. “Sialan kau!” umpat Mizu pada Anchi.
“Hahahaha, baiklah, sekarang semua mangsa sudah menurut pada perintahku! Siapa yang sebaiknya kuterkam lebih dulu ya? Ahahaha!!” tawa Anchi yang angkuh membahana.
Anchi pun perlahan mulai mengayunkan tongkatnya lagi, dan kembali mengucap mantra, “Rossilia!!”
Ribuan mawar yang kali ini dapat dipastikan beracun datang menghampiri Mizu dan Fuji!! *author keringat dingin*abaikan*
Sementara di lain pihak, Fuji nampak membatin. ‘Apakah….hanya sampai di sini?’
“Hahaha!!” tawa Anchi membahana.
‘Apakah… dengan mawar itu… semuanya berakhir?’
“Mati kalian!!”
‘Apakah… apakah ini berarti… kisah cinta kami juga berakhir sampai di sini?’
“Enyahlah dari hadapanku!”
‘Tidak…. Aku tak ingin ini semua berakhir!’
“Pergi! Pergilah ke nerakaaa!”
‘Pasti… pasti ada cara! Berpikir! Berpikir!!’
“Ahahahaha! Rasakan ini!!”
‘Tidak, bukan dengan logika—
CRIIIING
—tapi dengan hati!!’
SREK!
Fuji melepaskan ikatannya dengan paksa! “Hiyaaaaah!!”  dan voila! Fuji terbebas!! *author makin berkeringat*
SRET
Ia langsung mengambil pedangnya, readers!! Dan kemudian—
PRANG
—ia memecah kartu elemen anginnya!!
“A-apa?!” Anchi nampak kaget karena ternyata Fuji bisa terbebas! Ditambah lagi, sekarang fuji sudah menguasai elemen dia sepenuhnya! Suasana semakin bertambah dingin dengan hadirnya angin-angin yang kencang di sekitar arena pertarungan.
Fuji bergegas berjalan menghampiri Anchi, dengan pandangan mata yang… eh, berbeda?
“Fu-Fuji…” Mizu entah kenapa merasa Fuji berbeda dari biasanya. Aura di sekitarnya terasa mencekam.
Mungkin jika dalam anime, situasi seperti ini pas sekali dimasukkan instrumen lagu yang sangat tegang.
Pandangan mata Fuji yang begitu berbeda terlihat jelas bahwa ia menaruh dendam amat dalam pada vampire di depannya. Bagaimana tidak? Sudah terlalu banyak yang ia hancurkan. AWS, dirinya, teman-temannya, dan juga kekasihnya.
Anchi mulai merasa semakin kesal. “Kuakui, kau cukup hebat bisa lolos dari cengkraman mawar salibku. Tapi, itu hanya serangan rendahan yang kuberikan padamu, karena sebelumnya aku tidak serius. Tapi sekarang, aku akan benar-benar mencoba membunuhmu!”
Fuji yang biasanya membalas perkataan Anchi dengan kata-kata tegas, kali ini hanya diam. Ya, dia hanya diam.
Namun seiring dengan keheningannya…
CRING
Mata Fuji berubah menjadi warna merah!! Merah, readers! Kutekankan, MERAH!! Mungkin jika dipikir, seperti sedang melihat Akaba versi penyihir (?).
“M-matanya—“ Anchi kaget bukan main melihat warna bola mata Fuji bisa berubah!
“Fuji, apa yang kau—“ Mizu juga terlihat sangat kaget.
Tapi lagi-lagi, Fuji hanya diam saja. Dia mengambil pedangnya, dan terlihat aura berwarna merah juga mengelilingi pedang itu. Ada apa dengan Fuji?
“Kali ini…” akhirnya pria itu mengeluarkan suara juga. “aku tak akan meloloskanmu!”
“Tch…” sang vampire lagi-lagi merasa geram. “sombong sekali kau! Jangan berlagak hanya karena kau bisa merubah warna bola matamu saja!”
