K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

More Than Just Water

Senin, 09 Juli 2012


 
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*More Than Just Water By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
PSYUU~
BLEDAR!!
Ochi menembakkan mantranya ke arah Seiji, namun…
CRING
Seiji membuat perisai yang terdiri dari akar serabut (?).
Seiring dengan berakhirnya mantra Ochi, perisai milik Seiji pun hilang.
“Kenapa?” Ochi tiba-tiba bertanya.
“Eh?” Seiji heran.
“Kenapa kau rela bertarung hingga mati hanya demi dia?”
“……”
“Kenapa kau rela mengorbankan nyawamu sendiri yang justru lebih berharga daripada dia?!”
“…..”
“Jawab aku, bodoh!”
“…….”
“Apakah…. Apakah aku selama ini tak pernah berharga di matamu?”
“…….”
“Kouji—“
“Jangan panggil aku dengan nama itu! Namaku sekarang adalah Seiji!”
“Kalau begitu jawab aku! Apa aku berharga di matamu?!”
“Tentu saja…”
“Hah?”
“Tentu saja kau berharga… tapi… itu dulu…”
“Kenapa? Kenapa Seiji?! Apakah sebegitu besarnya cintamu pada gadis ini?!”
“Aku tidak terlalu mencintainya…. Aku hanya SANGAT menyayanginya….”
“Dalam artian apa?”
“Maksudmu?”
“Kau menyayanginya… sebagai apa? Kekasih kah?”
Seiji diam sejenak, lalu menghela nafas, “Itu pun… aku tak tahu….”
“Hah? Bukankah kalian sepasang kekasih?”
“Aku tak berani menjamin… aku tak tahu pasti perasaannya padaku…. Apalagi dengan kondisinya sekarang, dia semakin menutupkan pintu hatinya rapat-rapat untukku… maka dari itulah…” Seiji mengangkat tongkatnya dan menodongkannya pada Hana, “aku akan mencoba menyadarkan Hana kembali, dan memastikan perasaannya padaku sebelum terlambat!”
“Hahaha! Bodoh kau! Kenapa tak kau lakukan sejak dulu, hah?!”
“Itu bukan saat yang tepat. Aku mencari saat yang tepat. Seperti… sekarang…”
“Sayangnya menurutku ini bukan saat yang tepat.. karena kau juga sebentar lagi akan mati…”
“Aku tahu itu.. aku tak akan sanggup melawan kalian berdua yang levelnya jauh berada di atasku… aku tahu aku akan mati… tapi…. Setidaknya aku ingin disaat aku berada di ambang kematianku, aku bisa melihat wajahnya untuk yang terakhir kali.. meskipun senyumnya berbeda, asalkan itu ditujukan untukku, aku senang melihatnya….”
“Kau pasrah sekali. Padahal semangat hidup dan bertarungmu sangat tinggi tadi…”
“Tadi aku memang bodoh. Belum menyadari situasi dan kondisi. Tapi sekarang, aku sadar….”
“Baguslah!”
“Tapi, bukan berarti aku tak memberikan perlawanan…” Seiji menyeringai.
“Sudah kuduga…”
Well, shall we begin?”
Sure!”
Maka pertarungan pun kembali dilanjutkan!
~Puti’s Battlefield~
Keheningan terjadi antara Puti dan Schyte. Setelah pertarungan Hiruma selesai, tak ada lagi yang bersuara setelah itu. Pertarungan mereka pun mendadak berhenti sejenak.
Hingga akhirnya, Puti memilih untuk angkat bicara. “Jadi…. Kau menyerah?”
Schyte hanya tersenyum kecil namun dingin, “Menurutmu?”
“Tumben sekali kau merespon kata-kataku? Padahal dari tadi kau hanya diam…”
“Aku mencoba untuk mencairkan suasana. Seorang gadis tak suka dengan suasana canggung bukan? Lagipula, ini mungkin akan menjadi momen terakhirmu dalam melihat wajahku dan mendengar suaraku…”
“Yah, tapi mungkin saja justru sebaliknya. Saat terakhir bagimu untuk melihat wajahku yang cantik ini, dan saat terakhirmu juga untuk mendengar suara indahku ini!”
“Jangan banyak berlagak kau! Dasar wanita!”
“Apa yang salah dengan wanita? Menjadi wanita bagiku merupakan suatu anugrah!”
“Ya sudahlah, aku tak peduli kau mau laki-laki atau wanita! Yang jelas, kita segera selesaikan pertarungan ini!!”
“Ayo!”
Author sendiri sempat bingung, kenapa juga mereka jadi membahas jenis kelamin?
Maka akhirnya, percakapan jenis kelamin (?) itu diakhiri dengan sebuah pertarungan.
Puti menggerakkan tongkatnya, dan mengucapkan mantra, “Heghuk blue tarap!”
BYUUUR
Tornado berupa air pun muncul dari bawah kaki Puti, dan mengangkat Puti ke atas.
Schyte menyeringai, “Jadi, kau tak mau bertarung di atas tanah? Baiklah…” Schyte pun melempar tongkatnya, dan mengucapkan mantra, “Henge!”
BUFT
Tongkatnya berubah menjadi sebuah sapu terbang. Schyte menaiki sapu terbang itu, dan mensejajarkan posisinya di udara dengan Puti.
“Sekarang, kita seimbang…” ujar Schyte.
“Hmph! Tidak buruk!” Puti langsung mengayunkan tongkatnya lagi, dan mengucapkan mantra, “Jri p’amp’ushtnery!”
BYUR BYUR BYUR BYUR
Ribuan peluru air menyerbu Schyte!
“Jangan remehkan aku!” Schyte pun langsung menggerakkan tangannya, seperti menyuruh berhenti ala lima kelebihan dari bank Da*amon (?).
Bertepatan dengan gerakan tangan Schyte, maka peluru-peluru air milik Puti pun berhenti dalam sekejap seolah waktu diberhentikan oleh Schyte!
“A-apa?!” Puti heran bukan main.
“Hmph! Begini sajakah kemampuanmu? Lemah!” Schyte langsung mengepalkan tangannya, dan…
BYURRR!
CLAK.. CLAK..
Peluru air itu hancur, dan jatuh ke lantai sebagai serpihan yang menyerupai hujan di dalam ruangan.
Puti hanya bisa ternganga. ‘Kalau begini terus, serangan jarak jauh tak akan pernah berhasil. Aku tak mungkin bisa menggunakan elemenku saat ini!’ batin Puti kesal sambil terus memikirkan beberapa strategi.
“Sudah selesaikah? Begitu saja? Hahaha! Jangan mempermainkanku!” Schyte langsung menengadahkan tangannya ke atas, dan…
BUFT
Sebuah gulungan kertas muncul dan jatuh tepat di tangannya.
“Apa lagi sekarang?” gumam Puti sambil terus meningkatkan kewaspadaannya.
SRET
Schyte langsung membuka gulungan itu, dan…
BOFT BOFT BOFT BOFT BOFT
Lima belahan diri dari Schyte muncul! Nampak terlihat seperti jurus seribu bayangan Naruto, hanya saja ini menggunakan gulungan untuk mengeluarkannya, bukan lewat rapalan jurus.
Puti tentunya kaget bukan main. “A-apa?! Bagaimana mungkin aku menghadapi mereka berenam?!”
“Puti!”
Puti menengok ke sumber suara. Ternyata, teman-temannya yang sudah selesai menghadapi lawan mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kastil. Terlihat juga Hiruma sudah mulai pulih dari luka-lukanya.
Inglid melirik Schyte. “Oh Tuhan, kau menghadapi mereka berenam sekaligus?!”
“Tidak, bodoh!” Puti nampak geram, mau sampai kapan Inglid polos seperti itu? “Aku menghadapi mereka semua sendirian? Tidak sampai satu menit, pasti aku sudah habis! Hehehe!”
“Kalau begitu, kami datang tepat pada waktunya, ‘kan? Kekeke…” kekehan Hiruma keluar.
“Iya, iya! Te-terima kasih sudah datang!” Puti nampak membuang muka. Sepertinya, dia sudah mulai agak tsundere.
Inglid bersiap dengan tongkatnya, “Baiklah, daripada berlama-lama lagi, ayo—“
WHUSH!
Salah satu ‘Schyte’ tiba-tiba sudah berada di depan Inglid dan tentu membuat Inglid kaget dengan mudah!
BUAGH!
‘Schyte’ itu langsung menonjok pipi Inglid, hingga ia terpental cukup jauh dan menubruk dinding! Yang lain otomatis sedikit menjaga jarak dengan Inglid dan ‘Schyte’.
Ketika Inglid masih mencoba untuk bangkit, ‘Schyte’ langsung mencoba untuk menonjok Inglid lagi!
DUAK
Tonjokkan ‘Schyte’ tertahan oleh tongkat Inglid!
“Hehe, aku tak akan terkena serangan yang sama lagi hingga dua kali!” Inglid menyeringai. ‘Tapi, kenapa harus serangan fisik? Sudah tahu aku ini lemah dalam urusan fisik! Harusnya Shujin-senpai yang menghadapi dia! Tapi sepertinya itu tak mungkin, nampaknya dia sudah mengunci targetnya padaku!’ batin Inglid sebal.
Inglid masih terus mengerahkan tenaganya agar bisa menahan dorongan tangan ‘Schyte’ dengan tongkatnya.
“Tenanglah Inglid, aku akan menyelamatkanmu!” Shujin berlari menghampiri Inglid, namun…
WHUUUUSH!
Angin kencang tiba-tiba meniup Shujin ke sudut ruangan!
BRUK
Kontan Shujin pun terbentur ke dinding.
“Senpai!” Inglid nampak panik sambil masih terus berusaha menahan serangan ‘Schyte’.
Terlihat, di depan Shujin, seorang ‘Schyte’ juga berdiri di depannya dengan tampang menyeramkan dan mengeluarkan beberapa hembusan angin dari tangannya.
“Tch, merepotkan!” gumam Shujin kesal.
“Sial….” Fuji mencoba berlari menghampiri Shujin untuk menebaskan pedangnya pada ‘Schyte’. Setelah dirasa cukup dekat jaraknya, Fuji pun mengambil ancang-ancang..
WHUSSSSH
CLEB!
“Hah?!”
Betapa kagetnya Fuji saat ia menyadari bahwa pedangnya menancap pada sebuah batu yang melayang-layang tepat di depannya!
Kuso…” Fuji berbalik, dan mendapati ‘Schyte’ yang lain berdiri di belakangnya, sambil terus mempertahankan tangannya yang mengatur terbangnya batu itu.
Sementara di lain pihak, Mizu nampak begitu waspada dengan ‘Schyte’ yang begitu pekat menyeruakkan aura panasnya.
“Tak akan kubiarkan kau!!” ucap Mizu yang kemudian membaca mantranya, “Chedana tusara!”
WHUSH!
Badai salju pun tiba-tiba datang dan kontan membuat situasi menjadi sangat dingin!
“…..” namun ‘Schyte’ yang lain itu nampak tak bergeming sedikitpun. Ia hanya tetap diam di tempatnya sambil tetap mengeluarkan aura panasnya itu.
Dan tak lama kemudian, ‘Schyte’ menyemburkan aura apinya ke seluruh penjuru ruangan di lantai dasar kastil itu!
Kontan, semua salju itu meleleh. Mizu nampak kaget, dan mencoba melawan kembali dengan mantranya yang menghasilkan ribuan bola salju yang siap menyerang ke arah ‘Schyte’! namun ‘Schyte’ lagi-lagi melelehkan semua mantra Mizu yang terbuat dari salju itu.
CRING
‘Schyte’ memunculkan pedang api di tangannya, dan mengarahkannya tepat pada leher Mizu.
Mizu hanya diam sambil terus memikirkan beberapa cara untuk bisa lolos dari lawannya ini. “Bagaimana sekarang?”
….
Hiruma masih tetap diam di tempatnya. Ia memperhatikan satu ‘Schyte’ lagi yang belum menyerang. Terlihat dari wajahnya, Hiruma nampak mencoba berpikir sejenak.
‘Pasti, yang terakhir itu…’
WHUSSSH
BYURR!
Hantaman pistol air yang begitu dahsyat, nyaris mengenai Hiruma jika saja dia tidak langsung menghindar!
Sepertinya Hiruma mulai sedikit mengerti akan sesuatu dibalik mantra Schyte.
Schyte yang asli, seolah tak mau salah satu diantara mereka menyadari kelemahan jurusnya, langsung memunculkan satu gulungan lagi di tangannya yang lain.
“Mati kau!” Schyte melemparkan gulungannya itu ke arah Puti, dan gulungan itu…
BOFT
Berubah menjadi sebuah pedang yang melesat cepat ke arah Puti! Puti tidak diam saja,ia langsung menghentikan jalannya pedang itu dengan menggenggamnya melalui tangan raksasa yang terbuat dari air.
“Fyuh, nyaris saja…” gumam Puti. “baiklah, sekarang giliranku!”
SRET SRET SRET
Puti menggerakkan tangannya, seolah memberi perintah.
‘Dewi air, bantulah aku!’ batin Puti penuh harap.
SRET
Puti menggerakkan tangannya ke kiri.
SPLASH!
Sebuah tentacle air menampar tubuh Schyte yang asli, hingga terlihat ia sedikit oleng dari sapu terbangnya.
SRET
Puti kembali menggerakkan tangannya. Kali ini, ke kanan.
SPLASH!
Lagi, Schyte terkena tamparan dari tentacle air milik Puti.
Namun, ia masih belum jatuh juga dari sapu terbangnya.
‘Belum selesai!’ batin Puti.
SPLASH SPLASH SPLASH
Ia terus menampar-namparkan tentaclenya pada Schyte tiada henti. Puti saat ini hanya memfokuskan diri untuk menjatuhkan Schyte dari sapu terbangnya dulu.
Sementara, itu…
DUAR BUGH
Mantra Inglid tengah beradu sengit dengan ‘Schyte’.
“Rasakan ini!!” Inglid melempar tongkatnya dan berkata, “Henge!”
BOFT
Tongkatnya berubah menjadi sebuah senapan!
TREK
Inglid memposisikan senapannya, dan…
DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR
Inglid menembakkan semua peluru yang ada pada senapan itu, namun ternyata ‘Schyte’ berhasil menangkis setiap peluru yang datang kepadanya hanya dengan tangan kosong!
“A-apa?! Vampire macam apa dia ini?!” Inglid nampak kaget tak percaya.
DUAK
‘Schyte’ menonjok perut Inglid, hingga membuat Inglid terbang ke atas dan sejajar dengan Puti yang tengah menaiki tornado airnya.
Namun…
GREP!
‘Schyte’ bergerak cepat, dan langsung mencekik leher Inglid tanpa ampun!
WHUSSSH!
Ia mendorong tubuh Inglid ke tanah dengan keras, sambil tetap tak melepaskan cekikannya itu!
BRUK!
Inglid pun menabrakkan punggungnya ke darat, dan terpaksa menahan sakit sambil terus berusaha melepaskan cekikan ‘Schyte’ yang terus menguat.
“Aagh…” Inglid nampak mulai kehabisan nafas.
“Inglid!” Shujin nampak ingin sekali menolong gadis yang secara tidak langsung sudah ia anggap sebagai adiknya ini.
Namun apa daya, Shujin sendiri masih sibuk dengan ‘Schyte’ yang lain.
WHUUUUSH
‘Schyte’ menghempaskan tangannya, dan keluarlah angin yang sangat kencang sehingga menghancurkan beberapa tiang penyangga yang ada di kastil itu.
Shujin berinisiatif untuk melindungi dirinya, daripada harus terbawa terbang oleh angin yang luar biasa ganas itu.
Shujin meletakkan salah satu telapak tangannya di atas keramik kastil yang nampak begitu mahal itu, dan mengucapkan mantra, “Stone schild!”
DRRR!
Sebuah perisai batu nampak melindungi Shujin dari tamparan angin itu.
Namun, sepertinya…
KREK!
Itu tak akan cukup.
Perisai batu itu perlahan retak, retak, retak…
“Sepertinya, ini tak akan bisa bertahan lama lagi! Tch…” gumam Shujin sambil memikirkan beberapa strategi.
Lalu..
DUAAAR
Perisainya langsung hancur berkeping-keping!
WHUSSH~
Shujin pun terbawa oleh angin itu, dan..
BRUK!
“AAAGH!!” kepalanya menabrak keras ke salah satu tiang penyangga, dan ia pun kontan jatuh pingsan.
BUGH
“Ugh!” ‘Schyte’ nampak menginjak perut Shujin yang tengah terkapar di bawah tiang penyangga kastil itu dengan keras dan tanpa perasaan.
“Senpai!!” Fuji nampak berlari untuk menolong Shujin, namun terlambat!
‘Schyte’ yang lain—yang sudah menargetkan Fuji di matanya—langsung mengangkat bebatuan yang tadi dikeluarkan Shujin dengan satu tangan tanpa menyentuhnya. Ia menggerakkan tangannya yang tengah ‘menggenggam’ batu itu ke arah Fuji dengan cepat, hingga..
DUAK
Kepala Fuji terkena pukulan dari batu itu! Berdarah? Tentu saja, mana mungkin ada yang tidak terluka dan mengeluarkan darah saat kepalanya dilempari oleh batu dengan sangat keras?
“Sialan kau!” umpat Fuji kesal. Ia langsung mengelap darah yang mengalir deras dari kepalanya dengan tangannya. Kemudian, ia berbalik ke belakang, tepat menghadap ke arah ‘Schyte’ yang lain yang sudah siap menembakkan bebatuan yang lain.
SRET!
‘Schyte’ langsung mengayunkan kedua tangannya, dan menerbangkan (atau mungkin melemparkan?) bebatuan yang sudah ia kumpulkan sedari tadi ke arah Fuji!
DUAK DUAK DUAK
PRANG PRANG PRANG
Terdengar suara dari bebatuan yang satu persatu hancur akibat tebasan Fuji untuk menghindari dirinya yang bisa saja terkena serangan batu itu kapanpun.
Bukannya Fuji takut akan batu, tapi yang jadi masalah adalah, batu yang dikeluarkan ‘Schyte’ adalah bebatuan yang sudah dibentuk seruncing mungkin. Terkena satu saja, habislah riwayat Fuji.
Dan jika boleh jujur, Fuji tak pernah mau mati di kastil menjijikkan bernama Nowheresville ini.
Namun sepertinya, Fuji sempat lelah beberapa detik, dan dia pun lengah..
CLEB!
Batu runcing itu pun menusuk perut sang pengendali Kuroma ini.
Fuji hanya terduduk lemas sambil menahan sakit yang amat sangat menyakitkan.
TAP TAP TAP
‘Schyte’ berjalan perlahan mendekati Fuji yang hanya bisa meringis kesakitan saat ini.
SRET
‘Schyte’ menodongkan pedangnya yang terbuat dari batu runcing tepat ke leher Fuji.
“……” tidak, ‘Schyte’ tidak berbicara apapun. Hanya tatapan dinginnya lah yang keluar.
“Brengsek kau…” ucap Fuji di sela-sela rasa sakitnya.
“Matilah…” pada akhirnya, ia mengucapkan sebuah kata  pada targetnya ini.
Maka, ‘Schyte’ pun perlahan mengayunkan pedang batunya…..
SRET!
CLEB!!
Sementara itu, Mizu juga masih terus melayani ‘Schyte’ lain yang memiliki elemen api ini.
Mizu terlihat sudah lolos dari todongan pedang api milik ‘Schyte’ itu. Ia sempat melompat sejauh mungkin agar tidak terkena tebasan ‘panas’nya itu. Dan untungnya, Mizu berhasil melakukan lompat-hindar itu.
Dan Mizu juga tak bisa berbuat banyak. Setiap mantra yang ia keluarkan, pasti selalu bisa digagalkan dengan mudah, mengingat elemn mereka berbanding terbalik. Satu-satunya yang bisa Mizu lakukan hanya menghindar, dan menghindar.
Itu pun tak akan bertahan lama, karena dengan menghindar saja, Mizu pasti sudah kelelahan karena tenaganya terkuras bukan karena mantra tapi melompat kesana kemari.
Di lain pihak, Hiruma dan ‘Schyte’ yang lain masih asyik bertarung satu sama lain.
TREK
Hiruma menyiapkan 20 flame yang siap ditembakkan tepat ke arah ‘Schyte’ yang lain itu.
“Kekeke, biar kupastikan beberapa hal di sini!” ujar Hiruma beserta kekehan setan singkatnya.
“…..” ‘Schyte’ itu tak memberikan respon apapun. Hanya diam dengan tatapan dingin.
“Kekeke, bersiaplah!!”
WHUUSSH
DUAR!!
Api panas pun menyeruak di lantai dasar kastil Nowheresville itu! Suasana semakin memanas. Ada beberapa bagian kastil yang sedikit terbakar juga.
Namun…
‘Schyte’ menyemburkan air dari mulutnya, yang kontan membuat ruang lingkupnya basah kuyup. Kemudian, ia mengarahkan semprotan airnya tepat ke arah Hiruma yang tengah diam.
BYUURRR!
DUAK!
Hiruma pun terkena semprotan airnya, dan terseret hingga menubruk dinding kastil yang terbuat dari beton itu.
Hiruma segera mengelap air yang membasahi wajahnya itu.
“Kekeke, sesuai dugaanku!” Hiruma menyeringai dengan seramnya.
“Du-dugaan apa?” tanya Puti sambi terus bersiaga. Takut Schyte yang asli menyerang.
“Ternyata, tiap belahan diri sialan dari si vampire sialan itu sudah di program untuk mendeteksi elemen dan kelebihan targetnya masing-masing. Setelah masing-masing dari mereka menemukan target yang ada di depan mata mereka, mereka langsung mencocokkan elemen masing-masing yang tentunya berbanding terbalik dengan kemampuan targetnya!” jelas Hiruma panjang lebar.
Inglid terbelalak, seolah menyadari sesuatu, “Ah, aku mengerti! Pantas saja vampire ini terus menerus memfokuskan diri untuk menyerangku! Karena aku lemah dalam fisik, maka ia terus mencoba membunuhku dengan kekuatan fisiknya yang justru berbanding terbalik denganku!”
“Begitu juga Senpai Sialan, Earphone Sialan, dan Salju Sialan!”
“Terus, bagaimana cara kita mengalahkan mereka?” tanya Fuji.
Jika kalian bertanya apakah Fuji jadi tertusuk pedang batu ‘Schyte’ maka jawabannya iya.
Iya, dia tertusuk, namun telapak tangannya yang tertusuk. Ia sempat menahan tebasan itu dengan telapaknya. Hingga terlihat, pedang batu itu menembus telapak tangan sang pengendali angin ini.
Sakit? Tentu saja.
Tapi Fuji hanya bisa menahannya, sambil berharap Hiruma punya sebuah ide cemerlang agar ia bisa segera melenyapkan vampire palsu ini.
“Bagaimana ini….Hiruma?” Shujin juga terlihat berusaha bangun dengan kondisi masih diinjak oleh ‘Schyte’. Tentu saja ia tak mungkin bisa membangunkan seluruh tubuhnya. Alhasil, ia hanya bisa mendongakkan kepalanya saja.
Hiruma masih terlihat berpikir. Otak jeniusnya yang setara dengan Seiji nampak mencoba menyusun beberapa program (?).
…..
“Hanya ada satu cara!” Hiruma tiba-tiba bersuara, memecah keheningan.
“Apa? Cepat katakan!” sahut Mizu tak sabar sambil terus menghindar dari tebasan pedang api milik ‘Schyte’.
Hiruma tampak melirik Puti.
BLUSHED
“A-apa kau lihat-lihat?!” Puti nampak sedikit salah tingkah.
“Kekeke, sebaiknya kau segera fokuskan dirimu pada vampire sialan di depanmu ini!” ujar Hiruma sambil menunjuk Schyte yang asli.
“Eh? Memangnya kenapa?”
“Satu-satunya cara untuk mengalahkan vampire sialan ini adalah, kau harus membunuh yang asli, karena dia adalah sumbernya atau pusat pengendali para belahan diri sialannya yang lain!”
“Ah, aku mengerti! Pantas saja…” Puti melirik ke arah gulungan pertama yang masih Schyte genggam hingga sekarang. “dia tidak melepaskan gulungannya yang pertama itu! Beda halnya dengan gulungan yang berubah menjadi pedang tadi!”
“Kekeke, ternyata kau cukup pintar untuk membuat kesimpulan!”
“Tch, jangan remehkan aku!”
“Kalau begitu cepat habisi dia, Ketua Basket Sialan!!”
“Jangan panggil aku dengan nama itu!!”
Schyte langsung menggerakkan tangannya, seolah memberi komando terhadap dirinya yang lain itu.
BOFT
Sapu terbang Schyte menghilang, dan berubah kembali menjadi tongkatnya.
CRING!
Begitu juga Puti, dia langsung menghilangkan tornado airnya yang tadi ia buat sebagai pijakannya di udara.
“Apa yang akan dia lakukan sekarang?” pikir Puti. Terlihat ‘teman-teman’ Schyte berkumpul kembali dan mereka membuat posisi yang menggambarkan sebuah pola pentagram dengan Schyte yang asli berada di tengahnya!
“Sayang sekali ya…” Schyte akhirnya mengeluarkan suara. “rahasia dari mantraku sudah ketahuan. Kurasa, waktunya membunuh mereka yang sudah menguak rahasia terbesarku ini!”
CRIIING
Muncul cahaya dari pola pentagram yang dibuat oleh Schyte dan belahan dirinya itu.
Di lain pihak, Hiruma, Inglid, Shujin, Mizu dan Fuji perlahan tapi pasti menghampiri Puti. Mereka berusaha mempertahankan kerja sama mereka, meski mereka semua sudah terlihat babak belur.
“Teman-teman, jangan memaksakan diri…” Puti nampak berusaha mencegah.
“Tenang saja Put!” Inglid mengedipkan sebelah matanya.
“Sudah tugas kami!” tambah Mizu.
“Kita teman, ‘kan?” Shujin tersenyum bijak.
“Teman harus saling membantu!” sahut Fuji.
“Dan daripada kita terus menerus saling memberikan support sialan, lebih baik kita segera habisi si vampire sialan itu!” Hiruma menyeringai. Dia juga sebenarnya ingin memberikan support. Tapi, hey! Kita bicara tentang seorang Hiruma di sini!
“Ayo!” Puti pun mengangguk mantap. Dia yakin, teman-temannya pasti bisa!
BZZT BZZT
Nampak sebuah bola cahaya berwarna hitam dan memiliki aliran listrik terbentuk dari pola pentagram yang dibuat oleh Schyte dan belahannya. Sepertinya, sebuah hantaman bola petir akan segera datang!
Tak mau kalah, Puti pun langsung memohon kepada yang dia tahu itu siapa, “Dewi air, berikanlah kekuatan padaku. Buatlah duniamu, hancurkan dunia kegelapan!”
CRIIING
Puti menengadahkan tongkatnya ke atas, dan perlahan sebuah bola air raksasa terbentuk!
“Ugh!” Puti masih terus berusaha menambahkan serta menaikan level kekuatan bola airnya itu.
SRET
“Eh?” Puti sempat kaget. Ternyata Inglid berdiri di sampingnya, dan ikut menengadahkan tongkatnya juga kepada bola air Puti.
CRING
Cahaya kuning keemasan kali ini ikut menyelimuti bola air itu.
“Inglid…” jujur saja, Puti terharu.
Inglid sendiri hanya bisa tersenyum sambil tetap membantu Puti menambah kekuatan bola airnya.
Di lain pihak, ‘Schyte’ yang tadi bertarung dengan Inglid juga melakukan hal yang sama kepada dirinya yang asli.
SRET
Kali ini Shujin juga kut membantu. Ia berdiri di samping Inglid, dan menengadahkan kedua tangannya ke arah bola air itu.
CRING
Cahaya berwarna abu-abu pun muncul, ikut menyelimuti bola air itu bersama dengan cahaya kuning keemasan milik Inglid.
Puti tersenyum simpul.
SRET
Fuji mengarahkan pedangnya kepada bola air itu, sedangkan Mizu mengarahkan tongkatnya. Bersamaan dengan itu, warna hitam dan ungu pun ikut berputar menyelimuti bola air tersebut.
Dan semua itu di akhiri oleh Hiruma yang berdiri di antara Puti dan Mizu sambil menengadahkan senjata apinya ke arah bola air Puti.
DUAR
Hiruma menembakkan senjatanya itu, namun karena elemennya dan Puti berbanding terbalik, maka api yang dikeluarkan Hiruma pecah (?), dan berubah menjadi serpihan api kecil yang berputar mengelilingi bola air yang sudah mantap untuk di lemparkan.
Bersamaan dengan itu, nampak Schyte dan belahannya pun sudah selesai membuat bola listrik mereka.
“AYO TEMAN-TEMAN!” perintah Puti agar segera melemparkan bola air mereka itu.
“SERAAANG!!” Schyte nampak memberikan perintah juga.
Maka..
DUAAAARRR
Seiring dengan dilemparnya kedua bola itu, benturan dan ledakkan dahsyat pun tak bisa dihindari!
BUAGH BRUK DUAR
Ada yang terpental hingga dinding, menabrak tiang penyangga hingga hancur, tersungkur di lantai, dan lain sebagainya.
BOFT BOFT BOFT BOFT BOFT
Kelima belahan diri Schyte hilang, bersamaan dengan hancurnya gulungan mantra Schyte.
Terlihat Schyte hanya bisa diam tergeletak di atas lantai kastil dengan tak berdaya. Namun masih bisa dipastikan dia masih memiliki nafas.
“Ugh…” Puti masih mencoba berdiri untuk melakukan pukulan terakhir. Ia menodongkan tongkatnya tepat ke arah Schyte, lalu mengucapkan mantra, “Porutaru ekspuresu!”
JRENG
Sebuah portal muncul dari balik Schyte, dan keluarlah seorang wanita cantik yang mengenakan bikini dengan motif sisik ikan berwarna turqoise serta rok nya yang  tampak pendek dari depan, namun menjutai panjang kebelakang memiliki warna yang senada dengan atasannya. Tidak, dia tidak menggunakan alas kaki apapun. Kakinya yang jenjang dan mulus itu berjalan perlahan keluar dari portal, dan menoleh kepada Puti.
Puti mengangguk dengan sisa tenaga yang ia miliki. Wanita dengan rambut biru dan kerang sebagai ‘jepit’ rambutnya itu tersenyum dengan cantik, dan segera menggiring Schyte masuk ke dalam portal itu. Schyte sempat memberontak, namun wanita itu membuatnya tak berdaya dengan bisikannya di telinga Schyte yang entah apa itu, hingga membuat telinga sang vampire mengeluarkan darah dan tak sadarkan diri seketika. Dapat dipastikan…
Gendang telinganya hancur…
CRIIING
Seiring dengan kepergian wanita itu ke dalam portal, portal itu pun hilang. Yang tersisa hanyalah puing-puing bekas pertarungan mereka saja. Schyte sudah menghilang entah kemana.
BRUK
Puti terduduk lemas. Ia mencoba mengatur nafasnya.
CRING
Ia menyembuhkan luka-luka yang ada pada dirinya dengan sisa tenaga yang ia miliki.
Ia menoleh ke arah teman-temannya, nampak Inglid dan Mizu juga tengah memulihkan diri mereka sendiri.
“Terima kasih, telah membantuku…” ucap Puti di tengah acara menyembuhkan diri itu.
“Tak masalah…” Mizu menyahut sambil menghampiri Fuji dan menyembuhkan luka-lukanya.
Inglid menghampiri Shujin, dan menyembuhkan lukanya juga setelah ia merasa dirinya sudah cukup pulih. Sambil memberikan sedikit energi pasa Shujin ia bertanya pada Puti, “Hey, tentang wanita tadi…”
“Ada apa memangnya?” tanya Puti bingung. Ia juga saat ini tengah memulihkan Hiruma.
Inglid melanjutkan kata-katanya, “Dia.. siapa? Dia terlihat sangat cantik…”
“Benar juga…” Mizu merasa tersadar, “wanita tadi siapa, Put?”
“Itu adalah sang Dewi Air…” ucapnya sambil tersenyum.
“APA?!” sontak Inglid dan Mizu kaget bukan main.
“D-dewi air membantumu?” tanya Mizu tak percaya.
“Rasanya… tabu…” gumam Inglid dengan sweatdrop-nya.
“Ugh..” ketiga lelaki yang tengah mendapat pemulihan itu pun akhirnya terbangun.
“Aduh.. di mana aku?” tanya Fuji sambil memijat kepalanya yang pusing.
“Kita masih di Nowheresville.” Jawab Mizu.
Shujin juga bangun sambil mencoba mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kastil, “Kemana vampirenya?”
“Sudah tidak ada…” Inglid menjawab.
Hiruma juga mencoba bangun. Ketika ia melihat Puti di depannya, kontan ia mengeluarkan seringainya, “Kekeke, kau tidak macam-macam pada badan sialanku ini selama aku pingsan bukan?”
“Bodoh!” Puti membuang muka sambil menyembunyikan semburat pink di wajahnya, “jangan berpikir macam-macam!”
“Kemana vampire sialan itu?”
“Sudah kumusnahkan…”
“Hebat juga kau! Kekeke!”
“Hmm, jika kau, Shujin-senpai, dan Fuji tidak menyadarinya, berarti yang melihat Dewi Air tadi hanya aku, Inglid dan Mizu ya?”
“Dewi Air?”
“Lupakan saja! Hihi…”
Puti nampak mengedipkan sebelah matanya pada Inglid dan Mizu. Tanda bahwa yang tadi itu biarlah menjadi rahasia para gadis.
Jika saja ketiga lelaki itu tahu seperti apa penampilan sang Dewi Air itu, mereka pasti akan selalu memperhatikan jurus andalan Puti itu tanpa berkedip sedikit pun.
Dan itu adalah alasan kenapa Puti lebih memilih untuk merahasiakannya.
“Kenapa sih?” tanya Hiruma, Fuji, dan Shujin heran melihat ketiga gadis itu hanya cekikikan.
“Rahasiaaa!”
*sementara itu*
~Arie’s Battlefield~
“Wanita cantik itu… siapa? Seingatku itu bukan monster Darkness Hole?” pikir Arie sambil melihat ke lantai di bawahnya.
“Kekuatannya berbeda… penyihir macam apa dia itu?! Tch.. merepotkan…” gumam Kaori sebal.
“Heh! Sekarang kurasa giliran kita untuk serius!”
“Yah.. kurasa juga begitu!”
Arie mengayunkan tongkatnya, begitu juga Kaori. Dan pertarungan Penyihir vs Vampire yang meningkat satu level ini akhirnya akan di mulai!
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan