K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

Vampire's True Power, AWS in Danger!

Senin, 13 Agustus 2012

moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~

~* A Random Anime Fanfiction*~
~*Vampire’s True Power, AWS in Danger! By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
Suasana nampak sangat hening dan mencekam. Tak ada yang berbicara, baik Kaori maupun Arie. Mereka hanya mengayunkan tongkat masing-masing tanpa ada yang mengeluarkan mantra.
“Kenapa?” tanya Kaori tiba-tiba.
“Eh?” sahut Arie bingung.
“Kenapa kau tak langsung mengeluarkan mantramu?”
“Kau sendiri?” Arie menyeringai kecil.
“Bukan urusanmu..”
“Oh, jangan bilang kau takut.. haha..”
“Tch, takut? Tidak sama sekali..”
“Kalau begitu, tunjukkan kekuatanmu!”
“Dengan senang hati!”
Kaori pun melompat dengan tinggi, dan mengucapkan mantranya, “Puhu ahniu!”
Sebuah cambuk terbuat dari api pun muncul! (Catatan, cambuknya terhubung dengan tongkatnya sendiri. Bisa kalian bayangkan?) Dan dengan sigap serta kilat, Kaori menghempaskan cambuk apinya ke arh Arie!
WHUSSH
CTAR!
Satu cambukan panas melayang tepat hampir mengenai Arie jika saja dia tidak segera melompat untuk menghindar. Alhasil, lantai yang tadinya terlihat begitu mewah dan mahal gosong terkena sentuhan api dari cambuk Kaori.
“Fyuh, nyaris!” ucap Arie sambil sejenak mengelap peluh di keningnya. “Kau ternyata cukup… panas! Hahaha…”
“Tch, berhenti main-main denganku!” Kaori mengucap mantra kembali, “Doragon o oe!”
Cambuk api tersebut lepas dari tongkat milik Kaori dan api yang panjang itu berubah menjadi seekor naga api yang berukuran lumayan besar! Tapi mungkin jika di ukur, masih belum sebanding dengan Aoma dan Akama.
“Apa itu?!” Arie langsung menyiapkan tongkatnya, dan mengucapkan mantra, “Denki-teki shirudo!”
CRIING
BZZ BZZ
Sebuah perisai listrik pun muncul dan Arie genggam tepat di tangannya!
“GROAAA!” naga api itu menukik dengan tajam ke arah Arie, dan..
BZZ BZZ
BLEDAR!
Api dan listrik itu saling berbenturan, hingga terbentuklah sebuah ledakan besar!
BRUK BRUK
Baik Arie maupun Kaori saling terhempas dan masing-masing menubruk tiang penyangga istana, hingga efek mantra mereka hilang.
“Api dengan listrik.. tidak, ini tak akan berhasil…” pikir Arie. “Aku butuh yang berelemen air di sini.. elemenku tak ada gunanya di depan vampire ini..”
“Fyuh, untung saja kau berelemen listrik..” Kaori pun beranjak berdiri, “Dengan begini, aku akan terbantu dalam membunuh dirimu!”
“Jangan banyak omong kau, dasar vampire!”
Arie kembali mengayunkan tongkatnya. Tidak, bukan mengayunkan, mungkin lebih tepatnya memutar tongkatnya ala mayoret (?). Dan perlahan listrik pun keluar dari tongkatnya, hingga akhirnya ia mengucap mantra, “Ame supure!”
BZZ BZZ
Listrik pun keluar dari putaran tongkat Arie, dan menyembur (atau mungkin menyemprot) ke arah Kaori dengan begitu kencang dan menggelegar! Di samping itu, Arie masih tetap memutarkan tongkatnya. Karena jika ia berhenti memutarnya, maka habislah sudah riwayatnya karena mantranya terhenti.  Sedangkan Kaori sudah menyiapkan semprotan api miliknya, yang ia gunakan untuk menangkis semprotan listrik milik Arie. Imbang, tak ada yang kalah.
Biasanya, dalam keadaan begini ada Seta di samping Arie yang akan membantunya untuk melindungi Arie yang tengah melancarkan jurus yang paling melelahkan ini. Sayangnya, dia saat ini sendiri, tapi untunglah, Kaori juga sendiri. Jadi, sepertinya mereka berdua akan terus mengeluarkan jurus mereka hingga salah satu di antara mereka kelelahan.
Terlihat, Kaori mulai lebih dulu lelah. Jelas saja, secara logika, ketahanan fisik jauh lebih unggul laki-laki. Tapi kalau sudah begini, Kaori juga tak akan kehabisan ide.
“Kalau begini terus….” Kaori menggigit bibirnya sedikit dan kemudian menarik nafas panjang untuk meneriakkan nama yang sedari tadi ia harusnya sebut, “YOGIIIIII!! TOLONG AKUUUU!!”
“Eh?!” Arie sontak panik.
*Sementara itu…*
~Kastil lantai 3~
Yogi langsung merespon. Dia merasa kaori memanggilnya dari bawah sana. “Kaori!!”
Yogi langsung melirik ke lantai bawah, terlihat Kaori sedang saling beradu mantra dengan Arie. Dan terlihat pula, ia sudah kelelahan. Dan juga, di tambah lagi anggota Himitsu yang sedang menaiki tangga hampir sampai di lantai tempat Kaori dan Arie bertarung. Kesimpulannya, istrinya itu sedang dalam bahaya!
“Tunggulah, sayangku!”
WHUSH
Yogi langsung melompat turun dari lantai tiga menuju lantai dua.
“Gawat! Arie!!” Seta pun langsung berinisiatif melompat turun juga, yang pada akhirnya..
TAP TAP
Seta sudah berada di samping Arie, dan Yogi sudah berada di samping Kaori.
PSYUU
Kekuatan mantra milik Kaori perlahan mengecil.
‘Oh tidak, dia sudah mencapai batasnya..’ pikir Yogi.
BZZ BZZ
‘Arie, berjuanglah…’ pikir Seta. Karena terlihat Arie juga mulai kelelahan.
Hingga akhirnya…
SPLASH
BRUK BRUK
Arie dan Kaori pun jatuh dan masing-masing mantra mereka pun lenyap hingga ketika Arie dan Kaori terjatuh, Yogi dan Seta menangkap mereka. Setidaknya bedanya, cara menangkap Yogi terlihat mesra. Seta? Biasa saja, layaknya pada seorang partner.
“Arie, kau tak apa, kawan?” tanya Seta harap-harap cemas melihat Arie yang terengah-engah begitu.
“Sayang, sayang bertahanlah!” Yogi nampak begitu khawatir pada Kaori.
Namun kedua insan yang di tanya itu tak ada yang menjawab. Hanya lenguhan nafas berat mereka lah yang terdengar.
TAP
Tepat pada waktunya, agen Himitsu datang di lokasi!
“Seta-sama!” panggil Fuji.
Seta reflek menoleh, “Kalian!”
Hiruma langsung mengambil posisi di samping Seta bersama Fuji dan Inglid. Sedangkan Shujin mengangkut (?) Arie ke jarak yang agak jauh dengan musuh agar lebih aman. Kemudian Mizu dan Puti saling bekerja sama untuk memulihkan Arie. Shujin bertugas untuk menjaga para gadis yang tengah menyembuhkan para gadis ini.
Seta tersenyum kecil, “Kerja sama tim mereka menjadi lebih baik di banding dulu…”
Yogi terlihat sangat geram. Dengan datangnya bantuan, pertarungan pasti akan lebih sulit. Bagaimana langkah selanjutnya? Oh, tentu saja Yogi menyadari satu hal. Dia adalah vampire terkuat dalam sejarah, dia bertarung seorang diri pun pasti dia akan tetap menjadi pemenangnya. Such a wonderful power to be proud!
“Hehehe, kalian pikir dengan bertambahnya jumlah kalian, kalian bisa mengalahkanku? Keh, itu tak mungkin!” Yogi langsung menidurkan Kaori di jarak yang cukup aman juga, dan kemudian dia mengucap mantra, “Yami no hira!”
CRIING
Sebuah bola cahaya berwarna hitam muncul dari tangan Yogi, dan kemudian memancarkan sinarnya yang cukup terang namun beraura hitam pekat di atas tubuh Kaori yang terbaring lemah. Sepertinya, itu semacam jurus penyembuh milik Inglid, namun versi kegelapannya (?).
Sementara bola cahaya itu terus bersinar dan berusaha memulihkan Kaori, Yogi beranjak bertarung. “Siapapun yang telah berani menyakiti istriku, tak akan pernah kumaafkan!”
GREP
Yogi menggenggam tongkatnya erat, dan menodongkannya tepat ke arah Shujin. Aura kegelapan memancar kuat darinya. Ia pun langsung membaca mantra, “Ubhara, pisaca!”
DRR…
Sebuah tanah liat muncul dari dalam tanah (?), dan langsung membentuk wujud seorang vampire tepat di hadapan Shujin!
Shujin yang kontan panik, langsung reflek menyerang vampire tersebut. Ia pun membaca mantra sambil meletakkan telapak tangan kanannya di atas lantai kastil tersebut, “Roka mara!”
SRET SRET SRET
Puluhan batu raksasa muncul dari dalam tanah, dan langsung menyerbu vampire itu!
BUAK BUAK BUAK
Vampire itu pun hancur berkeping-keping!
“Huh, ini urusan mudah!” Shujin nampak bangga. Namun sepertinya, rasa bangga itu tak akan bertahan lama.
BLUP BLUP BLUP
Serpihan tanah yang hancur bekas vampire tadi menyatu kembali, dan menjadi lengket layaknya tanah liat! Dan tanah liat itu pun kembali membentuk vampire itu seperti semula tanpa ada cacat sedikit pun!
“Apa?!” Shujin kontan saja kaget tak percaya.
WHUUSH
Vampire itu langsung mendekati Shujin, dan menyerang Shujin dengan pukulan bertubi-tubi. Seperti balas dendam saja.
DUAK DUAK
Shujin berusaha sekuat tenaga menahan pukulan vampire itu yang luar biasa kerasnya. ‘Kekuatannya tiga kali lipat lebih kuat daripada aku!’ batin Shujin di tengah acara menahan serangan vampire itu.
“Senpai!” Fuji, dan Inglid langsung reflek membantu Shujin. Inglid melemparkan tongkatnya, dan mengucapkan, “Henge!”
BUFT
Tongkatnya pun berubah menjadi sebuah pedang. Bersama dengan Fuji, Inglid menggunakan taktik andalan mereka. Menyerang dari dua arah yang berlawanan. Fuji sebelah kiri, sedangkan Inglid sebelah kanan.
“Hiyaaa!”
SRET SRET!
Inglid dan Fuji membelah perut sang vampire dari dua arah secara menyilang.
BRUK
Tubuh bagian bawah dan atas vampire itu terbelah!
Tapi nihil, pada akhirnya, menyatu kembali. (Jika sulit di bayangkan, tonton saja Naruto Shippuden saat pertarungan Naruto dalam Kyuubi mode ekor empat melawan Orochimaru).
“Sial…” gerutu Fuji sebal. “Bagaimana ini?”
“Entahlah…” sahut Inglid dengan tampang seriusnya, “Dia pasti sulit di kalahkan..”
“Setidaknya, aku lumayan terbantu…” Shujin beranjak berdiri kembali setelah tadi terjatuh akibat pukulan dari sang vampire, “Terima kasih…”
Di lain pihak, Yogi memukul lantai kastil dengan tongkatnya, yang kemudian dia todongkan ke arah Mizu dan Puti. Kedua gadis itu langsung bersiaga sambil terus berusaha memulihkan Arie. Yogi pun membaca mantra, “Yami no kosatsu no tochi!”
DRR DRR DRR
Tanah pun langsung berguncang!  Mizu dan Puti spontan saja panik.
SREK SREK SREK!
Tiga tangan berwarna hitam keunguan muncul dari dalam tanah, dan..
GREP GREP GREP
Langsung mencekik Mizu, Puti, dan Arie tanpa ampun! Ketiga penyihir itu mencoba untuk memberontak. Tapi, semakin mereka mencoba memberontak, semakin kuat juga cekikan yang di berikan. Kalau begini, mereka akan mati perlahan.
“S-sial…” gerutu Puti sebal di sela-sela nafasnya yang semakin ia sulit keluarkan. Yang sangat ia sayangkan adalah, tngkatnya dan Mizu terpisah dari pemiliknya masin-masing, jadi mengakibatkan mereka tak bisa menggunakan sihir mereka.
“Hngg…” Mizu nampak sudah tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya terus memegang pergelangan tangan kegelapan itu dan mencoba terus untuk melepaskannya.
Sedangkan Arie hanya diam, tak menunjukkan reaksi apa-apa. Tapi bukan berarti dia sudah mati! Dia berusaha mengalirkan energi listrik ke dalam dirinya lalu merambat ke jantung dan paru-paru agar tetap bisa bernafas di mana elemennya ini sudah sangat menyatu dengan aliran darah dirinya sendiri. Ion tubuhnnya pun memberikan respon baik akan datangnya energi positif dari elemen Arie tersebut. Ini adalah salah satu kekuatan spesial Arie yang tidak di miliki oleh yang lain ketika dirinya berusaha untuk tetap bertahan hidup di tengah situasi yang mempertaruhkan nyawa seperti sekarang ini. Di samping itu, dia sadar bahwa dia tak akan bisa mengandalkan siapapun lagi selain dirinya sendiri dalam situasi saat ini. Ia membuka matanya sedikit, dan memperhatikan situasi.
‘Shujin, Fuji, dan Inglid pasti akan di sibukkan dengan vampire itu. Puti dan Mizu juga sudah tak akan bisa melakukan apa-apa. Seta dan Hiruma pasti terfokus pada Yogi. Ah, aku sendiri pun pasti tak akan bisa apa-apa lagi. Kekuatan mengalirkan listrikku ini pun ada batasnya. Apakah… hidupku tak lama lagi? Apakah.. aku harus berakhir di sini? Apakah… aku harus mati dengan cekikan tangan seperti ini? Hahah.. sangat… tidak elegan…’ batin Arie dalam hatinya yang terdalam.
Di lain pihak, Yogi sudah menyeringai dengan gagahnya (?). “Hahaha! Kau siap untuk merasakan seranganku yang berikutnya?”
“Tak akan kubiarkan!” Hiruma langsung mengeluarkan ratusan (atau bahkan ribuan) senjata apinya, dan mengarahkannya tepat ke arah Yogi!
TREK
DUAAAR
Berbagai tembakan serta panasnya api menyeruak keluar dari senjata Hiruma!
“Kubantu!” Seta langsung menayunkan tongkatnya dan menodongkannya ke arah Yogi. Kemudian, ia membaca mantra, “Supairaru hi!”
Keluarlah api dengan cara spiral dari tongkat Seta dalam ukuran yang cukup besar!
Yogi hanya tetap diam di tempatnya, sambil terus memegang tongkatnya dengan erat. Kemudian dia menodongkan tongkatnya ke arah kobaran api besar nan panas yang mendekatinya itu, lalu membaca mantra, “Menimienai shirudo!”
WHUSSH
Api tersebut tiba-tiba menghentikan pergerakkannya, namun kobarannya tetap bergerak. Akan tetapi, tidak mengenai Yogi sedikit pun!
“Apa? Sialan!” gerutu Hiruma sebal.
“Perisai tak terlihat!? Tch, orang itu..” Seta dapat di pastikan tengah menyumpah-nyumpah tak jelas saat ini.
Yogi tersenyum puas, dan mulai menggerakkan tongkatnya lagi. “Waktunya finishing!”
CLEB
Yogi menancapkan tongkatnya ke lantai kastil istana dan kemudian menggenggam tongkatnya erat.
GLUDUK GLUDUK
Langit cerah pun berubah menjadi hitam pekat. Mendung tiba-tiba datang. Yogi langsung menggenggam tongkatnya dengan erat, dan berkomat kamit yang sepertinya sedang membaca mantra, “Ulka andhera!”
DRR DRRR
“Whoa!” semua agen Himitsu nampak panik. Tanah tiba-tiba saja berguncang dengan sangat keras, dan ternyata…
~Kastil lantai teratas~
What…
The…
Hell…
Seiji, Hana, dan Ochi mengucapkannya dengan berurutan. Seperti biasa, mereka semakin kompak.
“Oh Tuhan…” Seiji nampak menatap langit dengan takjub. “Kekuatan ini…”
“…..” Hana hanya menatap langit dengan dingin, tak berkomentar apa-apa.
“Ayah… tidak.. AYAH!!” Ochi langsung panik, dan bergegas keluar dari ruangan. Namun..
WHUUSH~
Angin kencang tiba-tiba datang menerpa, dan..
KREK!
Membelah atap kastil, yang kemudian menghancurkannya hingga berkeping-keping dan membuat kastil Nowheresville tak memiliki atap lagi sekarang! Sedangkan serpihan atap kastil itu semakin terbang melambung jauh entah kemana terbawa angin. Seiji menahan tamparan angin yang datang ke wajahnya dengan tangan kirinya yang bebas tak memegang tongkat. Sama halnya dengan Ochi, hanya saja, Hana tetap diam tak berekspresi.
“Anginnya kencang, sampai bisa menghancurkan atap kastil!” gumam Seiji takjub. “Mantra yang luar biasa..”
“Tidak, aku harus mencegah ayah merapalkan mantranya lebih jauh lagi!” pikir Ochi yang kemudian langsung berlari ke lantai bawah.
TAP TAP TAP
~Kastil Nowheresville lantai 2~
“Ayah!!” sahut Ochi ketika melihat Ayahnya begitu puas merapalkan mantranya yang terhebat.
WHUSH WHUSH
Gara-gara angin kencang itu, mantra Yogi yang sebelumnya ia rapal untuk membuat tangan pencekik dan vampire alot hilang.
Agen Himitsu selamat? Tidak.
Justru bahaya yang lebih besar menanti mereka.
“Hahahaha! Akan kubereskan kalian semua sekarang juga!” tawa Yogi membahana di tengah hembusan angin yang begitu kencang ini.
“Ayah! Hentikan! Kau bisa membunuh dirimu sendiri! Aku juga ingin menguasai dunia ini secepatnya, tapi tak begini caranya!” Ochi nampak mulai sebal pada Ayahnya ini.
“Diam kau! Tahu apa kau soal menguasai dunia? Ini merupakan bagian dari rencanaku, yang akan segera berjalan dengan mulus! Hahaha!”
“Ayah, kendalikan dirimu! Kau gila, apa?! Jika kau menggunakan mantra ini, tidak hanya para penyihir bodoh itu, tapi kau, ibu, dan aku juga akan tersingkir!”
“Tch, berisik!! Aku harus segera membersihkan kastil ini agar bisa langsung menempati kerajaan baruku, AWS! Hahaha!”
GREP
Yogi mempererat genggamannya pada tongkatnya itu, dan kemudian mengucap mantra kembali, “Kururu radi yos amhae!”
BUM BUM
Meteor-meteor besar muncul dari langit, dan perlahan mulai mendekati bumi!
“Gawat!” Seta mulai menjaga jarak bersama Hiruma dari Yogi. Semua agen Himitsu berkumpul di pojok ruangan bersama dengan Mizu, Puti, dan Aie yang masih mencoba membangkitkan kesadarannya setelah mendapat cekikan yang hampir merenggut nyawa mereka.  Di samping itu, Shujin, Fuji, dan Inglid juga ikut menepi ke pojokan karena vampire yang mereka tadi lawan sudah menghilang entah kemana akibat terbawa angin kencang.
PSSSH
Sebuah meteor kecil jatuh ke lantai kastil, dan membakar lantai tersebut hingga tercipta sebuah lubang kecil karena lantai itu meleleh terkena panasnya api dari meteor tersebut.
“Kekuatan macam apa yang dia keluarkan ini? Sungguh, luar biasa sekali! Seolah-olah dia memanggil alam untuk mengikuti kemauannya…” pikir Fuji.
“Masih ada banyak meteor yang akan jatuh! Semuanya! Tetap berada di belakangku!” ujar Seta yang kemudian mengayunkan tongkatnya lalu memutar-mutarnya hingga membentuk pola lingkaran. Ia pun mengucap mantra, “Kekkai!”
CRING
Sebuah perisai yang terbuat dari cahaya berwarna merah merekah menyelimuti agen Himitsu dan membantu mereka terlindung dari hujan meteornya Yogi.
*sementara itu…*
~Kastil Nowheresville lantai teratas~
Seiji memeluk Hana dengan erat. Mumpung tak ada Ochi, dia berinisiatif untuk melindungi Hana dari hujan meteor yang datang ke bumi.  Ia tahu, percuma saja melakukan hal ini. Namun apa daya, rasa sayangnya pada Hana mengalahkan logikanya itu.
“Hana! Tenanglah, kau aman bersamaku!” ujar Seiji mantap.
PSSH PSSSH
Meteor perlahan membakar kastil lantai teratas itu!
“Sial! Ayo pergi dari sini Hana!”
GREP
Seiji memegang tangan Hana erat, lalu beranjak menuruni tangga menuju ke lantai bawah sambil sesekali berusaha menghindari meteor yang jatuh hampir tepat mengenainya. Sedangkan hanya diam. Masih dengan tampang dingin, dan datar. Dia hanya diam saja di seret-seret oleh Seiji seperti itu.
~Kastil Nowheresville lantai 2~
“Ayah!” sahut Seiji melihat Seta dan yang lain tengah berlindung dalam perisai milik Seta. Seta yang ada di dalam perisai menoleh, dan menghilangkan perisainya.
“Seiji! Syukurlah, kau selamat!” betapa bahagianya Seta ketika dia melihat Seiji selamat. Dan terlebih lagi, membawa Hana bersamanya!
“Ayo, ayah! Kita pergi dari sini! Kastilnya akan hancur, percuma kau menggunakan pelindung!”
“Baiklah! Arie, Puti, Mizu, kalian bisa berlari sendiri?”
Ketiga orang itu berdiri perlahan, dan sedikit mengelus leher mereka yang masih agak pegal. Mereka pun dengan mantap mengatakan, “Bisa dong!”
Seta tersenyum puas, “Bagus, ayo!”
Akhirnya agen Himitsu memutuskan untuk keluar dari kastil.
Sementara itu, Ochi masih tak habis pikir dengan apa yang tengah Ayahnya lakukan ini. Terlihat, tubuh Yogi semakin mengurus. Sangaaaaat kurus, karena efek dari mantranya ini. Inilah sebabnya Ochi tak pernah setuju Ayahnya menggunakan mantra yang sangat terlarang ini. Ayahnya bisa mati karena mantranya sendiri.
“Ayah… hentikan…” Ochi rasanya sudah tak sanggup untuk teriak.
“Ngh..” Kaori beranjak bangun, dan terlihat dia udah agak pulih. Namun, betapa kagetnya dia ketika melihat Yogi berusaha keras berjuang untuk menaklukan dunia ini. Kaori akhirnya hanya tersenyum simpul, dan memegang tangan Yogi yang tengah menggenggam tongkatnya ini.
Yogi menoleh ke arah istrinya, “Kau sudah baikan?”
Kaori hanya tetap tersenyum, “Kau sendiri?”
“Seperti yang kau lihat…”
“Sudah, hentikan.. ini cukup..”
“Tapi—“
“Jika kau tak mau menghentikkannya…” Kaori memejamkan matanya, dan perlahan muncul cahaya dari kedua tangannya yang menyelimuti tangan Yogi juga. “Aku akan ikut mati, bersama dengan mantra mu…”
“Tidak..”
“Ya…”
“Tidak..”
“Ya…”
“Tidak, Kao—“
Shaishin pururu…”
CRIIING
DUAR!
Cahaya yang begitu menyilaukan muncul mengelilingi kastil Nowheresville!
“AYAH!! IBU!!!” Ochi berusaha mencegah perbuatan nekat Ayah dan Ibunya itu. Namun langkahnya terhenti karena dia tidak mungkin mendekati orang tuanya. Cahayanya terlalu menyilaukan. Dan tentu kita semua tahu, cahaya adalah musuh terbesar vampire.
Kaori melirik anak gadisnya, dan ia tersenyum lalu berkata, “Raihlah AWS, demi kami… Ochi…”
“Tidak…” Ochi mulai meneteskan air matanya, “Tidak, jangan bercanda!! Aku tak mungkin mendapatkan AWS sendirian!! Selama ini aku mencoba, mencoba dan mencoba, tapi apa yang terjadi? KALIAN MELIHAT SENDIRI BAHWA AKU TELAH GAGAL!!!”
“Jaga baik-baik tongkat pemberian ayahmu, itu akan sangat membantumu. Karena sepertiya, kami sudah mencapai batas kekuatan kami… kami sudah hidup terlalu lama, kini saatnya pembakaran diri,..”
“Tidak, jangan bicara begitu!! Kenapa kalian tiba-tiba memutuskan untuk pergi meninggalkanku?!”
“Sayonara, Ochi…” Kaori menggenggam tangan Yogi dan perlahan api mulai muncul dari bawah tubuh mereka, dan membakar diri mereka masing-masing.
“Kaori… kau bodoh…” gumam Yogi sambil mencoba tersenyum.
“Kau juga.. Yogi…” Kaori juga hanya tersenyum pahit.
“Jika ini memang jalan yang harus kita ambil.. maka aku tak ada pilihan.. I love you..”
“Aku juga, mengambil jalan ini untuk kebaikan kita semua.. I love you too…”
Perlahan mereka pun saling menempelkan bibir mereka satu sama lain. Dan seiring dengan berakhirnya ciuman itu, sang api pun total membakar mereka berdua. Hingga mereka pun akhirnya…
Lenyap..
Kastil perlahan mulai roboh, Ochi hanya menunduk tanpa tahu harus berekspresi apa. Dia tak pernah habis pikir dengan sifat kedua orang tuanya ini. Ia pun [erlahan berjalan mendekati abu bekas embakaran kedua orang tuany itu. Lalu ia menaburkan serpihan abu itu di atas tongkatnya.
CRIIING
“Eh?” Ochi kaget ketika melihat tongkatnya bersinar. Memancarkan warna hitam dan merah. “Ini… ah, aku mengerti sekarang! Terima kasih ayah.. ibu… aku akan menjaga tongkat ini dengan segenap kekuatanku!”
Ochi pun berjalan menuruni tangga, sambil tidak menghiraukan reruntuhan kastil yang hampir mengenainya. Hingga ketika ia berhasil keluar dari Nowhersville, ia langsung menghentikan langkahnya, sambil tak berpaling pada kastilnya yang sudah rata dengan tanah itu.
“Hilang…” gumam Ochi sambil menunduk dalam-dalam. “Sekarang, semua kenanganku sudah hilang.. aku sendiri, tak memiliki siapa-siapa lagi..”
Ochi melirik sekilas ke arah kastilnya yang sudah hancur lebur itu, “Sayonara…”
Agen Himitsu yang berdiri bersama di depan Ochi yang tengah merenung itu hanya bisa merasa sedikit kasihan. Tapi bagaimanapun juga, dia musuh. Kewaspadaan tetap nomor satu!
Kini Ochi menatap agen Himitsu yang ada di depannya. “Puas? Puas kalian sekarang? Puas kalian karena telah menghancurkan kastilku? Puas kalian, karena telah membunuh kedua orang tuaku? Hahaha, bagus. Sekarang, adalah giliranku! Hana!!”
TAP TAP TAP
Hana langsung berjalan mendekati Ochi, dan melepaskan genggamannya dari Seiji.
“Eh? Hana!!” ujar Seiji panik.
GREP
Ochi dan Hana pun saling berpegangan tangan, dan kemudian, mereka pun mengangkat tangan mereka yang bebas di mana sedang memegang tongkat, kemudian merapal mantra bersama, “Estoria lasefala!”
CRIIING
Hana dan Ochi melepaskan pegangan tangan mereka, dan kemudian perlahan terbang melayang.
WHUUUSH!
Mereka langsung terbang dengan cepat! Kemudian, saat mereka melewati agen Himitsu yang tengah tercengang, mereka mengatakan sesuatu.
“Sampai jumpa di AWS, pangeranku!” ucap Ochi yang kemudian terbang dengan cepat mendahului Hana.
“Sampai jumpaaa…” Hana mengucapkannya dengan dingin, lalu terbang mengikuti Ochi..
Menuju AWS…
“SIALAN!!! Ayo cepat bergegas!!” Seta nampak panik, lalu ia bersama agen Himitsu pun segera menuju AWS tanpa basa basi lagi. Kini AWS benar-benar terancam, karena kekuatan Ochi sudah bertambah!
*sementara itu…*
Langit di AWS juga mendadak menjadi mendung. Agung, Lia, dan Hanamura yang tengah mengobrol di kelas memperhatikan ada keganjalan pada alam.
“Kenapa? Apa yang terjadi?” pikir Hanamura.
“Aku juga tak tahu…” sahut Lia.
“Perasaanku tak enak…” gumam Agung. Datar tentunya.
Di lain pihak, Riku dan Kanou yang tengah melakukan eksperimendi lab juga merasa ada yang ganjal dengan alam.
“Kenapa tiba-tiba mendung?” pikir Riku bingung.
“Sepertinya akan… ‘hujan’…” gumam Kanou serius.
Sementara itu, di ruang guru Pak Shimichi, Pak Ryo, dan Satsuki tengah membicarakan nilai pelajaran Satsuki yang agak menurun.
Namun pembicaraan itu kontan berhenti akibat keadaan alam yang tiba-tiba berubah..
“Apa yang terjadi?” pikir Pak Ryo.
“Aku baru tahu iklim bisa mengalami perubahan begitu drastis..” ucap Pak Shimichi.
Satsuki menatap langit dengan tajam, “Ada yang aneh…”
Di lain tempat, Tobi yang tengah berlatih amefuto di lapangan juga melirik ke arah langit dengan sama herannya. “Apa yang terjadi? Langitnya mendadak mendung… ah, sepertinya aku memang tak harus percaya pada permala cuaca lagi.. hahahaha..”
Ochi dan Hana pun akhirnya sampai tepat di gerbang AWS, dan mereka menatap AWS dengan wajah yang sangat dingin serta aura kegelapan mereka menyeruak begitu kuat.
“Kita bereskan sekarang, Hana…”
“Baik…”
~*TO BE CONTINUED*~

.
Keep Spirit Up!
Hana-chan