K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

BTOOOM!

Selasa, 15 Januari 2013

 
Btooom! (ブトゥーム! Butūmu!?), stylized as BTOOOM!, is a Japanese manga series written by Jun'ya Inoue and serialized in Weekly Comic Bunch and later in Monthly Comic Bunch. An anime adaptation by Madhouse aired from October 4, 2012 to December 20, 2012. It has been licensed in North America by Sentai Filmworks
Ryōta Sakamoto is an unemployed 22-year-old who lives with his mother. In the real world, there may be nothing really special about him, but online, he's one of the world's top players of the combat game called Btooom!. One day, he awakes in what appears to be a tropical island, though he has no memory of how or why he has come to be there. While wandering around, Ryōta sees someone and calls out for help. The stranger responds by throwing a bomb at him. Ryōta soon realizes both that his life is in danger and that he has somehow been trapped in a real-life version of his favorite game. In the game Ryota meets Himiko, who is another Btooom! gamer — and supposedly Ryota's in-game wife.

Episodes:
BTOOOM! Episode 1
BTOOOM! Episode 2
BTOOOM! Episode 3
BTOOOM! Episode 4
BTOOOM! Episode 5
BTOOOM! Episode 6
BTOOOM! Episode 7
BTOOOM! Episode 8
BTOOOM! Episode 9
BTOOOM! Episode 10
BTOOOM! Episode 11
BTOOOM! Episode 12 (Final)

Another

 
Another (アナザー Anazā?) is a mystery horror novel by Yukito Ayatsuji, published on October 29, 2009 by Kadokawa Shoten. The story focuses on a boy named Kōichi Sakakibara who, upon transferring into Yomiyama Middle School and meeting the curious Mei Misaki, finds himself in a mystery revolving around students and people related to his class facing gruesome, senseless deaths. A manga adaptation by Hiro Kiyohara was serialized between the May 2010 and January 2012 in the issues of Kadokawa Shoten's Young Ace. Both the novel and the manga have been licensed in North America by Yen Press. A 12-episode anime TV series produced by P.A. Works aired in Japan between January 1In 1972, Misaki, a popular student of Yomiyama North Middle School's class 3-3, suddenly died partway through the school year. Devastated by the unexpected loss, the students and teachers behaved like Misaki was still alive, leading to a strange presence on the graduation photo. In Spring 1998, 15-year-old Kōichi Sakakibara transfers into Yomiyama's class 3-3, where he meets the peculiar Mei Misaki, who is seemingly ignored by her classmates. The class is soon caught up in a strange epidemic, where its students and their relatives are caught up in mysterious deaths. Learning these deaths have something to do with the Misaki of 1972, it is up to Kōichi and Mei to discover the cause of these mysterious deaths and figure out how to stop it before it puts an end to them.0 and March 27, 2012, and a live-action film was released in Japanese theatres on August 4, 2012.

Episodes:
Another Episode 1
Another Episode 2
Another Episode 3
Another Episode 4
Another Episode 5
Another Episode 6
Another Episode 7
Another Episode 8
Another Episode 9
Another Episode 10
Another Episode 11
Another Episode 12 (Final)

Behind Those Tears

 moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..

~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*Behind Those Tears By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.


“Sekarang… aku tak akan segan-segan lagi padamu!” ujar Seiji.
“Kita bereskan semua ini… sekarang juga!” sahut Hana.
“Kemarilah dan hadapi aku… jika kalian memang bisa!” tukas Ochi sambil mengeluarkan senyum sinisnya.
WHUSH..
Ochi melompat beberapa meter ke belakang. Kemudian, dia menodongkan telapak tangannya yang kanan, dan mengucap mantra, “Raser!”
Dan keluarlah laser petir (?) dari telapak tangan Ochi!
SRET
Seiji langsung berdiri di depan Hana, dan mengayunkan tongkatnya sambil membaca mantra, “Sirude!”
CRING
Sebuah perisai yang terbuat dari kumpulan serabut akar pohon pun muncul, dan digenggam tepat di tangan Seiji.
DUAR
Seiji berhasil menghadang serangan Ochi dengan perisainya itu. Tapi Seiji yakin, itu bukan kekuatan yang benar-benar Ochi ingin tunjukkan. Kekuatannya yang jauh lebih dahsyat dibanding ini pasti masih tersembunyi. Dan dapat dipastikan, dia akan mengeluarkannya kali ini.
Namun, Hana tiba-tiba berdiri di samping Seiji lalu memegang tongkat Seiji. Seiji yang heran, reflek menoleh ke arah Hana.
“Kenapa, Hana?” tanya Seiji.
Hana berbicara, namun pandangannya tetap fokus pada Ochi, “Biarkan aku saja yang melawan Ochi. Kau sudah terlalu banyak berinteraksi dengannya..”
“Tapi, kau bisa-bisa celaka lagi!”
“Tidak kali ini. Aku akan segera menghabisinya…”
“Apa kau yakin? Kau baru saja pulih..”
“Aku bosan melihatmu hanya bertarung dengannya terus..”
“Tapi Han—tunggu.. heee, jangan katakan padaku kau cemburu..”
BLUSH
“T-tidak! Jangan kau pikir kau tahu segalanya tentangku!”
Seiji kembali menoleh ke arah Ochi yang terlihat sudah compang camping, “Baiklah, jika itu maumu. Tapi aku tetap akan membantumu dari belakang.”
“Terserah…”
“Yosh…” Seiji melompat kurag lebih dua meter ke belakang Hana dan kembali melemparkan tongkatnya ke langit. Kemudian, Niiji pun muncul kembali setelah tadi lenyap akibat terkena kobaran api Hiruma dan semburan air Puti.
“Auuu..” Niiji seolah mengisyaratkan, bahwa pertarungan yang sebenarnya baru akan dimulai. Seiji memejamkan matanya sejenak. Lalu ketika dia kembali membuka matanya, sepasang pentagram muncul di bola mata yang indah itu.
“Kau siap, Niiji?” tanya Seiji.
“Rwrr..” jawab (?) Niiji.
“Kuanggap itu sebagai ‘iya’…”
*sementara itu…*
Di pihak agen Himitsu yang lain, semua juga sedang bertarung dengan sekuat tenaga. Dengan siapa? Siapa lagi jika bukan naga milik Ochi. Meski kedua matanya sudah dibutakan oleh Agung dan Lia sebelumnya, tapi kekuatan naga itu tak hilang sedikitpun. Justru dia malah mengeluarkan semua kekuatannya secara membabi buta. Dan hal inilah yang menjadi penghambat agen Himitsu untuk mendekatinya dan melancarkan mantra padanya.
“Bagaimana ini… kita tak akan pernah selesai jika terus seperti ini…” ucap Fuji sambil mengelap peluh di keningnya. Tak lupa juga, tangan Kuroma yang super besar itu masih melayang-layang tepat di belakangnya, di balik pintu gerbang kematian.
“Satu hal yang pasti, kita harus bisa membuatnya tenang dulu…” pikir Puti. Di samping itu, Puti juga kembali memanggil Dewi Air untuk membantunya dalam pertempuran kali ini.
“Tapi bagaimana caranya?” tanya Inglid. Cahaya milik Tenshi yang begitu terang itu terus bersinar di atas kepala Inglid. Membuatnya seperti malaikat yang baru turun dari surga.
“Itulah yang ingin kutanyakan dari tadi..” Mizu menyetujui.
Hiruma nampak masih memikirkan sebuah strategi penyerangan yang akurat sambil menaiki tubuh Akama. “Hmm…”
“Bagaimana? Apa kau punya ide, Hiruma?” tanya Shujin.
Hiruma berkata sambil mengusap-ngusap dagunya, “Sebenarnya tanpa harus menenangkan dia pun, kita masih bisa melawannya. Caranya, kita harus bisa menghindari semua titik serangannya, lalu begitu ada celah, kita buat dia jatuh!”
“Bodoh…” tukas Fuji, “kita sudah coba itu berapa kali, hah? Naga itu sudah gila! Kita bertarung dengan hewan liar, bukan hewan peliharaan lagi!”
“Yang terpenting sekarang…” Puti terlihat siap dengan tongkatnya, “kita coba dulu saja semua yang kita bisa.. selagi ada celah, langsung keluarkan kekuatan kalian!”
Semua mengangguk tanda setuju. Sebenarnya, Hiruma juga mengiyakan, hanya saja, dia tetap diam tak memberi respon apapun.
“GROAA!!”
“Naganya mengeluarkan listrik!”teriak Inglid panik.
“Serahkan padaku!” Shujin melompat sangat tinggi, tepat ke depan mulut sang naga. “Rasakan ini!! Broku moot!”
CRIING DUAR
Shujin menonjokkan batu yang begitu besar di depannya, tepat kemulut sang naga.
HAP (?)
Aliran listrik yang akan keluar dari mulut naga itu pun terhambat karena ada batu raksasa yang menyumbatnya.
“Yeah!” Shujin nampak bangga.
“Sekarang!!” perintah Hiruma.
Inglid melayang tepat di belakang sang naga, dan mengeluarkan cahaya yang begitu terang bersama Tenshi. Cahaya itu berfungsi sebagai penambah kekuatan pada mantra teman-temannya yang lain.
“Sekarang saatnya untukmu pergi!” Mizu menodongkan tongkatnya ke arah bagian atas dari kepala sang naga, dan mengucap mantra, “Zestro fure!”
BRUK
Beribu-ribu ton salju—mungkin—menindih seluruh tubuh sang naga, hingga ia kesulitan bergerak. Sedikit catatan, sumpalan batu raksasa dari Shujin sudah mulai melemah akibat terkena sengatan listrik dari dalam mulut sang naga.
“Dewi air… bantulah aku…” Puti melayang dibantu oleh Dewi Air yang merangkul pinggangnya dari belakang, dan Puti pun memutar tongkatnya dengan cepat, sambil mengucap mantra, “Bame shoot!”
Peluru air yang begitu besar dan banyak muncul menyerbu tubuh sang naga! Sepintas, tubuh sang naga hanya tersakiti sedikit, dan hanya terlihat basah. Padahal, tujuan dari peluru air itu untuk menyerap tenaga sang naga, agar semakin melemah.
“Baiklah, saatnya mengakhiri semua ini!” Hiruma menepuk kepala Akama, dan mengucap mantra, “Elfeim las vetroz!”
“GROAA!”
WHUUSSH
Kobaran api yang begitu panas menyerbu sang naga dan mengelilinginya hingga mengurungnya dalam sebuah bola api yang panas.
PSSH..
“GROAAA!”
Seperempat tubuh dari naga itu mulai terbakar!
“Bagus… ayo terus!” Hiruma nampak harap-harap cemas.
Inglid nampak makin memperkuat sinarnya, agar efek serangan Hiruma lebih kuat juga.
“Ayo… berhasilah..” Hiruma masih nampak berharap.
PSSSH..
“Setengah badannya sudah habis terbakar!” ujar Mizu kagum.
“Grr… GROAA!”
PRANG!
Bola api buatan Hiruma pecah karena naga itu berhasil meretakkan batu milik Shujin, dan listriknya menyembur keluar bola hingga membuatnya pecah! Dan tidak hanya itu, listrik itu juga mengenai Hiruma, Mizu, Shujin, Puti, dan Inglid.
“Belum selesai!” Fuji melompat tinggi dibantu angin topan yang ia buat tadi.
CLEB
Dia menancapkan pedangnya tepat di atas kepala naga itu, dan segera berteriak, “Kuroma!!”
GREP
Tangan Kuroma langsung menyeret naga Ochi perlahan menuju gerbang kematian.
WHUSH
Pedang yang ditancapkan Fuji di atas kepala sang naga dibuat untuk menciptakan pedang angin, yang menyayat-nyayati setiap senti dari permukaan tubuh naga tersebut. Tentu saja, agar dia melemah, dan Kuroma semakin mudah menyeretnya ke gerbang kematian.
Namun…
BZZ BZZZZ!!
Pergelangan tangan Kuroma pun belah, akibat terkena sengatan listrik dari sang naga! Fuji pun berinisiatif mundur sambil menarik kembali pedangnya.
“Sekarang… bagaimana…” sahut Mizu sambil menahan rasa sakitnya akibat terkena sengatan listrik tadi.
“Entahlah…” gumam Fuji bingung.
*kembali ke arena sebelumnya…*
SRET
Hana menodongkan tongkatnya pada Ochi. Tatapan kebencian sangat terlihat jelas di kedua bola mata Hana.
“Hahaha, sok jagoan sekali kau ini! Mau mencoba melindungi pangeranku? Jangan kau pikir kau bisa melampaui kemampuanku!” ejek Ochi mentah-mentah pada Hana.
“Ya, mungkin untuk saat ini tidak. Tapi aku hanya ingin bisa melakukan sesuatu yang berharga untuk Seiji sekali-kali…” tukas Hana dingin.
“Hoo… baiklah, kita lihat apa yang kau punya dengan tubuh lemah seperti itu!”
SRET
Ochi menempelkan kedua telapak tangannya di tanah, dan kemudian membaca mantra, “Appy rokku!”
DUAR DUAR DUAR
Bebatuan yang runcing dan besar muncul dari dalam tanah! Dan tempatnya keluar selalu tepat dibawah Hana dan Seiji! Reflek, kedua penyihir itu saling melompat untuk menghindari resiko tertancap di atas batu itu dan mati konyol. Namun tak selang beberapa lama, Ochi menghentikan mantranya, dan menghela nafas sejenak.
‘Sepertinya dia sudah lelah..’ pikir Hana. “Sekarang kesempatanku!”
WHUSH
Hana memutar tongkatnya, lalu mengucap mantra, “Aisu durry!”
CRIIING
DUAR!
Sebuah laser es pun muncul dari putaran tongkat Hana, dan mengenai tubuh Ochi langsung! Terlihat asap dari hasil es yang meleleh di tubuhnya mengepul hebat.
“Ini masih belum apa-apa!” Hana melompat tinggi, dan kemudian mengayunkan tongkatnya sambil membaca mantra, “Vuruuvu radii!”
CRING
Sebuah tombak es yang begitu besar dan tajam muncul! Namun karena tombak itu muncul di atas tanah, maka tombak itu akan segera jatuh. Dan jika jatuh ke tanah, maka tanah akan membuat retakan yang amat besar, dan yang habis bukan hanya Ochi, tapi semuanya.
“Hana, apa yang kau lakukan?!” Seiji nampak panik melihat hasil mantra Hana.
“Hanya ini satu-satunya cara…” gumam Hana, “Jika hanya Ochi yang mati, dia masih bisa mereinkarnasi dirinya menjadi vampire lagi, dan menggunakan tubuh orang lain lagi untuk dia kendalikan. Tapi jika kita semua mati, tak akan ada yang bisa dikendalikan oleh Ochi lagi…”
“Hana…”
“Selamat tinggal Ochi.. kita bertemu lagi, di alam sana…” Hana memberikan seulas senyum. Sedangkan Ochi hanya bisa menggerutu kesal.
Hiruma melirik duri es yang begitu besar itu hampir jatuh tertancap tepat di atas permukaan tanah, “Bodoh! Manajer Sialan, apa yang kau lakukan?!”
Puti juga bereaksi kaget, “Hana, jangan lakukan itu!”
“Kita semua bisa mati!” teriak Inglid ketakutan.
“Hana, apa yang kau pikirkan?!” bentak Mizu sambil berlari menghampiri sahabatnya itu.
Fuji menarik tangan Mizu, dan berkata, “Sudah, terima saja.. pada akhirnya, setiap manusia pasti akan mati juga…”
“Itu hanya duri es… ukurannya yang besar tak akan membahayakan kita semua, ‘kan?” tanya Suichi pada Arie.
“Iya, durinya memang tidak pernah berbahaya…” Arie terlihat memasang muka kaget dan takut.
“Lalu?”
“Yang berbahaya adalah tempat dimana duri itu akan menancap…” sahut Seta serius, “Duri itu berukuran sangat panjang dan besar, jika menancap di tanah, bisa-bisa menembus hingga ratusan meter dalamnya dan membuat tanah di sekitarnya retak. Tidak hanya itu, kemungkinan yang jauh lebih buruk adalah….”
“Adalah?” Suichi makin penasaran.
“Kau ingat soal biji yang kutanam di bawah gedung AWS yang selalu mengeluarkan darah itu?”
“J-jangan-jangan…”
“Kau tepat.. duri itu akan menancap, pada biji emas yang kutanam… jika biji itu hancur, maka darahnya akan meluap keluar lalu habis… sisanya, duri itu akan…..”
CLEB
Duri es milik Hana sudah tertancap tepat di tanah yang ditanami biji emas.
KREK
Tanah di sekeliling duri itu mulai retak…
“Akan apa, Seta?!” tanya Suichi. Berharap dia bisa mencegah kejadian ini sebelum terlambat.
Seta kembali meneruskan kata-katanya, “Akan… meretakkan tanah AWS, lalu terus menghancurkannya hingga membuat lubang besar yang akan mengubur semua warga AWS hidup-hidup..”
“Tidak mungkin.. itu berarti, kita juga bisa mati!”
“Begitulah…” Seta menunduk pasrah. Ia tahu, pada akhirnya dia akan menghadapi situasi ini ketika dia menceritakan soal biji emas itu pada seluruh agen Himitsu tempo dulu.
DUAR!!
Akhirnya biji emas itu kehabisan darahnya, dan membuat lubang yang menghisap seluruh warga AWS!!
“KYAAAA! AKU TAK MAU MATI SEKARAAAANG!” teriak Ai ketakutan. Sedangkan badannya sendiri sudah terhisap ke dalam lubang yang dibuat oleh biji emas itu.
“Aaaggh! Sial kau… SIALAN KAUUUU! TERKUTUK KAUUU!” teriak Ochi marah, sambil berusaha melawan hisapan biji itu. Namun usahanya sia-sia.
Agen Himitsu yang lain beserta naga Ochi juga sudah terhisap.
Semua.. sudah hampir terhisap…
-Hana’s POV-
Sekarang… semua selesai…
Akhirnya, akhirnya aku bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Kuharap dengan ini, tak akan pernah ada lagi peperangan… cukup… cukup ini yang terakhir..
“Hana….”
Siapa di sana? Siapa yang memanggilku? Ah, mau tak mau aku harus membuka mataku yang sudah siap untuk terpejam selamanya beberapa detik yang lalu.
Dan ketika kubuka mataku…
Seekor kuda terbang menghampiriku. Apa aku bemimpi? Apa aku sebenarnya sudah di surga?
“Ah, sepertinya, aku sudah sampai di surga…” ucapku senang.
“Belum Hana… tugasmu belum selesai!” ucap kuda itu.
“Apa yang kau bicarakan? Aku sudah mengalahkan Ochi dan naganya sekaligus…”
“Ya, itu memang benar.. tapi masih ada satu tugas lagi yang belum kau selesaikan..”
“Apa itu?”
“Menyelamatkan nyawa teman-temanmu…”
“Hah? Tapi, bagaimana kalau Ochi hidup kembali dan—“
“Tenang saja.. dia dan naganya sudah kukirim ke gerbang kematian.. sudah kupastikan, mereka tak akan bisa keluar lagi..”
“Gerbang kematian? Jangan-jangan…”
“Ya, aku adalah Shittesuki. Aku juga monster dari Darkness Hole..”
“Tapi, bagaimana caranya aku menyelamatkan mereka semua? Aku tak bisa menggendong mereka satu persatu keluar lubang..”
“Itulah gunanya ada aku… sadarlah Hana, yang kau lakukan ini, belum sepenuhnya benar!”
Aku terdiam sejenak. Memang benar, aku mengorbankan nyawa teman-temanku hanya demi pertarungan ini. Jika Ochi dan naganya sudah tak ada lagi, itu berarti semua sudah selesai. Dan tugasku sekarang hanya memperbaiki kesalahanku. Aku harus menyelamatkan teman-temanku! Mereka semua… mereka semua berharga bagiku!
Aku melihat ke sekitarku. Semua teman-temanku sudah pingsan akibat kehilangan oksigen. Ini berarti, kami sudah setengahnya masuk ke dalam lubang. Tak ada lagi oksigen di sini. Aku harus memperbaiki semua ini sebelum terlambat!
“Shittesuki… bantu aku!” ucapku pada akhirnya.
“Baiklah.. sekarang, pejamkan matamu…” ujarnya.
Aku pun memejamkan mataku. Tak lama kemudian, aku merasa badanku terangkat. Oksigen yang awalnya mulai berkurang, kembali terhisap oleh indra penciumanku. Aku kembali bernafas normal!
Dan saat kubuka mataku…
“Lu-lubangnya besar!” teriakku kaget. Aku memandang pantulan dari diriku di tanduk Shittesuki yang sedang kutunggangi karena tanduknya terbuat dari berlian yang mengkilat. Dan… apa ini?! Kenapa di mataku ada pentagram?! Ah, jika aku ingat lagi, Fuji, Seiji, Hiruma, dan Inglid juga memiliki mata ini saat bertarung bersama monster Darkness Hole masing-masing. Ah, sepertinya hanya aku saja yang mengeluarkan mata ini dengan reaksi yang tidak keren.
“Cepat, berikan tongkatmu padaku!” perintah Shittesuki.
Aku mengangguk dan memberikan tongkatku padanya. Dia menggigit tongkatku, dan seketika tongkatku bersinar sangat terang!
Dan aku terkejut untuk kedua kalinya, karena beberapa warga AWS melayang terangkat keluar dari lubang itu!
Kenapa aku bilang beberapa? Karena untuk penyihir yang memiliki monster Darkness Hole, dia sudah diselamatkan oleh monsternya sendiri, tepat seperti aku ini. Dan yang diselamatkan oleh Shittesuki adalah warga AWS yang tidak mempunyai monster Darkness Hole seperti Mizu, Shujin-senpai, dan Arie sama, juga yang lainnya.
“B-bagaimana dengan lubangnya?” tanyaku cemas.
“Serahkan padaku!”  Shittesuki memberikan kembali tongkatku. Dan dia pun menyemburkan nafas es pada lubang yang terbentuk itu. lubang itu pun hilang, tergantikan oleh es yang menutupinya, dan perlahan berubah menjadi tanah kembali!
Wow, esnya bisa berubah menjadi tanah!
Selang beberapa lama, tanah AWS utuh kembali. Dan semua mendarat dengan selamat di atas tanah yang sempat menjadi lubang raksasa itu. Hanya saja, sekarang gedung AWS sudah hilang. Semuanya.. habis…
Aku turun dari badan Shittesuki, dan mengelus rambut birunya perlahan, “Kenapa ini harus terjadi? Ugh…”
“Nggh… di mana aku… sekarang…” tanya Seiji yang mulai sadar sambil berusaha bangun. Ada Niiji di sampingnya yang membantunya keluar tadi.
“Seiji….”
-Normal POV-
Seiji melirik ke arah suara yang memanggilnya, “Hana! Kau selamat!”
Hana langsung berlari menghampiri Seiji, dan…
GREP!
Dia memeluk tubuh Seiji dengan sangat erat. Tentu saja, itu membuat Seiji kaget. “Tidak hanya aku.. tapi kita semua... kita semua selamat!”
“Apa maksudmu?” tanya Seiji. Tapi kemudian ia sadar, bahwa yang menyelamatkan semua warga AWS adalah Shittesuki. Ia pun mengeluarkan seulas senyum.
“Maafkan aku, Seiji…” Hana menangis dalam pelukan pria yang memiliki mata warna hijau emerald itu, “Aku.. aku sudah bertindak bodoh! Aku menghancurkan bijinya, dan aku nyaris membunuh kalian semua! Aku.. aku payah!”
Seiji mengusap punggung Hana, dan berkata, “Tidak.. kau sudah melakukan hal yang benar… aku bangga padamu…”
“Seiji….”
“Sudah, berhentilah menangis…” Seiji melepaskan pelukannya, dan memegang bahu Hana. Tangannya yang kanan menyeka air mata yang mengalir dari pipi Hana, “Kau hebat… Aku jadi semakin sayang padamu.. Hana..”
CUP
Kecupan dari bibir Seiji terasa jelas di bibir Hana. Dia juga bisa merasakan wajahnya memanas. Ciuman itu berlangsung cukup lama, hingga…
“Aduh, anak muda jaman sekarang.. beraninya di depan umum…” ucap Arie sambil berlagak menggelengkan kepalanya.
Hana yang kaget langsung mendorong badan Seiji menjauh dan sesi romantis itu pun terhenti, “I-ini tidak seperti kelihatannya!” ujar Hana panik. Sedangkan Seiji hanya tersenyum santai.
“Ah, Seta… kurasa anakmu sudah dewasa..” Suichi melirik adiknya yang tengah menghampiri kerumunan bersama Purento.
“Ya, dia sudah dewasa, tanpa kusadari…” pikir Seta.
“Huh, aku bisa melakukan yang lebih daripada ciuman…” ucap Seiji yang sukses mendapatkan jitakan dari Hana.
“Sekarang bagaimana?” tanya Hiruma.
“Apanya?” tanya Hana balik.
“Klub amefuto kita, bodoh!! Semuanya hancur gara-gara kau!”
“Jangan salahkan aku, aku sudah memperbaiki semuanya! Lagipula, semuanya hancur karena Ochi!”
“Jangan suka menyalahkan orang lain, Manajer Bodoh!”
“Aku tidak bodoh!”
“Kau bodoh!”
“Tidak!”
Baik, tinggalkan dulu mereka berdua, sekarang kita lihat percakapan Seiji dan yang lain.
GREP
Fuji dan Shujin merangkul bahu Seiji dari sisi kiri dan kanan.
“Aduh, kenapa kalian ini?” tanya Seiji sambil menahan beban kedua laki-laki di sampingnya ini.
“Hey, Seiji…” Fuji nampak berbisik, “Katakan padaku, bagaimana rasanya?”
“Hah? Apanya?” Seiji nampak bingung.
“Bibir Hana!” Shujin juga ikut berbisik.
“Ah…” Seiji mengeluarkan senyum jahilnya, “Rasanya sangat manis! Dan sensasi yang diberikan juga begitu panas! Bisa membuatmu terangsang dengan mudah!”
“Huooo!!” kedua laki-laki itu nampak berbinar.
BRUK!
Fuji langsung tertindih oleh salju yang ditimpakan padanya dari Mizu, “Sejak kapan kau jadi seorang pervy, eh?”
“Hahaha! Makanya, jangan punya pacar!” Shujin nampak bangga.
BLETAK
Seketika, Shujin merasakan jitakan yang familiar. “Kuberikan kau SP lagi nanti…”
“Sialan kau, Kagami…”
“Seiji…” Puti menatap Seiji serius. Seiji yang tengah menertawakan kedua temannya itu, langsung menoleh ke arah Puti.
“Apa?” tanya Seiji.
“Jaga Hana baik-baik… jangan sampai kau mengulangi kesalahanmu untuk yang kedua kalinya…”
“Kesalahan?”
“Kesalahan.. karena sudah meninggalkan orang yang begitu menyayangimu..”
Puti memberikan seulas senyum, dan pergi meninggalkan Seiji yang tengah merenung.
“Bagaimana sekarang, Seta?” tanya Arie sambil memandang lahan kosong di depannya.
“Yah, kita harus re-build AWS…” jawab Seta.
“Kurasa kau benar.. haha, sepertinya kita harus merogoh kocek lebih dalam lagi sekarang…”
“Iya… hahaha..”
Dan dengan itu, pertempuran pun berakhir, dan AWS kembali dibangun.
*skip time…*
~6 Bulan kemudian~
AWS yang megah itu sudah kembali lagi setelah di bangun kembali. Dan sekarang, AWS bukanlah sekolah biasa lagi. Malah beralih fungsi, jadi sekolah sihir. Ini dikarenakan warga AWS yang ikut bertarung tempo hari, iri pada para penyihir yang bisa sihir. Maka Seta memutuskan beralih profesi jadi wakasek dan Suichi menjadi kepala sekolah yang baru. Arie menjadi guru yang khusus mengajarkan pelajaran sihir pada setiap kelas bersama Seta.
Dan bicara soal penyihir lain, kita lihat keadaan di UKS..
“Aw aw aw…” Ai mengelus-ngelus dadanya terus. “Sakiiit…”
“Ini karena kau mengeluarkan perisaimu terlalu sering! Makanya penyembuhanmu lama!” tegur Riku.
“Selain itu, jangan mengelus dadamu sembarangan di depan laki-laki…” Kanou nampak membuang muka sambil berusaha mengalihkan perhatiannya pada cairan kimia yang sedang dia teliti.
“Huh, tapi ‘kan dadaku sakit! Kau tak akan tau bagaimana rasanyaaaa~” rengek Ai. Kagami yang ada di sebelahnya hanya bisa sweatdrop.
KLEK
Ada suara pintu yang terbuka.
Lia yang masih terbaring di tempat tidur menoleh, “Ah, Hanamura! Agung!”
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Hanamura sambil menghampiri tempat tidur Lia.
“Sudah lebih baik.. Riku bilang, aku bisa beraktifitas lagi lusa..” jelas Lia.
“Syukurlah…” Agung nampak lega. Dan intonasinya yang datar tetap tidak hilang.
Baik, kita lihat atap sekolah sekarang.
“Hana….” Seiji berbicara di belakang Hana yang tengah melihat pemandangan dari atap sekolah yang selalu indah itu.
“Iya, Seiji?” sahut Hana tanpa berbalik menatap wajah Seiji. Dia masih asyik dengan aktivitasnya.
“Aku, ingin bicara denganmu…”
“Bukankah memang itu alasanmu memanggilku kemari?”
“Iya.. memang…”
“Lalu? Apa yang ingin kau bicarakan?”
“Ini.. soal kita berdua..”
“Maksudmu?”
“Hana.. aku.. menyukaimu..”
“Bukankah kau selalu bilang begitu? Aku menyukaimu, dan bla bla bla..”
“Tidak…” Seiji memeluk Hana dari belakang, yang kontan membuat Hana kaget, “Kali ini.. tak ada candaan.. aku serius…”
“A…ahahaha.. j-jangan bodoh kau! Kalau Kagami melihatmu dan salah sangka lagi, dia bisa memberikanmu SP!”
“Maukah kau… menikah denganku?”
“APA?!”
DUAK!!
Hana langsung menonjok pipi Seiji, dan Seiji memasang muka memelas andalannya.
“Sudah kuduga, kau hanya mau mempermainkanku!!”
“Aku serius!” Seiji bangun dari duduknya akibat terkena tonjokan Hana tadi. Dia kembali berjalan mendekati Hana.
KREK
Dia membuka kotak merah yang sedari tadi ia genggam. Dan ada cincin dengan permata biru di atasnya. Itu cincin Hana saat ia jadi penyihir! Sedikit catatan, karena misi mereka telah berhasil, cincin itu akhirnya bisa lepas dari jari mereka. Jadi sekarang mereka hanya bisa sihir, tapi tak bisa berubah. Cincin itu hanya sebagai aksesoris sekarang.
“Aku tanya sekali lagi, Hana…” Seiji kembali menatap Hana dengan serius, “Maukah kau menikah denganku?”
“B-bodoh! Bercandamu itu tak lucu!” Hana nampak membuang muka.
“Aku serius! Untuk sekarang, aku beri kau cincin ini. Sebagai tanda bahwa kau hanya milikku! Tapi jika sudah menikah nanti, bukan cincin ini yang kuberi.. tapi ini…”
Seiji mengeluarkan satu kotak merah lagi. Dan saat dibuka, ada cincin emas di dalamnya!
“K-kau sudah mempersiapkannya dari sekarang?!” Hana nampak kaget.
Seiji mengangguk, “Aku menyayangimu… tidak… aku mencintaimu, Hana…”
Hana terdiam beberapa saat.
“Seiji bodoh…” Hana tersenyum, lalu mengambil cincin berpermata birunya. Dia pun memakainya, dan membelakangi Seiji lagi, “A-aku… aku… aku juga men…menc..mencinta—“
PUK
Seiji menepuk kepala Hana dengan pelan dan lembut, “Tanpa kau katakan pun… aku sudah tahu bagaimana perasaanmu padaku…”
“Ya, kau memang tahu segalanya..” Hana tersenyum simpul.
Mereka berdua saling berhadapan kembali, dan saling mendekatkan wajah masing-masing.
Semakin dekat…

Dekat…

Dekat..

Hingga…
“YAAAA-HAAAA!!”
DRRT DRRRT
Hiruma datang sambil menembakkan senapannya kemana-mana!
“Eh?” Hana nampak menoleh ke arah pintu masuk atap sekolah. Ada agen Himitsu yang lain di sana!
“Sepertinya berciuman sudah jadi kebiasaan kalian ya sekarang…” pikir Puti sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Moment romantisnya jadi berhenti gara-gara Hiruma!” Mizu nampak berlinang air mata.
“Iya.. hiks… padahal momen tadi yang paling kutunggu…” Inglid juga nampak berlinang air mata.
“Coba saja aku bisa menahan Hiruma lebih kuat dari perbuatan jahilnya!” Shujin nampak sangat menyesal.
“Iya, kita kurang kuat menahannya!” Fuji juga nampak sangat menyesal.
“Kekekeke! Itu hukuman kalian karena mau mengintip orang pacaran!” Hiruma berkekeh ria dengan puasnya.
“Ternyata kalian dari tadi mengintip ya…” Seiji memasang wajah kesal karena terganggu.
“Hahaha, kalian ini! Ada-ada saja!” Hana pun tertawa melihat tingkah teman-temannya itu.
Dan akhirnya, semua selesai. AWS atau Anime World School, sekarang sudah menjadi aman, damai, tentram, dan sejahtera (?).
Seiji dan Hana juga sudah hidup bahagia bersama selamanya (?).
~*OWARI*~

.
Keep Spirit Up!
Hana-chan