K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

A Battle Between The Devils

Rabu, 20 Juni 2012


moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*A Battle Between The Devils By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
 ~Hiruma’s Battlefield~
“Kuharap, sekarang kita bisa sedikit lebih serius setelah sedari tadi hanya melakukan pemanasan kecil...” ujar Prem dengan geram.
Seringai lebar terpampang di wajah setan AWS itu, “Kau bisa bersenang-senang denganku selama yang kau mau...”
TREK!
DUAAAR!
Hiruma menembakkan senjata setannya (?) itu tepat ke arah Prem!
WHUUSH
Prem berhasil menghindar dengan gagahnya (?).
“Kau bercanda?” tanya Prem. “dari tadi yang kau lakukan hanya menembak dan menembak. Mana kekuatanmu, hah? Hanya begini? Tahu begini, kuhabisi saja kau dari tadi!!”
“Kekekeke….” Hiruma tertawa disertai seringai setannya yang khas, “kau hanya belum tahu saja, Religi Sialan! Sebenarnya aku ini jauh jauh jauh jauh jauuuuh lebih baik daripada kau! Kekeke!!”
“Tch, silahkan tertawa sepuasmu! Yang jelas, aku akan membunuhmu dan tawa jelekmu itu sekarang juga!”
SREK!
Prem mulai membuka kitabnya (?).
“Bersiaplah!” Prem mulai membaca mantranya, “Nadel!”
Hiruma langsung bersiaga.
Tiba-tiba, dari atas langit, muncul hujan es namun es nya berupa es tajam khas gua jaman es (?).
“Sial!”
JLEB JLEB JLEB JLEB
Hiruma hanya bisa melompat kesana kemari menghindari es dan sesekali menembakkan flame nya agar bisa melelehkan es nya bila ia tak sempat menghindar.
Setelah hujan es itu selesai, penderitaan Hiruma belum beres sampai di sana.
“Belum cukup!” Prem kembali membaca mantra di kitabnya, “O, o axioomatikos, dose mou dynamii to cheri sas , oste na piasei kai na katharisete ton antipalo tou apo tis amarties tou!”
‘Itu mantra yang cukup panjang..’ Hiruma sempat sweatdrop.
Dan tiba-tiba…
WHUSSSSH~
Tanahnya berubah menjadi es! Tepatnya, tanahnya membeku!!
“A-apa?!” Hiruma nampak agak panik dan kaget.
Lalu tak lama kemudian sebuah tangan raksasa muncul dari bawah es nya dan—
GREP
—menggenggam tubuh Hiruma dengan sangat erat hingga nampaknya Hiruma sendiri sulit bernafas!
“S-sialan!” Hiruma mencoba memberontak sebisa mungkin.
“Hahaha! Belum selesai!” Prem kembali membaca mantra, “O axioomatikos tis , to soma tou eiche pagosei , kai echei katastrafei apo ti gi!”
KREK!
Hiruma merasa jari-jari kakinya langsung terasa sangat dingin! Apa yang terjadi? Ternyata Hiruma perlahan-lahan mulai membeku! Dan dirinya mulai sulit bergerak, ditambah lagi sekarang esnya sudah membekukkan dia hingga lutut, dan genggaman tangan es raksasa itu nampaknya belum mau melepaskan Hiruma begitu saja.
“Kekeke! Aku suka cara bertarungmu yang tak segan-segan itu!” sempat-sempatnya Hiruma berkomentar.
“…” Prem hanya memasang tampang dingin, sambil lanjut membacakan mantranya, “Adhikari O, i dayyam lo harshest sikusa ivvalani!
WHUSSSH!
Ribuan tangan namun yang kali ini ukurannya lebih kecil muncul dan melayang tepat di sekitar Prem dan Hiruma! Sementara Hiruma semakin panik, karena seluruh kakinya sudah benar-benar beku sekarang!
Prem mengangkat tangannya dan berkata, “Serang!”
WHUSSH~
BUAK! BUGH!
Dua tangan melayang tepat pada pipi dan perut Hiruma. Dan terus melayang yang lainnya tanpa henti ke seluruh tubuh sang setan itu. Hiruma hanya bisa meringis menahan sakit, sementara sekarang seluruh bagian tubuhnya yang bawah sudah benar-benar beku dan tak bisa digerakkan.
Apa yang akan Hiruma lakukan setelah ini?
*sementara itu…*
Fuji , Mizu, Shujin, dan Inglid tengah dalam perjalanan untuk menghampiri tempat pertarungan Hiruma dan Prem.
Fuji pun berinisiatif memulai pembicaraan, “Hey, Inglid…”
Inglid merespon, “I-iya?”
“Ada yang ingin kutanyakan padamu..”
“Soal apa?”
“Soal kekuatan yang baru saja kau dapatkan…”
“Kekuatan?”
“Apa kau tak merasakannya? Ketika kau merasa ada energi baru yang sangat besar mengalir pada tubuhmu, lalu kau membuka sebuah gerbang, dan keluarlah sebuah monster yang bentuknya aneh!”
“Oh itu! Iya, aku merasakannya! Dan syukurnya, aku masih dalam kondisi yang cukup sadar waktu itu!”
“Berarti benar, kau memiliki kekuatan yang sama denganku.”
“Memangnya, itu kekuatan apa?”
“Aku juga tak tahu, tapi sepertinya jika gagal bisa berakibat sangat fatal.”
“Sepertinya, itu kekuatan yang berbahaya. Apa tidak apa-apa kita mempertahankan kekuatan ini?”
“Kurasa selama kita tidak sembarangan menggunakannya, akan baik-baik saja. Lagipula, kita melakukannya secara reflek waktu itu, ‘kan?”
“Iya sih..”
“Mungkin, kita memang ditakdirkan untuk memiliki kekuatan tersebut…”
“Iya, sepertinya begitu..”
Mizu ikut masuk ke dalam pembicaraan, “Aku yakin, kekuatan itu merupakan kekuatan yang spesial! Apa kau ingat apa yang dikatakan Seta-sama ketika membagikan kartu elemen pada kita?”
Shujin menanggapi, “Oh iya, waktu itu Seta-sama bilang bahwa ada beberapa diantara kita yang memiliki kekuatan spesial. Dan pasti cepat atau lambat, akan ada yang langsung mendapatkan kekuatan itu!”
Mizu berkomentar, “Dan orang-orang yang sejauh ini sudah mendapatkan kekuatan itu adalah Fuji dan Inglid!”
Fuji berpikir, “Apa ini artinya, aku ini seperti kurang lebih ‘orang yang terpilih’?”
Inglid mengangguk, “Sepertinya begitu…”
Fuji nyengir, “Keren! Hahaha…”
Mizu menjitak Fuji, “Dasar bodoh! Itu bukan hal yang patut dibanggakan!”
Fuji nampak berlinang air mata dan meringis kesakitan akibat jitakan Mizu, “Huh, memangnya kenapa?”
“Kekuatan yang kau dapat pasti efek sampingnya luar biasa berbahaya! Kau harus hati-hati!”
“Iya, iya… cerewet..”
Inglid dan Shujin hanya bisa tertawa kecil.
*back to the war!*
Setelah kita tinggalkan sejenak, nampak tangan-tangan yang menghajar Hiruma itu sudah habis, dan seluruh badan Hiruma sudah babak belur juga sudah beku oleh es. Hanya menyisakan wajahnya saja yang belum terbekukkan. Genggaman tangan raksasanya juga nampak sudah hilang, namun dengan kondisi seperti ini Hiruma sudah tak mampu bergerak lagi.
“Kekeke, cukup dingin juga ya.. aku tak pernah merasa sedingin ini, karena di neraka tak pernah ada AC…” Hiruma sempat-sempatnya mencoba membuat gurauan.
“Hmhmhm, kau harusnya berterima kasih padaku..” Prem tertawa sinis.
“Aku tak pernah sudi berterima kasih pada seseorang… kekekeke…”
“Sadar diri lah, kau sebentar lagi mati karena kekuarangan darah dan kedinginan! Sebaiknya kau membuat amal terakhirmu! Hahaha!”
“Kekekeke! Kau benar-benar berpikir aku akan mati di sini? Kekekekekekeke!!! Lucu sekali kau ini! Kekekeke!!”
“Hentikan tawa jelekmu itu! Benar-benar memuakkan!”
“Siapa peduli? Ini tawaku, jangan banyak protes! Kekekeke!!”
“Baik, baik, aku mengerti ini tawa terakhirmu, jadi kupersilahkan kau tertawa sepuasnya.. hahaha!”
“Tch…” Hiruma ingin sekali mengepalkan tangannya, karena ia merasa harga dirinya terinjak-injak di depan musuhnya, namun apa daya, tangannya sudah beku, tak bisa digerakkan lagi.
“Dan kau berani menyandang gelar seorang setan sejati pada dirimu yang begitu lemah itu? Hah? Hahaha! Jangan bercanda, kawan! Yang justru sebenarnya setan di sini adalah aku! Oh tapi setan dan iblis itu berbeda ya? Ah, aku tahu! Mungkin aku sudah memegang dua gelar sekaligus! Setan dan iblis! Hahaha!” Prem kembali mengompori.
“Diam kau!”
“Apa? Seorang manusia biasa memintaku diam? Punya derajat seberapa tinggi kau? Hah?!”
“Diam kau, Religi Sialan!”
“Jangan berani kau memanggilku dengan nama rendahan seperti itu! Aku lah yang memiliki sinar paling menonjol di mata dewa! Dan kau.. kau sejak awal sudah tak memiliki masa kejayaan lagi! Hahaha!!”
“Apa yang kau bicarakan, hah? Kau benar-benar berpikir aku ini setan yang diutus oleh dewa? Kekeke, jangan buat aku tertawa, bodoh!”
“Kau sendiri yang bilang padaku bahwa kau ini setan! Aku tak pernah menganggap perkataan seseorang itu main-main..”
“Kekeke, bicara soal derajat ya? Hmm…” Hiruma nampak berlagak berpikir serius, padahal melihat kondisinya sekarang ini dia nampaknya tak akan mungkin masih bisa berpikir jernih—seluruh tubuhnya sudah beku, tinggal mata, hidung, dan mulut—“Ah, mungkin memang benar, derajatmu lebih tinggi daripada aku saat ini. Tapi jika kita bicara soal harga diri, aku rasa harga diriku masih jauh lebih baik dibanding dirimu! Kekeke!”
“A-apa katamu?!”
“Kau tak pernah memikirkan tentang betapa pentingnya harga diri seorang setan, bukan? Yang kau pikirkan hanyalah tingginya derajatmu di mata dewa! Setinggi apapun derajat yang kau miliki, kau tetap rendahan karena tak punya harga diri!”
“Apa katamu?! Jangan sembarangan menilai seseorang menurut persepsimu sendiri!”
“Aku tak sembarangan, aku berbicara fakta di sini. Dan itu sebenarnya sudah kusadari meskipun aku baru dua kali bertemu denganmu! Kekeke…”
“Jangan sok pintar kau jadi orang! Beraninya kau mempermainkan seorang petinggi dewa sepertikuuu!!”
CRIIING
Terlihat bola mata Prem berubah menjadi biru gelap, dan terdapat lambang pentagram tepat di matanya!!
“Kekekeke, akhirnya aku berhasil memancingnya!” Hiruma menyeringai misterius.
“Jangan pernah kau… sekali lagi, berani menghina seorang petinggi sepertiku!”
SREK!
Prem membuka kitabnya. Tak tanggung-tanggung, langsung pada halaman yang terakhir! Dia pun membaca mantranya setelah menarik nafas sejenak—matanya masih bermunculkan lambang pentagram—“Wahiai devudu, naku mi goppa balalu appiccu!
CRRIIING
Kitab milik Prem bersinar, dan kemudian sinarnya perlahan membesar!
Semakin besar, besar, dan terus membesar, hingga membuat sebuah bentuk.
Hiruma mencoba menerka, berubah menjadi apa kitab itu. Dan ternyata..
Itu adalah…
“Seekor naga es?!” Hiruma nyaris berteriak ketika melihat kitab itu berubah menjadi seekor naga raksasa yang terbang ke sana kemari!
“Aku tak akan pernah mengampunimu, manusia biadab!!” Prem langsung mengayunkan tangannya, seperti memberikan perintah pada naga itu.
WHUUSSSH~
“GROAA!” naga itu langsung maju dengan kencang menghampiri Hiruma dan tanpa segan-segan—
BUAK!
—langsung menubruk Hiruma hingga ia terpental dan es nya hancur berkeping-keping!
BRUK
Hiruma pun terjatuh akibat terpental oleh naga tadi. “Keh… rencana sukses! Kekeke, akhirnya aku bisa lepas juga dari perangkap si Religi Sialan itu!”
“Rasakan lagi ini!!” Prem kembali memberi perintah pada naga itu.
“GROAA!”
WHUUSH~
Naga itu pun menyemburkan nafas es nya tepat pada Hiruma!
KREK
Hiruma mencoba melawannya dengan mengadu kekuatan api pada bazookanya, “Kekeke, rasakan ini!!”
DUAAAR!
Hiruma langsung menembakkan bazooka miliknya dan kedua elemen yang saling berbeda satu sama lain itu saling berbenturan dengan sengit!
“Tch, aku menyesal sudah memberikan perintah seperti itu pada Aoma!” sesal Prem.
“Aoma? Jadi nama naga sialan itu Aoma? Kau memberikan nama yang cukup jelek untuk naga keren seperti dia! Kekeke!” Hiruma terkekeh dengan puas sambil terus mempertahankan serangan bazookanya.
“Jangan menghina nama para monster Darkness Hole!”
“Darkness Hole?”
“Apa kau tak pernah tahu? Hah! Ternyata otakmu itu tak ada apa-apanya!”
“Baik, baik, aku tutup keingintahuanku tentang monster Darkness Hole itu! Karena bagiku yang terpenting saat ini adalah mengantarkanmu pulang ke neraka! Kekeke!”
BLEDAR!
Kedua elemen yang berbeda itu akhirnya menciptakan sebuah ledakan yang cukup besar saat benturan cukup sengit itu berakhir!
Hiruma pun terpental cukup jauh, begitu juga Prem.
Terlihat Hiruma sudah cukup terluka agak parah, namun Prem baru mendapatkan memar sedikit. Mereka berdua pun kembali bangkit dengan senjata masing-masing.
“Kekeke, kau lumayan hebat juga!” ‘puji’ Hiruma.
“Kau juga. Sebagai orang yang menahan serangan nagaku hanya dengan bazooka, kau cukup kuat..” Prem tersenyum sinis. “tapi sayangnya, kehebatanmu itu tak akan bertahan lama!”
Prem kembali memberi perintah pada naga itu.
SRET!
Naga itu agak mendarat, dan Prem naik ke atas kepala naga raksasa itu.
Kembali Prem mengayunkan tangannya, memberi perintah, “Serang!”
“GROAAA!”
WHUUSH
Naga itu meniupkan duri-duri es! Dengan jumlah yang banyak itu, tentu Hiruma tak akan bisa menghindar lagi…
Menangkis pun nampaknya tak mungkin..
Apa yang akan dia lakukan?
SRET!
PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG!
“Aku tak pernah melihat ada setan selemah kau, Hiruma…”
“Fuji?”
“Fyuh, untung aku dan pedang tercintaku datang dengan cepat…”
Terlihat Fuji mematahkan semua duri es itu dengan tebasan pedang andalannya yang super cepat itu. Dan tentu dia sudah berdiri di depan Hiruma dengan pose gagahnya yang kontan membuat Hiruma sebal.
“Fuji, kau tak apa?” Mizu terlihat berlari bersama Inglid dan Shujin di belakangnya.
“Aku tak apa sayang! Hehehe…” Fuji cengar cengir.
Mizu melirik ke arah naga milik Prem, “Ya Tuhan, besar sekali!!”
Inglid hanya bisa menganga, sedangkan Shujin ikut berkomentar, “Kelihatannya kuat sekali…”
“Hoo, muncul bantuan ya…” gumam Prem. “tapi percuma, itu tak akan berpengaruh apapun!”
Prem kembali mengayunkan tangannya, dan naga itu kembali bergerak!
WHUUSSH
Naga itu menukik tajam ke arah Shujin, Inglid, dan Mizu!
SRET SRET SRET
Namun mereka berhasil menghindar. Tapi tak lama kemudian…
“GROAA!”
Naga itu kembali menghembuskan nafas es berdurinya pada Mizu, Fuji, Shujin dan Inglid!!
“Sebagai sesama elemen berunsur dingin, jangan remehkan aku!”  ujar Mizu yang kemudian menggunakan tongkatnya dan membaca mantra, “Aspida tou chioniou!”
CRING!
Muncullah perisai yang terbuat dari salju raksasa yang luar biasa besar!
Namun…
CLEB CLEB CLEB CLEB!
Duri es itu menancap pada perisai Mizu, dan karena menahan beban terlalu berat…
SREET
perisai itu jatuh, dan….
“Aaaagh!!”
BRUGH!
menindih Mizu!
“Mizu!!” Inglid mencoba menolong Mizu dengan sihirnya, namun—
PSYUUU
CLEB CLEB
Duri es itu menancap tepat di lengan baju Inglid, hingga Inglid kontan tak bisa bergerak! “Aaaah, lepaskan akuuuu!!” rengek Inglid.
“Tunggulah pertolonganku, Inglid!”  Shujin segera berlari menghampiri Inglid, namun ternyata Prem sudah memberi perintah lebih dulu pada naga itu untuk—
“Senpai!”
KREK!
—membekukan Shujin! Shujin pun kontan tak bisa bergerak sekarang!
“Oh tidak, Shujin-senpai!” Fuji sekarang mulai panik.
Namun Prem kembali memberi perintah untuk—
GREP!
—membuat tangan es raksasa sama seperti Hiruma sebelumnya agar Fuji tak bisa bergerak sama sekali.
“Sial!!” gerutu Fuji.
GREP
Hiruma menggenggam bazookanya erat.
“Lihat! Percuma ‘kan? Kubilang juga apa! Hahaha!” Prem tertawa dengan kerasnya. Ledekannya sangat terasa. Hiruma merasa hatinya semakin panas.
“Cih! Sudah cukup!! Aku malas melihatmu mempermainkan teman-temanku seperti ini!!” ujar Hiruma yang kemudian melempar bazooka nya tinggi-tinggi ke langit hingga bazookanya tak terlihat entah kemana.
GLUDUK GLUDUK
BLEDAR BLEDAR!
Gemuruh mendadak terlihat, awan berubah menjadi hitam, cuaca mendadak mendung, petir saling berlomba untuk menyambar bumi.
Hiruma menyeringai dengan seramnya.
“A-apa yang tejadi? Seingatku tadi cuacanya bagus sekali?” pikir Prem bingung sambil terus memperhatikan langit hitam diatas sana.
“Kekeke, sudah kubilang berulang kali, Religi Sialan…” Hiruma berkata sambil mengambil tongkat hitam berpermata merahnya yang tiba-tiba muncul dan melayang tepat di sebelahnya. “aku ini jauh jauh jauuuh lebih baik daripada kau! Kekeke!!”
Sontak Fuji, Inglid, Mizu, dan Shujin kaget.
Sambil terus berusaha melepaskan diri, Fuji berpikir, “Berarti, itu adalah tongkat asli Hiruma?”
Mizu ikut berkomentar, “Jadi wujud bazookanya yang sebenarnya juga adalah tongkat itu? Sama seperti kita dong?”
Inglid agak heran, “Tapi kalau begitu, kenapa tidak dari dulu saja dengan tongkat? Kenapa harus senjata api? Apa artinya ini?”
Shujin hanya bisa diam, tak berkomentar apa-apa karena tubuhnya beku, namun satu hal yang ia pikirkan, ‘Dari auranya, dia terlihat berbeda… cara menatapnya yang sangat sinis itu menandakan dia sangat kesal pada seseorang..’
TREK
Hiruma mengangkat tongkatnya, dan kemudian membaca mantra, “Fuela , Akama!!”
“GROAAAA!!”
“A-Akama?!” Prem sontak kaget, “j-jangan-jangan—“
CRING
Pentagram muncul di mata Hiruma, menambah aura setannya yang seram semakin menyeramkan.
WHUSSSSH
Seekor naga api berwarna merah merekah turun ke bumi dari atas langit!
Prem menganga dengan lebarnya, “A-apakah benar yang kulihat ini? Ternyata… Akama.. naga kembaran dari Aoma, sang adik, ada di tangan si setan itu?!”
Hiruma berkekeh ria sambil menaiki Akama, “Maaf saja, aku akan mengalahkanmu sekarang juga!!” Hiruma mengayunkan tongkatnya, lalu mengucap mantra, “Ekrixeis drakos fotia!”
“GROAAA!!”
WHUSSSSH
Akama langsung menyemburkan apinya tepat ke arah Aoma dan Prem! Namun tentu Prem tak tinggal diam, ia langsung memerintah Aoma juga untuk menyemburkan es nya ke arah api Akama!
DUAAR
Terjadilah benturan dan ledakan keras antara pertempuran Akama-Hiruma dan Aoma-Prem!
“Mereka serius? Maksudku, kenapa bisa kebetulan begini?!” Inglid nampak tak percaya, “Prem tadi bilang kalau Akama itu adalah adik kembarnya Aoma? Berarti antara Hiruma dan Prem juga punya ikatan darah? Dan apa ini artinya, Hiruma juga merupakan vampire?!”
Mizu dan Fuji sweatdrop dengan sukses, “Tentu tidak, Inglid…”
Mizu berusaha berkomentar sambil terus berusaha bangun dari tindihan perisainya, “Yang kembar itu hanya naganya, sedangkan Prem dan Hiruma jelas tidak kembar lah…”
Fuji juga masih berusaha lepas dari genggaman tangan es Prem, “Iya… kurasa apa yang dikatakan Mizu itu—ugh—benar… sial, benda ini keras sekali! Terlebih lagi…” Fuji melirik ke arah Shujin yang masih dalam pose yang sama karena beku. Fuji sweatdrop kembali, “Aku turut prihatin pada Shujin-senpai…”
Inglid hanya bisa memperhatikan pertarungan Hiruma dan Prem yang ada di atas langit sambil terus berusaha melepaskan diri dari duri es milik prem yang menancap di lengan bajunya, “Berjuanglah, Hiruma!”
Hiruma nampak sudah kelelahan. Semua mantra dan jurus serta serangan fisik sudah ia keluarkan. Begitu juga dengan Prem.
“Hanya tinggal satu jurus lagi…” gumam Prem dan Hiruma. Ingat, Aoma dan Akama kembar, jadi jurus mereka sama, hanya yang membedakan adalah mantranya dan elemennya.
SRET
Hiruma mengangkat tongkatnya.
SRET
Prem mengangkat tangannya.
Mereka berdua mengucap mantra, “Pulii tou thanatou!”
Mizu, Fuji dan Inglid berkata, “MANTRA MEREKA SAMA?!”
CRING
Gerbang emas berbentuk pentagram muncul tepat di depan mereka. Sekarang adalah tergantung pada akama dan Aoma, siapa yang dapat menarik Hiruma atau Prem lebih dulu ke dalam gerbang itu.
Tanpa diberi perintah, Akama dan Aoma langsung bertarung satu sama lain!
Sontak Hiruma dan Prem merasa kaget, karena naga mereka tak terkendali!
“O-oi, Aoma! Kenapa kau!?” Prem pun oleng, dan jatuh ke tanah!
“Akama! Hentikan!!” sama dengan Prem, Hiruma pun jatuh ke tanah karena oleng.
“GROAAA!!” ujar Aoma.
“GROAAA!!” teriak Akama.
a/n: butuh translate? Here goes~
“Setelah sekian lama, akhirnya ada orang yang bisa membantu kita membukakan gerbang ini! Ayo, sekarang kita segera akhiri perkelahian kita selama ini! Dan kita bawa salah satu majikan kita yang memiliki hati kotor!!”
“Baik, tapi pertama-tama, akan aku bereskan dulu kau!!”
Hoho, author berbakat jadi translator bahasa naga sepertinya.
DUAR WHUSSH BUGH DUAGH BLEDAR!
Berbagai suara timbul akibat perkelahian antara Aoma dan Akama.
Hingga akhirnya—
“GROAAA!!!”
BUAGH!
Akama memukul Aoma dengan ujung ekornya, hingga Aoma terpental dan…
BRUGH!
Jatuh ke tanah hingga membuat lubang yang besar!
WHUSSH~
Akama langsung mengikat Aoma dengan ekornya, dan mengambil Prem dengan tangannya.
“A-apa-apaan ini?! Hentikan! Lepaskan aku!! Hey, Aoma bodoh, bangun kau!! TIDAAAAAKK!!” Prem berusaha memberontak saat tubuhnya tak bisa bergerak gara-gara genggaman erat Akama.