“Aku tidak semata-mata merubahnya tanpa alasan, brengsek…”
“Fuji, kenapa kata-katamu kasar begitu?!” Mizu nampak kaget dengan sikap Fuji yang berubah drastis.
“Berani sekali kau menyebutku brengsek?!” emosi Anchi semakin memuncak. Merasa sudah berada pada batasnya, Anchi langsung mengayunkan tongkatnya, dan mengucap mantra terdahsyatnya, “Spear Rossilia!”
Ribuan mawar, tidak, lebih tepatnya, mungkin dengan jumlah tidak terhitung, datang tepat menuju ke arah Fuji dengan kecepatan tinggi! Ditambah lagi, dengan gaya yang berputar-putar seperti tornado spiral (?) itu, membuatnya memungkinkan untuk mengenai Fuji di berbagai sisi! Kalau begini, dia tak akan bisa menghindar kemana-mana. Apa yang akan dia lakukan? Dan ternyata..
Fuji menutup matanya perlahan, seperti mencoba untuk memfokuskan diri. Seketika ketika ia membuka kembali matanya, nampak seringai bagai iblis tertampang jelas di wajah tampannya itu. Mata merahnya kini bercahaya, dan tiba-tiba muncul dua buah lambang setan di depan matanya. Seringainya semakin melebar.
“Akan kutunjukkan padamu, kekuatan dari angin yang sebenarnya!!” teriak Fuji yang lalu bersiap dengan pedang beraura gelapnya itu.
“Fuji…  apa yang terjadi denganmu?” Mizu nampak ketakutan.
“Hahahaha! HAHAHAHAHA! Akan kubunuh kau!!” Fuji langsung mengucap mantra. Kedua lambang setan itu kian membesar dan bercahaya. Aura gelap dan angin besar semakin terasa. “Toroku!!”
PRANG!
Fuji membelah kedua lambang setan itu dengan pedangnya, dan kemudian kedua lambang itu menghilang, namun muncul lagi di belakang Anchi menjadi satu dan lebih besar! Tepatnya, mungkin raksasa.
Fuji mengarahkan permata yang ada pada pedangnya ke arah Anchi dan lambang setan itu. Ia pun mengucap mantra kembali, “Terbukalah… Geto no shi!!”
“A-apa?!” Anchi nampak kaget dan tubuhnya seketika tak sanggup bergerak. “S-sial..”
Dan seiring dengan diucapkannya mantra itu, lambang setan tersebut terbelah menjadi dua. Seperti membukakan sebuah gerbang masuk melalui lubang kematian. Fuji meningkatkan kembali konsentrasinya, dan mengucapkan mantra, “Enyah kau, Shi no ana!!” angin semakin membesar dan mengencang, dan kemudian pergerakkannya fokus masuk ke dalam gerbang lingkaran kematian itu. Semua mawar beracun Anchi langsung tersedot ke dalamnya. Sedangkan Anchi masih terus bertahan untuk tetap diam di tempatnya. Jangan sampai dia tersedot!
“Ugh, kau tak akan bisa melenyapkanku! Hehe!” Anchi menancapkan tongkatnya di tanah, dan berpegangan erat pada tongkatnya. Apa lagi yang bisa ia lakukan? Jika ia mengeluarkan jurus, dan mengangkat kakinya barang hanya satu inci, dia tetap akan tersedot. Tidak ada pilihan lain lagi selain menunggu Fuji kelelahan dalam menggunakan jurusnya. Setidaknya, itu yang Anchi pikirkan.
“Kita lihat seberapa lama kau bisa bertahan dengan tongkatmu itu! Hahaha!” Fuji langsung memperdalam tekanan auranya. Pandangan cahayanya semakin terang, dan sedotannya pun kian menguat.
“S-sial… semakin kencang! Hehe, anak ini menarik!” gumam Anchi.
“Kau tangguh juga ya…” pikir Fuji. “Tapi… berhubung aku sudah muak melihat wajahmu, kurasa sekarang waktunya kau enyah!”
Fuji langsung menarik nafas dalam-dalam, dan mengucapkan mantra, “Paholaisen Kaden, KUROMA!”
Aura hitam mencekam seketika mempertegang suasana. Angin semakin kencang, dan tiba-tiba, muncul dua tangan dari dalam penyedot itu! Dua tangan itu sangat besar dan kekar, kukunya pun panjang dan tajam. Seperti tangan monster! (atau mungkin iblis? Tapi itu menyalahgunakan trademark Hiruma!)
”Kuroma akan segera mengantarkanmu ke alam sana, vampire amatiran!” ujar Fuji dengan aura gelapnya.
”Tidak, gawat!!” Anchi mulai terlihat panik, karena kakinya dipegang oleh kedua tangan itu! ”Tidaaaak!!”
*sementara itu....*
~Nowheresville lantai 4~
Seiji, Hana, dan Ochi pun tak urung merasakan aura hitam mencekam yang sangat luar biasa. Mereka sejenak menghentikan acara menyadarkan kembali Hana itu.
”Aura ini...” gumam Hana dengan wajah tidak percaya.
Seiji melihat ke arah jendela. Terlihat dari jarak yang cukup jauh, awan hitam menyelimuti arena pertempuran itu. Angin kencang juga terasa hingga ke dalam kastil. Mantra yang luar biasa. ”Mantra ini... ini....” Seiji seolah tak sanggup menyebutkan namanya. ”Kuroma... telah dipanggil...”
Ochi menunduk muram. ’Anchi...’
Bagaimanapun juga, Anchi dan Ochi adalah sahabat. Anchi merupakan pengawal Ochi yang sangat setia kepadanya. Jasa Anchi pada Ochi sudah banyak ia rasakan. Dan sepertinya hari ini... dia harus kehilangan pengawalnya.
Tidak, bukan pengawal...
Tapi..
Sahabat...
*kembali ke arena pertarungan...*
”Tidak, awas kau!!” Anchi nampak mengumpat tak jelas ketika dirinya dan tongkat mawarnya mulai ditarik oleh kedua tangan raksasa itu. ”Tidak, lepaskan aku!! Monster kurang ajar!! Kalian... kalian... kalian akan merasakan pembalasanku!! INGAT ITUUUUUU!!!”
PSSSSSH
Anchi akhirnya sepenuhnya tersedot ke dalam lubang itu.
KREEEEK~
Perlahan, gerbang lubang itu mulai menutup.
BLAM
Akhirnya, benar-benar tertutup rapat dengan sempurna.
CRING
Lubang itu menghilang, beserta Anchi yang terbawa ke dalamnya.
Naas...
...
...
...
Suasana hening sesaat. Hingga akhirnya, Fuji merasakan pandangan normalnya kembali. Bola matanya berwarna normal lagi. Dia kembali menjadi Fuji yang semula.
Mizu juga bisa bergerak lagi, karena pemilik jurus yang melumpuhkannya sudah tidak ada. ”Fuji...” ujarnya sambil menghampiri kekasihnya itu dengan agak pincang.
”Ugh...” Fuji memegang kepalanya yang terasa sakit dan pusing itu.
BRUK
Dia pingsan, tepat di pangkuan Mizu.
TES
Mizu menitikkan air matanya. ”Bodoh...” gumam Mizu.
Fuji perlahan mencoba membuka matanya, dan menatap Mizu. ”Maaf... aku... tak bisa mengendalikan diriku.... tidak.. bukan hanya diriku.. tapi juga kekuatanku...”
”Tak apa... beristirahatlah....”
”Tapi....”
Mizu mencium kening kekasihnya itu dengan lembut. ”Cukup.. cukup kau gunakan satu kali saja mantra itu... berjanjilah padaku, jangan pernah menggunakannya lagi...”
”Mizu...”
”Aku tak mau kau terluka karena jurusmu sendiri... aku... aku mencintaimu...”
Fuji tersenyum lemah. ”Aku juga... mencintaimu...”
Pria itu akhirnya menyeka air mata kekasihnya, dan mengistirahatkan badannya sejenak, untuk bersiap menyusul teman-temannya yang tengah bertarung di depan sana.
*sementara itu...*
~Shujin and Inglid’s side~
”Tadi itu.. aura yang luar biasa...” batin Shujin.
Inglid menggenggam tongkatnya erat. ”Datangnya dari arah Mizu dan Fuji... mungkinkah....”
Dira mencengkram clurit besarnya. ’Iya... mungkin saja....’ ia menerawang ke atas langit. ’Anchi...’
~Hiruma’s side~
Setan dari AWS itu menyeringai. ”Kekeke, sepertinya rekan sialanku sudah berarti melenyapkan rekan sialanmu...”
Prem hanya diam. Namun sebenarnya, dia merasa kesal sambil menggenggam buku religinya dengan erat. ”Kematian memang sudah menjadi takdir bagi seseorang.... itu hal biasa...”
~Puti’s side~
”Auranya sudah menghilang...” batin Puti. ’Dari feelnya, sepertinya ini mantra dari Fuji...’
”Tch, sepertinya Anchi sudah ’pergi’...” gumam Schyte.
~Arie’s side~
”Aura tadi... apa jangan-jangan... Kuroma dipanggil?!” pikir Arie tak percaya. Seberbahaya itukah monster bernama Kuroma yang dipanggil oleh Fuji?
”Hebat juga salah satu anak didikmu itu...” sahut Kaori. ”bisa memanggil Kuroma merupakan salah satu teknik paling mematikan.... hebat juga dia, bisa memanggil monster dengan tingkat kekuatan level 8... aura kegelapannya benar-benar pas... andai aku bisa merasakan darahnya sedikit saja... hahaha...”
”Tak akan pernah kubiarkan itu terjadi.. lagipula, jika seseorang memanggil monster-monster dari Darkness Hole, akan membahayakan diri mereka sendiri...”
”Itu bukan masalah ’kan? Selagi kita masih bisa bertahan hidup dan mengalahkan lawan dengan mantra mematikan pemanggil monster Darkness Hole, itu sah-sah saja..”
”Apa kau tak pernah memikirkan betapa berharganya nyawa itu, hah?!”
”Nyawa ya.... tch, aku juga pernah memiliki nyawa! Tapi lihat buktinya sekarang, ’kan? Aku masih tetap bisa hidup kembali dengan reinkarnasi! Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini!!”
”Kau melakukan cara terlarang untuk bisa hidup kembali! Kau benar-benar tak tahu aturan!”
”Apa pentingnya aturan? Karena semua orang juga tahu, aturan dibuat untuk dilanggar!”
”Akan kuajarkan padamu bagaimana caranya mematuhi sebuah peraturan!”
”Silahkan...”
~Seta’s side~
”Kuroma... ya?” batin Seta dengan jantung berdegup kencang.
”Hebat juga murid penyihirmu itu.. tak segan-segan mengeluarkan Kuroma...” puji Yogi.
’Apakah, Fuji yang melakukannya?’ pikir Seta.
”Kuharap kau sudah tahu bahayanya jika harus mengeluarkan monster-mosnter dari Darkness Hole itu...”
”Aku memang sudah tahu...” tukas Seta. ”sayangnya, anak didikku belum... kecuali Seiji...”
”Begitu ya... ternyata kau memang mengistimewakannya...”
”Tidak juga... aku hanya ingin mendidiknya ke arah yang benar...”
”Hoho, kurasa didikanmu itu cukup berhasil...”
”Yah.. sepertinya....”
~Seiji, Hana, and Ochi’s side~
”Kuharap tidak ada yang terluka...” gumam Seiji.
”Kekuatan yang luar biasa...” pikir Hana.
”Anchi...” Ochi hanya meremas gaunnya. Entah harus kesal, marah, atau...
Sedih...
~*TO BE CONTINUED*~
 
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan