K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

I Shall Believe It

Jumat, 02 Maret 2012

 
moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~*A Random Anime Fanfiction*~
~*I Shall Believe It by Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, slight yaoi and yuri*~
.
~kamar Hana~pkl 20.30~
-Hana’s POV-
Aku terdiam di dalam kamarku sambil memandang cincin pemberian Seiji. Apa benar cincin ini memberikan kekuatan yang begitu luar biasa? Hingga ia bercerita dengan begitu semangatnya.
Semangat?
Ah, kurasa tidak. Itu bukan wajah semangat. Itu wajah takut dan khawatir.
Tapi….
Aku kan hanya murid baru, dan aku tak tahu apa-apa!! Lalu kenapa tiba-tiba aku terlibat dalam hal konyol begini?!
PLAK
Aku menampar pipiku sendiri.
Sakit.
Ah, ini bukan mimpi. Tapi ayolah Hana! Coba kau pikir dengan akal logismu! Bagaimana mungkin kau bisa mendapatkan kekuatan yang sangat hebat hanya dengan sebuah cincin? Lucu sekali.
Ayo, buat aku tertawa akan lelucon ini!!
Sial…
Lelucon ini sangat buruk.
TOK TOK TOK
Seseorang mengetuk pintu kamarku. Siapa ya? Ah, mungkin Inglid dan Mizu.
Cepat-cepat kumasukan cincin itu ke dalam saku celanaku dan kubukakan pintu.
CKLEK
“P-Pak kepala sekolah?!” apa yang dia lakukan disini?
“Malam, Hana…”
“M-malam…”
“Tak mempersilahkan aku masuk ke dalam?” ia tersenyum jahil.
BLUSHED
“Huh, Bapak ini apa-apaan! Tidak boleh!” bantahku secepat mungkin.
“Haha, iya iya…”
“Emm, ada perlu apa Bapak kemari?”
“Aku ingin menjelaskan sesuatu padamu. Soal cincin itu…”
DEG
Bagaimana ia tahu aku menyimpan cincin pemberian Seiji? Hmm, kurasa memang harus dibicarakan. Apalagi dari sumber utama yang langsung terkait pada kejadian! Benar-benar harus kugali informasi sebanyak mungkin!
“Baiklah Pak.. kita bicara dimana?” tanyaku menyetujui.
“Kita ke kantorku…”
Maka aku dan Pak Seta melangkah gontai ke arah ruangan kepala sekolah.
~di ruang kepala sekolah~
CKLEK
Terlihat Pak Seta membuka pintu ruangan.
Dan…
“Ah, datang juga kalian..”
Seiji? Apa yang dia lakukan disini?!
Aku hanya menatap Seiji jutek. Namun ia menatap ku sambil senyum-senyum. Dasar aneh..
Pak Seta segera duduk di kursinya dan menatap kami serius. Pertanda bahwa pembicaraan sudah dimulai.
“Seiji, Hana…”
“Iya Pak?” sahutku.
Hey, kenapa Seiji tak menjawab? Dasar tidak sopan!
“Ada yang ingin aku diskusikan dengan kalian…” sahut Pak Seta dengan nada suara yang tegang.
GLEK
Aku meneguk ludahku pelan. Rasanya aku juga jadi ikut terbawa tegang.
Tiba-tiba, Pak Seta mengambil sebuah remote dari dalam lacinya, dan mengarahkannya pada rak buku yang besar.
KLIK
Ia menekan sebuah tombol berwarna biru.
Dan… oh!
SREEEEET
Rak bukunya maju sendiri!!
Tunggu-tunggu! Sepertinya rak buku itu bukan sembarang rak buku. Tapi…
Pintu penghubung ruang kepsek dengan sebuah laboratorium!!!!!
Apa pula ini?! Kenapa ada banyak komputer dan laboratorium sebesar ini di dalam sekolah? Sekolah macam apa yang kumasuki ini?! Ibu, ayah, kalian benar-benar pintar membuatku kelayapan di sekolah gila ini!!
“Ini adalah markas rahasia kami…” celetuk Seiji.
“Markas?” okay, aku bingung.
“Disinilah tempat aku dan ayahku merundingkan tentang masa depan AWS..”
“Masa depan AWS? A-apa maksudnya??”
“Ayahku adalah pendiri sekolah ini. Ia bermaksud membangun sekolah ini dengan tujuan mengumpulkan siswa siswi yang hebat dan berprestasi yang nantinya akan membantu kami melindungi AWS dari para anggota kerajaan Nowheresville.”
“Nowheresville? Kerajaan macam apa itu? Dan setahuku kita ini sudah tinggal di jaman yang modern, kenapa masih saja ada kerajaan?”
“itu adalah kerajaan yang berisi vampire. Semua penghuninya vampire, termasuk raja, ratu, dan anaknya. Bahkan tukang pel nya saja vampire…”
“Itu tak perlu kau tambahkan..” aku sweatdrop.
“Dulu aku dan ayahku berniat hanya membangun sekolah asrama biasa pada umumnya. Namun, sepertinya kami salah mengambil tempat, dan sistem sekolah kami yang menghasilkan murid-murid berkualitas nampaknya menyedot perhatian kerajaan Nowheresville untuk menjadikan seisi sekolah ini budak…”
Pak Seta menambahkan, “Ditambah lagi, ini juga salahku karena sudah menyimpan benda warisan keluarga kami di dalam sekolah ini yang semakin menarik perhatian mereka…”
“Benda apa itu?” tanyaku penasaran.
“Ini..” Pak Seta seperti menekan beberapa tombol pada komputer besar itu yang memperlihatkan beberapa deretan angka aneh dan misterius.
Siapa sebenarnya dua orang ini?
Tak lama kemudian, sebuah gambar aneh muncul di layar.
“Apa itu?” tanyaku heran dan kaget.
Letaknya di dalam tanah, bentuknya seperti biji, namun warnanya emas. Apa itu pohon emas? Oh, jika seandainya iya, jangankan kerajaan Nowheresville, aku saja pasti akan mati-matian mencarinya! Hahahaha!
“Ini bukan biji pohon emas…” celetuk Seiji.
“Eh?” apa-apaan orang ini?! Dia bisa membaca pikiran orang lain ya?!
“Ini mungkin tampak seperti biji, namun di dalamnya bukan lah bakal pohon, tetapi segumpal darah yang tak akan pernah ada habisnya…”
“A-apa? Darah? Bagaimana mungkin di dalam sebuah biji sekecil itu ada darah? Keluarga macam apa kalian ini?!”
“Sudah kuduga reaksimu akan begitu…”
“Jelaskan, bodoh!!”
“Aku dan ayahku sendiri juga tak tahu…”
“Eh? Eh?? EEHHHHH???”
“Sewaktu ibuku meninggal, ibu sempat memberikan warisan aneh ini pada kami. Setelah dijelaskan oleh keluarga yang lain, ternyata biji ini sudah sering disimpan oleh ibuku secara diam-diam. Dan ia ingin kami tetap menjaganya dan tidak merusaknya hingga sekarang. Maka dari itu, kami simpan di dalam tanah tepat dibawah gedung sekolah ini. Namun setelah diteliti lagi, fenomena luar biasa terjadi. Aku dan ayahku melihat setetes darah yang tak henti-hentinya keluar dari biji itu. Dan tentu kita tahu, yang dinamakan vampire pasti akan selalu mencium bau darah dengan tajam. Maka dari itu, aku dan ayahku berinisiatif melindungi sekolah ini agar biji dan para muridnya tidak diambil alih oleh para vampire itu. Sejak saat itulah, visi dan misi sekolah ini jadi agak berbeda, namun kami tentu saja tak mempublikasikannya…”
“……”
“Aku yakin kau tak mengerti dengan apa yang kujelaskan…”
“Aku mengerti.. hanya saja.. kenapa kau memilih aku untuk membantu melindungi sekolah ini? Aku hanya  murid baru, aku tak tahu apa-apa…”
“Kau dipilih karena kau memenuhi kriteria… dan kau juga mempunyai sesuatu yang berbeda dibandingkan yang lain.. seperti aku..”
“Berbeda? Maksudnya?”
“Kau punya kekuatan untuk mengendalikan cincin yang ada padamu itu…”
“Tapi…” aku mengambil cincinku yang berwarna perak polos itu. “Kenapa punyaku tak ada permatanya? Punyamu ada tuh!” aku iri.
“Permatanya akan muncul, ketika kau sudah bisa percaya dan menyatu dengan kekuatanmu…”
“Heh??”
“Sudah kubilang, kau pakai jika memang kau merasa sudah saatnya…”
“Begitu ya…”
“Nah…” Pak Seta mulai berbicara. “Aku menggantungkan nasib sekolah ini di tangan kalian… dan aku minta, berhati-hatilah…” Pak Seta tersenyum ramah.
Benarkah aku harus melakukan ini? Ah, rasanya seperti mimpi. Semua ini tak masuk akal.
“Satu lagi…” Pak Seta tiba-tiba menambahkan. “Aku ingin, ketika kita sedang bersama seperti ini, kalian memanggilku Seta-sama, Hana..”
“APA?! Ke-kenapa?!”
“Supaya tidak canggung… kalau kau menyebutku Pak Seta, rasanya aku ini benar-benar tua.. hahaha…”
“Ah, bicara soal tua, umur anda berapa, emm.. Seta-sama?” duh, kalau begini rasanya justru jadi lebih canggung!
“Umurku 20 tahun…”
“HAH?! Umur 20 tapi sudah memiliki anak sebesar ini?!” aku menunjuk-nunjuk Seiji. Dia sweatdrop dengan sukses.
“Iya, begitulah…”
“Usia anda saat menikah muda sekali…” sekarang aku yang sweatdrop.
SRET
Tiba-tiba Seiji menyeretku dengan paksa.
“H-hey! Aku belum selesai bicara!!” bantahku.
“Sudah malam, sebaiknya kau tidur..” dia memasang tampang watados.
“Mou, hey! Lepaskan akuuu! Paling tidak jangan seret-seret aku!! Aku bukan kucing!!”
Terlihat dari kejauhan, saat Seiji menutup pintu, Pak Seta-err.. Seta-sama, tertawa-tawa kecil.
Rasanya aku masih tak percaya. Di usianya yang begitu muda, dia sudah menikah dan mempunyai anak sebesar ini? Sulit dipercaya. Amat sangat sulit dipercaya!! Pasti ada yang belum diceritakan! Akan aku ungkap nanti!
*esok harinya…..*
~atap sekolah AWS~pkl 06.15~
-Normal POV-
Hana, Inglid, dan Mizu tengah mengobrol dengan riang. Mereka bertiga nampaknya memang sudah menjadi sahabat yang baik.
Ketika tengah asyik mengobrol, seorang anak laki-laki dengan rambut blonde, menggantungkan earphone di lehernya, baju seragam dikeluarkan, kedua tangannya masuk ke dalam saku celana, melangkah dengan mantap mendekati ketiga gadis itu.
“Siapa dia?” tanya Hana yang merasa asing dengan laki-laki itu. Mirip seperti Seiji, namun mungkin dia terlihat sedikit lebih pendek. Dan dia terlihat sedikit lebih gaul dan modis dari cara berpenampilan.
“Itu kan Fuji!! Ketua murid kelas 2-4!” sahut Inglid histeris.
Mizu nampak memalingkan wajahnya, dan terlihat semburat pink di wajahnya.
“Hm? Apakah dia kekasihnya Mizu?” Hana berbisik pada Inglid.
“Bukan, tapi kudengar, Mizu menyukai Fuji! Mungkin saja, hari  ini Fuji akan menyatakan cintanya pada Mizu! Hihihi!” Inglid semangat sekali nampaknya.
“Hey! Kau benar! Lihat! Dia mendekati Mizu!”
“Sebaiknya kita pergi!!”
Maka  Inglid dan Hana pun pergi menjauh, meninggalkan Mizu dan Fuji berdua. Tentu saja, Inglid dan Hana menguping dari kejauhan.  Mizu nampak cemas dan gugup.
“Mizu…” laki-laki bernama Fuji itu mulai berbicara, Mizu menatap Fuji dengan malu-malu.
“Aku… mau mengatakan sesuatu padamu…” sahut Fuji.
“Silahkan…” Mizu akhirnya berbicara. Dengan ekspresi yang gugup tentunya.
“Aku ingin, kau berhenti menjadi stalker akan diriku..”
“A-apa?”
“HAH?!” Inglid dan Hana tak kalah terkejut.
Fuji melanjutkan, “Aku tahu, kau selama ini selalu memperhatikanku dari kejauhan.. jadi, aku mohon, aku merasa sedikit terganggu dengan keberadaanmu, jadi… umm, kumohon, menjauhlah…”
“Apa-apaan dia itu?! Sombong sekali!!” Hana nampak emosi.
“Ssst! Hana tenang!” Inglid mencoba menenangkan.
Mizu nampak menahan air matanya. Wajahnya memerah menahan tangis. Hingga akhirnya, Ia memberanikan diri untuk menatap Fuji. “Baik, jika itu maumu… maafkan aku telah mengganggumu…”
Mizu berjalan melewati Fuji dengan dinginnya. Air mata pun menetes dari kedua kelopak matanya.
Hana yang sudah tak kuasa membendung emosi, langsung keluar dari tempat persembunyian, dan menghampiri Fuji. Nampak Inglid mengejar Hana dari belakang.
Mizu terbelalak ketika ia melihat—
PLAK
—sebuah tamparan keras mendarat di pipi Fuji dari Hana.
Inglid langsung memeluk Mizu untuk menenangkannya.
“Laki-laki tak tahu diri!! Apa kau tak pernah tahu betapa besarnya perasaan Mizu padamu, hah?! Dan jika seandainya kau merasa terganggu, sebaiknya kau ucapkan dengan kalimat yang lebih halus! Jangan frontal begitu!!” Hana terus mengomel.
“Hana, cukup…” ujar Mizu sambil mengusap air matanya.
Namun, ocehan Hana terhenti ketika ia melihat wajah Fuji menatap Mizu yang ada di belakang Hana dengan pandangan yang berbeda. Fuji hanya mendengus pelan, lalu pergi meninggalkan lokasi kejadian.
‘Ada apa dengan orang itu?’ batin Hana sambil melihat Fuji yang mulai berlalu.
Hana pun menghampiri Mizu yang masih terisak di dalam pelukan Inglid.
“Sabar, masih banyak laki-laki lain diluar sana, Mizu…” ujar Hana dengan memberikan senyum terbaiknya demi menghibur sahabatnya ini.
“Masih ada kami yang bisa menemanimu…” sahut Inglid yang juga memberikan senyum terbaiknya.
Mizu pun perlahan mulai tersenyum. “Terima kasih…”
“Sebaiknya kita ke kelas sekarang! Bel sudah hampir berbunyi!” ujar  Hana.
Inglid dan Mizu mengangguk, lalu mereka bertiga berjalan ke kelas.
~di depan kelas 2-2~
Nampak Seiji berdiri dengan tampang serius. Hana, Inglid dan Mizu yang akan akan masuk ke kelas merasa heran. Apa yang Seiji lakukan disini? Setidaknya, itu yang ada di batin mereka.
“Ada apa?” tanya Hana to the point.
“Ikut aku, kita harus bicara…” sahut Seiji.
Maka Hana pamit pada Inglid dan Mizu untuk pergi sebentar. Mungkin dia bisa kena marah guru karena sudah melalaikan jam pertama. Tapi apa boleh buat? Sepertinya menyangkut masalah kemarin.
~di taman belakang sekolah~
“Jadi, apa yang mau kau bicarakan?” tanya Hana.
“Aku diberi tahu oleh ayah, bahwa akan ada penyerangan dari kerajaan Nowheresville malam ini!”
“Eh? Lalu, kita harus bagaimana?”
“Sebaiknya kau mulai mempersiapkan diri…”
“Hmm, begitu ya… tapi, entahlah, maksudku… aku merasa tidak siap…”
“Bagaimana lagi, kau sudah terpilih untuk yang satu ini…”
“Tak biasakah aku digantikan oleh orang lain?”
“Tak bisa lah…”
“Huh, sekarag aku mulai berpikir, aku benci dengan nasibku sendiri…”
PUK
Seiji menepuk kepala Hana pelan.
“Eh?” Hana terbelalak.
“Kita melakukannya bersama, tenang saja..”
BLUSHED
PLAK
Tamparan keras mendarat di pipi Seiji dari Hana. Nampak wajah merah padam terekspose jelas di wajah Hana.
“A-apa-apaan kamu?! Jangan bicara macam-macam!!!”’
“Ah, sakit…” Seiji memasang wajah memelas.
“Jangan memasang wajah seperti itu!!”
TAP TAP TAP
“Ehem!!”
Sebuah suara mengerikan mengagetkan Seiji dan Hana. Mereka otomatis melirik ke arah suara.
“P-Pak Arie!!!” Hana nyaris berteriak.
Seiji tetap cuek.
“Apa yang kalian berdua lakukan disini? Cepat kembali ke kelas!! Jam pertama sudah dimulai dari tadi!!” bentaknya.
“I-iya Pak!!” maka Hana melesat berlari ke kelas.
Tinggalah Seiji dan Pak Arie di taman itu.
“Kenapa kau menyuruhnya ke kelas?” Seiji berkomentar.
“Karena sudah waktunya belajar…” jawab Pak Arie.
“Aku yakin, kau menyuruhnya ke kelas bukan karena semata-mata alasan waktunya belajar…”
“Heh, kau memang pintar…”
“Jadi?”
“Aku mendapat info dari ayahmu tadi. Beliau bilang, dari tanda-tandanya, Nowheresville akan melakukan penyerangan tepat pukul sembilan malam.. meski ia bilang, ia pun belum  bisa menjamin hal itu…”
“Begitu ya.. terima kasih sudah memberi tahu, Pak..”
“Tak masalah…”
“Tapi, murid baru itu sudah tahu kok kalau dia termasuk salah satu yang ayahku rekrut.. jadi, sebaiknya kau tak perlu menyembunyikan lagi berbagai info soal Nowheresville dari dia….”
“Baik, aku mengerti…”
“Aku tunggu info lainnya segera ya, Pak…”
“Bisa kuatur…”
“Bagus kalau begitu…”
Seiji tersenyum simpul dan berlalu meninggalkan taman menuju ke kelas.
*skip time…*
~malam harinya~kamar Hana~pkl 21.00~
Hana terdiam di tepi kasurnya sambil memperhatikan cincin yang masih belum juga ia berani pakai.
“Haruskah aku melakukan ini? Rasanya aku masih tidak percaya…”
Ia  menghela nafas pelan.
“Apa yang harus kulakukan?” Hana merasa ingin menangis. Namun air mata serasa sulit jatuh dari kedua kelopak matanya.
Ketika tengah meratapi nasibnya, tiba-tiba—
BRAK
—pintu di dobrak keras oleh Seiji.
“Hey, apa-apaan kamu?!” Hana otomatis emosi.
“Tak ada waktu untuk menjelaskan!! Cepat ikut aku!!!”
Lekas saja Seiji menarik tangan Hana dan menyeret Hana keluar.
~didepan gerbang sekolah~
Nampak Arie dan Seta sudah menunggu dengan tegang.
“Lama sekali kalian!” sahut Seta emosi.
“M-maaf ayah..” Seiji nampak menyesal.
“Ada apa ini? Apa yang terjadi?” Hana langsung cerewet bertanya.
“Musuh menyerang…” jawab Arie dengan tampang serius. “Kita sebaiknya mulai bersiap dari sekarang…”
“Baik!” Seiji langsung menanggapi.
Terlihat Seiji mengacungkan tangan kirinya tempat ia memasang cincin miliknya tinggi-tinggi ke langit. Tak lama, cahaya berwarna hijau mengelilinginya, dan ia meneriakkan, “Ring! Blow up!!”
Hana hanya tercengang.
Tak lama kemudian, kostum Seiji berubah!
Ia terlihat tampan dengan menggunakan kostum penyihir ala pangeran muda dengan warna hijau tosca. Tak ketinggalan, sebuah tongkat panjang berwarna hitam dengan permata hijau yang menghiasi di kedua sisi tongkatnya terlihat begitu menawan.
BLUSHED
Wajah Hana memerah sesaat.
‘Keren…’ batin Hana.
“Kenapa wajahmu memerah begitu?” sindir Seiji.
“T-tidak! Siapa yang memerah!? Ngomong-ngomong, aku bisa berubah juga seperti Seiji tidak?” Hana nampak berbinar-binar.
“Bisa saja…” Seta berkomentar. “Tapi kau harus memiliki permata dulu dalam cincinmu….”
“Bagimana caranya?” tanya Hana heran.
“Tergantung padamu…”
“Kenapa? Apa maksudmu, Seta-sama?”
“Sebaiknya kita hentikan dulu percakapan ini!” ujar Arie sambil mengeluarkan tongkatnya. “Musuh datang!!”
Seiji dan Seta nampak mulai bersiap. Hana sebenarnya tegang, namun ia harus memberanikan dirinya juga. Yah, mau tidak mau, kan?
‘Aku bisa! Aku pasti bisa!’ batin Hana. Ia menggenggam cincinnya erat.
Segerombol vampire dan pasukannya datang. Terlihat seorang wanita muda memimpin di depan. Dan ialah, sang permaisuri, Ochi.
“Hai, pangerankuu….” Sapa Ochi pada Seiji. Namun Seiji tetap diam.
“Pangeran?” Hana terheran-heran. Bukankah kekasih Seiji itu Puti? Ah, sudahlah! Mungkin vampire ini kegenitan! Setidaknya itu yang ada di batin Hana.
“Aku datang, tapi kau tidak memberikan respon apa-apa? Aww, kau tak akan pernah tahu betapa sakitnya hari ini, pangeranku…” ujar Ochi.
“Aku bukan pangeranmu…” tegas Seiji.
“Apa? Kau sudah berani bermain di belakangku selama kita tak bersama ya, hah? Baiklah! Jika itu maumu, aku juga akan bermain-main! Tapi aku akan bermain, dengan…. Gadis itu!” tunjuk Ochi pada Hana.
“Eh? Aku?” Hana heran bukan main.
“Hahahahaha!” tawa Ochi membahana. “Pasukan, seraaaaaaang!!”
Ratusan Vampire pun menyerbu Seiji, Seta, dan Arie. Tak lama kemudian, baku hantam antar vampire dan sihir dari para penyihir dimulai.
“Expectamus!!” Seta mengayunkan tongkatnya ke arah vampire-vampire itu. Dan bola-bola api pun keluar membakar seperempat vampire yang menyerangnya.
Seta tersenyum penuh kemenangan. “Kalian masih belum apa-apa untukku….”
Seorang vampire hampir saja menangkap Arie dari belakang, namun Arie sempat menghajarnya dengan keras, lalu ia mundur beberapa langkah untuk mengucapkan mantra. Ia mengarahkan tongkatnya ke arah para vampire, dan mengucapkan, “Lasegunda Istoria!!”
Kilatan-kilatan petir menyambar vampire-vampire itu, dan membakar mereka semua, hingga setengah vampire sudah habis hanya oleh dua orang penyihir saja.
“Fuh, ini mudah…” Arie tersenyum puas.
“Sekarang bukan saatnya senang-senang!” ujar Seiji. “Arie-sama, ayah, aku serahkan vampire yang lain pada kalian! Aku akan mengejar Hana dan Ochi!”
“Serahkan pada kami!” sahut Seta dan Arie.
Akhirnya, Seiji berlari mencari Hana dan Ochi.
~Hana’s side~
-Hana’s POV-
Aku terus berlari. Berlari, dan berlari, agar aku bisa terbebas dari gadis vampire ini.
Namun apa daya, ia terlalu kuat! Bahkan ia terus menembakkan listrik ke arahku! Vampire macam apa dia?! Apa dia memiliki gen penyihir juga?!
Aku terus berlari menyusuri koridor sekolah. Entah kemana kakiku ini membawaku, yang jelas ku bisa terbebas dari vampire mengerikan ini.
TAP TAP TAP TAP TAP
BRAK!
Aku terus berlari, hingga aku mendobrak sebuah pintu yang terkunci, ternyata pintu yang menuju atap sekolah.
Oh sial, jalan buntu!
Vampire itu berhenti mengejarku. Ia diam di tempat tak jauh dari tempat aku berdiri saat ini.
GLEK
Aku meneguk ludahku pelan. Tegang rasanya.
“Jadi kau ya, yang sering bermain dengan pangeranku, dibelakangku?” tanya vampire itu.
“A-apa maksudmu?” tanyaku gemetaran.
“Kau sudah membuat hatiku sakit, nona muda…”
“Aku tak pernah mempunyai hubungan apapun dengan Seiji!!”
“Hahah! Mana ada orang yang mau mengakui kesalahannya begitu saja?”
DUAR!
“Agh!” ia menembakku dengan listriknya.
Sakit. Tepat mengenai kakiku sedikit.
“Sakit bukan? Perih bukan? Itu yang kurasakan, nona muda.. hohohoho!”
“Tch…”
Tiba-tiba saja, Seiji datang.
“Hana!!”
Vampire itu menoleh. “Ooh, haloo, pangeranku…”
Seiji menatap vampire itu dengan tatapan dingin. “Pergi dari sini! Jangan celakai Hana!”
“Oh, jadi nama nona muda ini Hana ya? Jika aku menyakitinya, apa yang akan kau lakukan?”
“Apa maumu sebenarnya?! Cepat katakan!”
“Aku hanya ingin bertemu denganmu, itu saja.. sekalian memberi makan anak buahku yang sudah kehabisan darah.. hahaha!”
“Kau keterlaluan!!”
DUAR!
Seiji menembakkan laser kecil dari tongkatnya ke arah vampire itu hingga ia terpental.
“Hey, kenapa Seiji tak mengucapkan mantra ya? Aneh…” pikirku heran.
Tapi tanpa ku ambil pusing, aku mencoba berdiri, dan berniat membantu Seiji.
“Jangan mendekat, Hana!” teria Seiji.
“Tapi—“
“kau sudah menyakitiku luar dalam, pangeranku…” vampire itu kembali berdiri, dan mengacungkan telapak tangannya tinggi-tinggi ke langit. “Kalian sebaiknya merasakan juga, rasa sakit hatiku ini!!”
Vampire itu mengarahkan telapak tangannya yang sudah mempersiapkan gumpalan bola listrik yang besar!! Oh tidak, tamatlah aku! Bola listriknya mulai ia lempar, dan semakin mendekat!! Kyaaaa!
“Hanaaa!” Seiji berlari mendekatiku seraya bola listrik yang dibuat vampire itu mendekat ke arahku!
Apa aku harus mengandalkan Seiji untuk melindungiku? Apa aku harus bergantung pada orang lain untuk menyelamatkanku?
Tidak…
Tidak lagi…
Aku bisa sendiri!
Aku menghadap bola listrik yang tengah menuju tepat ke arahku dengan kecepatan tinggi itu. Aku pegang cincinku erat, dan kupasangkan di jari manisku.
“Hahaha, mati kau, nona!!” teriak vampire itu.
….
DEG!
Jantungku membuat satu hentakan, hingga aku berani mengarahkan cincinku ke arah bola listrik raksasa tersebut, dan berteriak, “Ring! Blow up!!”
PSYUUU
BLEDAR!
Ledakan besar terjadi!! Baik aku, Seiji, dan vampire itu terpental jauh ke belakang!
BRAK!
Dan aku membentur dinding atap sekolah. “Agh, sakit…”
Seiji terlihat mulai bangun perlahan pasca ledakan itu. “Ha-Hana….kau…”
Seiji memandangku heran.
Ada apa?
Namun setelah kutelaah kondisiku, ternyata oh ternyata!!
Aku sudah berubah!!
Aku memakai pakaian penyihir berwarna biru tua dengan tongkat panjang yang kumiliki berhiaskan permata berwarna biru muda seperti Seiji.
Waaah, aku sudah berubah!!
Aku melihat cincin yang tadi kukaitkan di jari manisku. Hilang…
Sepertinya berubah menjadi tongkat ini.
“Hana, kau akhirnya percaya akan kekuatanmu!!” Seiji tersenyum senang.
“A-aku rasa begitu..” sahutku kikuk. Aku masih belum terbiasa dengan pakaian ini.
“Sebaiknya kita segera kalahkan Ochi!”
Hoo, jadi namanya Ochi.
“Baik!” aku segera bangkit menghampiri Seiji dan kami menggenggam tongkat kami erat.
Terlihat Ochi mulai berdiri, dan dia memasang tampang emosi yang sangat besar.
“Beraninya kalian terhadapku…” ujar Ochi geram. “Rasakan ini!! Mati kaliaaaan!!!”
Ochi kembali melemparkan bola listriknya yang besar!!
Apa yang harus kulakukan?!
GREP
Seiji menggenggam tanganku. Aku menatapnya heran, tapi ia malah mengangguk. Ada apa dengannya?
Tapi tak lama kemudian aku sadar, bahwa itu adalah kode untuk segera mengarahkan tongkat kepada bola listrik itu.
“Ayo!” ucap seiji.
“Baik!” sahutku.
Aku menarik nafas perlahan. Hingga akhirnya, kami berdua mengarahkan tongkat kami ke arah bola listrik raksasa itu!
Perlahan namun pasti, kilatan cahaya berwarna biru dan hijau dari tongkat kami muncul menyerang bola listrik itu, yang kemudian jadi semakin besar, semakin membesar, hingga akhirnya jauuuuuh lebih besar dibandingkan bola listriknya!
“Sekarang Hana! Dorong!!” perintah Seiji.
Maka aku dengan cekatan semakin menjuruskan tongkatku pada bola listrik itu bersama Seiji. Tangan kami berpegangan semakin erat, seraya terus mendorong serangan kami ke arah Ochi.
“AAARRGGGHH!!!!!!” Ochi berteriak keras, ketika akhirnya bola listriknya lenyap, tergantikan oleh kekuatan kami!
“Kalian… kalian akan merasakan…pembalasankuuu!! Aarrrgghhh!!!!!”kekuatan kami mulai mengenai Ochi!!
PSSHHH…
Tapi sayang, ia lebih dulu menghilang sebelum serangan kami benar-benar mengenainya.

Terlihat dari bawah, vampire yang diurus oleh Pak Arie dan Seta-sama juga sudah tidak ada.
“Fyuh…” aku menghela nafas pelan, dan terduduk lemas di atas atap.
“Kau sudah melakukan yang terbaik…” Seiji menepuk bahuku pelan.
“Yah… terima kasih…”
“Sebaiknya setelah ini, kau istirahat… besok kau ijin saja dulu untuk tidak mengikuti pelajaran…”
“Baik, aku mengerti…”
aku tersenyum ke arah Seiji, dan Ia.. eh, menyeringai?
“Ke-kenapa?” tanyaku heran.
“Tidak, kau hanya terlihat aneh dengan pakaian itu… kau terlihat jelek dan culun…”
“Apa katamu?! Seenaknya saja!! Kau pikir pakaianmu juga bagus, hah?! Kau juga jelek!!”
“Dan ditambah lagi, sepertinya kau terlihat tegang tadi…”
“Apa maksudmu?!”
“Tadi kau menggenggam tanganku sangat erat kan?”
BLUSHED
“A-apa katamu?! Aku tidak menggenggamnya sedemikian erat!!”
“Ah, masa?”
“Iya! Berhenti menjahiliku!!”
“Hahaha, dasar kau ini…”
Dia menyentil keningku pelan.
‘Seiji bodoh….’
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan

0 komentar:

Posting Komentar