KREEEEEK~
Gerbang pentagram itu mulai tertutup seiring dengan masuknya Akama, Aoma, dan Prem.
Hingga…
BLAM
Gerbang itu tertutup dengan sempurna.
CRING
Gerbang tu pun menghilang begitu saja.
Langit juga nampak perlahan kembali menjadi normal lagi, cuaca kembali membaik.
“Akama…” gumam Hiruma, yang kemudian…
BRUK
Ia pun terjatuh dan tergeletak di tanah. Tongkatnya pun perlahan berubah kembali menjadi senjata apinya.
“Hiruma!” sahut Fuji, Inglid, dan Mizu bersamaan.
CRIING
Perlahan semua sihir seperti duri es, bekunya Shujin, perisa Mizu, dan tangan es mulai hilang.
Mereka berinisiatif menolong Hiruma. Inglid membantu menjernihkan emosi dan pikiran Hiruma, sedangkan Mizu mengobati luka fisik Hiruma.
“Senpai…” Fuji memulai pembicaraan.
“Hm?” sahut Shujin.
“Bagaimana rasanya terjebak di dalam bongkahan  es dan menjadi beku?”
“Hah?! U-untuk apa kau mempertanyakan lagi hal seperti itu, hah?!”
“Haha, ya kupikir pasti asik sekali, mengingat kau hanya diam dan tak melakukan apa-apa!”
“Urusai yo!! Kau pikir aku tidak kedinginan di dalam sana, hah?!”
“Kau punya badan yang cukup kekar untuk menahan dingin, bukan? Kalau begitu untuk apa selama ini otot-ototmu itu, eh? Hahaha!!”
“BERHENTI MELEDEKKU!!”
“Hahaha…” Inglid dan Mizu hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah Fuji dan Shujin.
*Sementara itu…*
~Kastil; Puti’s side~
“Sugoi.. Hiruma benar-benar hebat!” gumam Puti d tengah pertempurannya dengan Schyte.
“Sepertinya, aku sudah kehilangan seorang partner…” pikir Shcyte.
~Kastil; Arie’s side~
“Aoma dan Akama? Waw, ternyata ada salah satu vampire yang bisa mengeluarkan monster Darkness hole juga ya?” pikir Arie heran.
“Hahaha! Prem adalah salah satu anggota kerajaan yang cukup kuat, tahu!” tegas Kaori.
~Kastil; Seta’s side~
Sial.... Situasi semakin sulit dikendalikan!” pikir Seta geram. Melihat Hiruma juga ternyata bisa mengeluarkan monster Darkness Hole yang terlarang itu.
“Yah, tapi aku yakin, cepat atau lambat, semua pengikutmu itu pasti bisa menghabisi semua anggota kerajaanku.. dan pada akhirnya, aku yang harus pergi. Tapi, itu hanya akan menjadi mimpimu belaka! Hahahaha!!” tawa Yogi membahana di istana itu.
“Tch…”
~Kastil; Seiji’s side~
Terlihat bekas perkelahian di sana sini bekas Seiji, Hana, dan Ochi.
Mereka bertiga sendiri nampak mulai lelah sedikit demi sedikit.
“Apa yang tadi itu? Naganya besar sekali… “ pikir Hana sambil tetap berusaha waspada.
“Kuharap Hiruma baik-baik saja..” gumam Seiji. “Selain itu, aku juga sudah lelah bertarung dengan kalian. Mungkin sebaiknya aku bunuh diri saja…” Seiji sempat-sempatnya memasang wajah bodoh andalannya.
“Jangaan!” Hana reflek melarang Seiji.
“Eh? Kenapa? Kau takut kehilanganku ya? Hahaha!” Seiji merasa, sepertinya jiwa Hana yang asli perlahan mulai kembali.
“Tidak! Maksudku, pertarungan ini akan sia-sia, jika kau bunuh diri begitu saja. Tak akan seru!” Hana menodongkan tongkatnya.
Ochi perlahan mulai geram, karena Hana perlahan mulai kembali seperti semula, “Daripada berlama-lama lagi, sebaiknya kuakhiri sekarang jugaaa!!”
PSYUU~
BLEDAR!!
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan