K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

It's Not A Secret Anymore

Minggu, 02 Desember 2012


moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*It’s Not A Secret Anymore By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
DUAAR!
Terlihat kepulan asap yang begitu pekat menyelimuti nyaris seluruh AWS. Suasana hening langsung terasa seketika. Semua nampak tegang saat itu. Ada yang mulutnya menganga, bahkan ada yang sudah mengeluarkan liur. Ew…
Sedangkan Ochi? Dia terlihat memasang senyum sinis yang penuh kemenangan.
“Haha, akhirnya, kau mati juga!” ujar Ochi sadis.
Ochi pun membalikkan tubuhnya, dan langsung mengarahkan tongkatnya ke arah Seta, Seiji, dan Hana yang hampir selesai dengan ritual melepaskan Hana dari pengaruh mantra Ochi.
TREK
Ochi menodongkan tongkatnya lurus-lurus pada ketiga penyihir itu, “Sekarang, aku akan memusnahkan kalian!”
Ochi pun mengucapkan mantra, “Hemilem ai vurufus!”
Naga milik Ochi mengumpulkan bola api yang begitu besar di mulutnya, seakan siap untuk menambah panas situasi dan membakar semua yang ada di sana hidup-hidup. Ochi mengangkat tongkatnya ke atas, dan cahaya hitam kelam pun menyelimuti tongkat itu. “Ada kata-kata terakhir, Pak Kepsek? Pangeranku? Dan…. Budakku?”
“Tch…” Seiji hanya bisa berdecih. Andai saja dia tak terkekang dengan mantra Ayahnya sekarang, dia pasti sudah berlari ke sana, dan menguliti Ochi hidup-hidup.
“Kurasa tidak ada…” Ochi kembali tersenyum sinis, “MATI KALIAN!”
TREK!
Ochi langsung melemparkan tongkatnya tepat ke arah Seta dan yang lain. Dan di saat yang sama, naga Ochi juga menghembuskan api panasnya. Dan tepat saat itu juga…
KLIK KLIK KLIK KLIK KLIK
CRING
DUAR!
Sebuah perisai raksasa yang pegangannya digenggam oleh ekor Kurozaki pun muncul! Serangan Ochi pun tertahan dan hilang! Dan terlihat, Suichi masih berdiri di atas kepala Kurozaki, meski sudah agak melemah akibat mengeluarkan jurus terlalu lama.
“Eh?” Seta kembali membuka matanya yang sempat terpejam karena takut terkena serangan Ochi. Dan di sanalah dia. Kaget, melihat Kakaknya masih tetap hidup, “S-Suichi…”
“Yo…” Suichi menyapa Seta tanpa melihat ke arahnya, “jangan lengah. Ya?”
Seta sempat tertegun sesaat tapi kemudian dia menggangguk dengan mantap, “Baik!”
“Sialan kau!” Ochi nampak geram, karena satu senjatanya sudah hilang. Yakni tongkatnya, “Aku tak akan segan-segan lagi padamu!”
“Silahkan…” Suichi duduk bersila di atas kepala Kurozaki, “aku tak akan pernah takut padamu.”
Ochi dan Suichi pun kembali bertarung. Di sisi lain, Seta sendiri sudah hampir selesai dengan mantranya.
“Seiji, bertahanlah, sedikit lagi!” perintah Seta sambil berusaha menstabilkan staminanya. Seiji hanya mengangguk sambil melakukan hal yang sama.
WHUSH..
Kobaran api yang dikeluarkan Purento sudah semakin menipis. Pertanda mantra hampir selesai.
“Bersiaplah Seiji… segeralah kau gendong Hana, dan amankan dia di tempat yang tersembunyi. Biar aku dan Suichi yang menangani tempat ini.” Sahut Seta sambil bersiap untuk sedikit menjauh dari Seiji. Seiji lagi-lagi hanya mengangguk.
Lama api itu kian mengecil..
Hingga..
WHUSH!
Benar-benar hilang!
BRUK!
Seta pun jatuh pingsan, begitu juga dengan Hana. Namun, Hana langsung ditangkap Seiji, kemudian mereka melarikan diri ke tempat yang aman. Yakni, ke belakang reruntuhan.
Sedangkan Seta, masih tergeletak di medan pertempuran, yang langsung dilindungi oleh Purento dengan kedua sayap panasnya. Warga AWS pun sebagian ada yang menghampiri Suichi, ada juga yang menghampiri Seta.
Arie, langsung menepuk-nepuk pelan pipi Seta, namun ia tak kunjung sadar, “Inglid! Cepat sembuhkan Seta dengan mantramu!”
Inglid mengangguk dan langsung duduk di sebelah Seta. Ia memegang perut Seta, seakan tengah merasakan sesuatu. “Ini tak akan bisa pulih jika hanya dengan mantra biasa.”
“Bagaimana ini?”
“Aku bisa menyembuhkannya. Tapi mungkin dengan bantuan Tenshi.”
“Kau yakin?”
“Iya, Arie-sama..”
“Lakukanlah! Jika memang itu yang terbaik!”
“Baik!”
CLEB
Inglid langsung menancapkan tongkatnya ke tanah, dan menggenggamnya kuat-kuat. Ia pun mengucapkan mantra, “Laulu Taivaan, Tenshi!!” (Ada yang masih ingat kapan Inglid mengucapkan mantra ini? Hehe..)
CRIIING
Tubuh Inglid bersinar sangaaaaaaaaaat terang. Hingga yang memakai soft lens mengganti lensanya dengan warna hitam (?).
TREEEK
Gerbang cahaya pun terbuka, dan Tenshi pun muncul dari belakang Inglid. Ia langsung memasuki tubuh Inglid, dan cahayanya di transferkan ke tubuh Seta lewat tongkat milik Inglid. Untuk sejenak, mungkin Inglid tak akan bisa lepas dari posisi itu. Pemulihan Seta pun dibantu oleh pemberian cahaya kemerahan yang keluar dari paruh Purento ke tubuh sang pemilik. Inglid dan Purento harus dibiarkan tetap seperti itu.
~Seiji’s Side~
-Seiji’s POV-
Aku membaringkan tubuh dari gadis yang paling kucintai ini di belakang reruntuhan bangunan AWS. Kulihat sekilas penampilannya. Berbeda dengan yang tadi. Tadi dia memakai baju penyihir dari Ochi. Namun, begitu aku dan ayah berhasil melepaskannya dari mantra si vampire sialan itu, bajunya kembali berubah menjadi baju penyihir biasa. Dia telah kembali...
Hana...
Oh Tuhan, kenapa dia tak sadar juga?
”Kenapa? Kenapa kau tak sadar juga?” ah, bodohnya aku. Untuk apa aku menanyakan hal bodoh macam itu? Dia tak akan mendengarnya.
TAP
”Seiji...”
”EH?”
Seorang gadis cantik yang memiliki tubuh proporsional itu tiba-tiba berdiri di depanku entah dari mana. Dia.. sang mantan. Puti.
”Puti?” sahutku.
”Bisakah... aku membantu?” tanyanya dengan seulas senyum. Aku tahu, itu senyum yang kecut. Fake smile. Tapi dia sahabat Hana, dia juga ingin membantunya, ’kan?
”Tentu..” akhirnya jawabku.
SRET
Puti langsung duduk di damping badan Hana, dan dia pun menepuk tangannya satu kali, ”Dewi Air, tolonglah aku!”
CRIIING
Sebuah cahaya muncul. Cahaya berwarna turqoise itu membentuk tubuh seorang wanita. Dan ketika cahaya itu lenyap, muncullah seorang gadis dengan penampilan seksi sekali. Aku langsung blushing dan memalingkan wajahku ke arah Hana.
PUK
Puti langsung menempatkan kedua tangannya di dada Hana, dan wanita yang ia panggil Dewi Air itu langsung menempatkan tangannya ke pelipis Puti sendiri. Cahaya pun mengalir ke badan Hana dari Dewi Air itu, melewati Puti. Sama prosesnya seperti aku dan ayah tadi. Wajahku semakin memerah. Entah sudah semerah apa. Dan aku tak tahu lagi harus memalingkan wajahku ke arah mana.
“Puti…” aku memberanikan diri melihat ritual ini. Meski aku tahu, ‘adik’ kecilku sudah sedikit merasa sesak di bawah sana.
“Iya?” jawabnya dengan wajah seakan sedang tak melakukan apa-apa.
“Apa… tak ada cara lain untuk mentransferkan energimu?”
“Tak ada, ini satu-satunya cara.”
“T-tapi… kenapa harus di dada?!”
“Karena pusat energinya ada di sini!”
“B-begitu…”
“Jangan katakan padaku kalau kau—“
“T-tidak! Aku tidak seperti itu!”
“Hoo? Lalu yang di celanamu itu?”
“Berisik! La-lagipula, ini normal, ‘kan?”
“Hahaha… iya iya… aku mengerti. Seiji kan memang pervert!”
“Huh. Lupakan soal aku! Yang terpenting, Hana bisa sembuh secepatnya!”
“Iya, iya…”
….
Hening. Setelah percakapan tadi, tak ada lagi yang berbicara. Kami berdua hanyut ke dalam pikiran masing-masing.
“Ano…” aku berusaha tak membuat suasana jadi canggung. Jadi, aku mencoba memulai pembicaraan saja.
“Hm?” Puti menyahut, tanpa menoleh ke arahku.
“Kenapa?”
“Eh?”
“Kenapa… kau rela melakukan semua ini?”
“Kenapa katamu? Sudah jelas, Hana itu sahabatku! Mana mungkin aku—“
“Tidak, bukan itu maksudku..”
“Lalu?”
“Ini… soal.. masa lalu kita..”
“Masa… lalu?”
“Ya… kau tahu ‘kan.. sebenarnya, penyebab hubungan kita berakhir, secara tak langsung disebabkan oleh Hana..”
“Sudahlah… aku sudah tak lagi memikirkan hal itu..”
“Dan sekarang, kau di sini.. membantu aku dan Hana, dua orang yang sudah jelas menyakiti hatimu..”
“Jika kau ingin aku jujur, tentu saja. Rasa sakit hati itu masih ada pada diriku. Tapi, apakah aku harus selalu larut dalam kesedihan? Kurasa tidak. Meski kalian sudah menyakiti hatiku, bukan berarti aku harus dendam dan tak membantu kalian, ‘kan?”
“Iya sih…”
“Lagipula.. AWS akan jauh lebih baik jika kau bersama Hana. Aku? Haha, aku tak bisa berbuat banyak. Aku hanya mampu berbuat sejauh ini…”
“Puti..”
“Terima kasih ya, Seiji.”
“Eh?”
“Karena kau telah memberikan waktu yang indah kepadaku selama kita bersama.”
“Tidak….
GREP!
…seharusnya aku yang berterima kasih.”
Aku memeluk Puti dengan erat. Aku anggap ini sebagai pelukan persahabatan. Entah kenapa, tak pernah ada rasa yang lebih tersirat daripada itu. Tentu saja, Puti tak memelukku kembali, karena dia masih dalam pengaruh mantra.
“Seiji..”
“Ya?”
“Pergilah, bantu ayahmu dan yang lain. Aku yakin, mereka akan membutuhkanmu..”
Aku melepaskan pelukanku, dan memegang kedua bahu Puti, “Bagaimana denganmu dan Hana?”
“Kami akan baik-baik saja. Percayakan Hana padaku.”
“Kau yakin, bisa menjaganya sendirian?”
“Iya. Cepatlah, kelihatannya Suichi-sama mulai kehabisan tenaga!”
“Baik. Aku serahkan Hana padamu!”
“Iya!”
Dengan berakhirnya percakapan kami, aku pun beranjak pergi meninggalkan reruntuhan. Sambil sekilas menoleh ke arah wajah Hana yang masih tergeletak lemas tak berdaya.
-Normal POV-
Puti melihat ke arah Hana. Dia tersenyum kecil sambil meneteskan air matanya, “Hana.. kau sungguh beruntung, dapat dicintai olehnya..”
~Battlefield~
TAP TAP TAP
Seiji berlari menghampiri Suichi. Dia langsung mengeluarkan tongkatnya tanpa segan-segan.
“Seiji?” Suichi nampak kaget. “Apa yang kau lakukan di sini? Cepat jaga Hana!”
“Tidak! Aku akan bertarung di sini! Sudah ada yang menjaganya di sana!” tukas Seiji.
Suichi tersenyum simpul. Ia sadar, bahwa yang menjaga Hana pasti sahabat Seiji sendiri.
“Sekarang… pastikan kau hanya support dari belakang saja, Seiji! Jangan jadi penyerang depan, terlalu berbahaya!” perintah Suichi.
“Baiklah!” Seiji mundur beberapa langkah. Tepat saat ia berhenti mundur, dia sejajar dengan Hanamura, Kanou, Riku, Lia, Satsuki, Kagami, Ai, Tobi dan Agung. Tidak hanya mereka, murid AWS yang lain juga ada bersama mereka, bersama menghadapi Ochi demi mengembalikan AWS. Tempat yang menjadi kenangan bagi mereka semua selama ini.
“Teman-teman?” sahut Seiji tak percaya. “Kalian sedang apa di sini?! Mundurlah, kalian bisa celaka!”
“Tenang saja, bodoh!” Satsuki menyela, “kami juga punya sihir!”
“Eh?” Seiji hanya bisa berkedip-kedip kebingungan.
“Hoo…” Ochi bertolak pinggang dan berbicara dengan angkuhnya, “Mau sebanyak apapun teman yang kalian kumpulkan, tetap tak akan seimbang dengan kemampuanku! Hahaha!”
Ochi pun memerintahkan naganya untuk menembakkan laser api dari mulutnya!
“GROAA!”
Semburan api-api panas pun keluar!
KLIK KLIK KLIK KLIK KLIK
BYUUUR!
Semburan air yang dahsyat pun keluar dari mulut Kurozaki, hingga melenyapkan api-api itu dan membasahi seluruh penjuru wilayah (?).
“Hahaha!” Ochi malah tertawa dan memerintahkan naganya untuk menembakkan aliran listrik!
Karena arena pertempuran sedang basah, otomatis semuanya terkena sengatan listrik itu!
BZZT BZZT BZZT!
BRUK
Semua terjatuh akibat lemas terkena serangan Ochi. Namun, mereka perlahan bangun kembali.
KLIK
Kagami menekan tombol add properties di kacamatanya. Maka dalam sekejap, muncullah batu-batu yang besar dan tajam di setiap murid. Dengan aura ketua OSISnya (?), ia pun memerintahkan mereka semua, “TEMBAAAAK!”
“HIYAAAAAH!” Hanamura menonjok batu itu hingga terpental sangat jauh tepat ke arah naga Ochi!
“TOBII!”
DUAK!
Satsuki menendang batu itu ke arah Tobi, lalu dia pun menangkapnya dan melemparnya dengan gaya pass andalannya tepat ke arah naga itu! Satsuki tak bisa menendang batu itu langsung ke arah naga, karena kekuatannya berbeda dengan Hanamura. Maka dia membutuhkan kerjasama dengan Tobi.
Nice, partner!” Tobi mengacungkan jempolnya.
“Aku bukan partner kau!” tukas Satsuki.
“Riku!” sementara siswa lain melemparkan batu, Kanou melemparkan cairan kimianya kepada Riku dalam radius ratusan meter!
GREP!
Riku langsung mengambilnya dengan cekatan, dan melemparkannya tepat ke arah Ochi!
DUAR!!
Cairan itu meledak, dan Ochi pun terpental hingga hampir menimpa Ai! Namun, Ai tidak tinggal diam! Dia langsung membusungkan dadanya, dan..
TUING
“Kyaah~” teriak (?) Ai.
BRUK
Ochi pun terpental dengan perisai kenyal milik Ai hingga ia jatuh kembali tepat di depan tubuh Kurozaki!
Sementara itu, selagi ada kesempatan, Agung dan Lia saling mengangguk satu sama lain. Mereka berdua langsung berlari dengan cepat dan…
CLEB! DUAR!
Lia menancapkan pedang emas miliknya di mata kiri sang naga, sedangkan Agung menembakkan laser putihnya ke mata kanan sang naga!
“GROAAAA!”
Naga itu mulai melemah, akibat dia tak bisa melihat apa-apa lagi sekarang.
“Teman-teman…” Seiji nampak menganga melihat semua warga AWS ikut bertarung. Mereka ingin membawa kembali tempat kenangan itu. Mereka ingin AWS kembali dengan damai dan tentram.
TES
Setetes air mata haru keluar dari kedua kelopak mata Seiji.
“GROAA!” naga milik Ochi mengeluarkan semua jurus dari mulutnya dengan membabi buta. Dia sudah melemah, dan jika dilihat-lihat, inilah kesempatan emas untuk menghancurkannya!
Suichi menyadari hal itu, lalu ia pun dengan sigap menekan tombol-tombol opsi yang ada di layar digitalnya.
KLIK KLIK KLIK KLIK
“MAJU, KUROZAKIII!”
CRIIIIING
Tubuh Kurozaki bersinar. Ia pun melesat menghampiri naga milik Ochi, lalu menyeretnya ke gerbang kematian!
Namun…
“GROAA!”
WHUSSSSSH!
Kurozaki mendapat perlawanan! Tubuhnya dibakar habis oleh naga itu, hingga…
DUAR!
Ledakan besar pun muncul, dan Kurozaki pun terlempar kembali ke tempat asalnya, lewat gerbang kematian!  Di samping itu, tak hanya Kurozaki yang terkena ledakan, tapi semua warga AWS yang ikut bertempur saat itu!
CRING!
Gerbang itu lenyap, dan..
BRUK
Suichi yang tadi ikut terbakar pun terlempar, dan tersungkur dengan luka dimana-mana. Begitu juga warga AWS yang lain.
“S-sial…” gerutu Suichi.
SRET
Ochi pun beranjak bangun, dan mendekati naganya lagi perlahan. “Tenanglah, naga bodoh! Aku bisa mengembalikan lagi matamu jika kau mau!”
“TAK AKAN KUBIARKAN!!” teriak Seiji dengan air matanya yang masih berlinang. Dan teriakkannya reflek membuat Ochi berhenti mendekati sang naga, “Teman-temanku sudah berusaha hingga mereka terluka dan babak belur seperti ini… tak pernahkah.. tak pernahkah… kau memikirkan, bagaimana rasa sedih yang kurasakan ketika melihat orang-orang terdekatku terluka?!”
Ochi terbelalak. Sekilas, ia jadi teringat pada Prem, Anchi, Dira, Schyte, dan kedua orang tuanya. Ia teringat akan kenangannya dengan para vampire buatannya itu. Namun, dia langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha untuk tidak mengingat kejadian menyedihkan itu lagi.
“Tahu apa kau tentang rasa sakit?!” bentak Ochi, “kau tak pernah tahu ‘kan… rasanya menjadi asing dan sendirian itu bagaimana? Rasanya dikucilkan oleh masyarakat karena perbedaanmu bagaimana? KAU TAK PERNAH TAHU DAN MERASAKAN SEMUA ITU, ‘KAN?!”
Seiji menggigit bibir bawahnya dengan keras. Sambil mengepalkan tangannya dan mendekati Ochi, ia berkata, “Aku juga selalu merasakan rasa sedih itu. Meski aku tak begitu ingat, tapi aku masih merasakan rasa sedih ketika aku dibuat oleh ramuanmu, dan terlahir ke dunia ini. Aku juga selalu merasa kesepian. Dikucilkan, dicaci maki, aku mengalami semua yang kau rasakan. Karena kita pernah terlahir ke dalam jenis yang sama, yakni vampire. Apalagi ketika aku tahu, di usia yang masih dini, aku sudah disuruh menikahimu. Itu membuatku tambah sakit. Dan ketika aku pergi ke hutan untuk melarikan diri, di sanalah… aku bertemu dengan ayah dan ibu…”
Suichi berpikir sejenak, “Ayah… Ibu… maksudmu, Seta dan Yuki?”
“Tapi… tapi kemudian kau membunuh ibuku!! Kau pikir rasa sakit yang kurasakan ini bisa terganti begitu saja, hah?! Kehilangan sosok seorang ibu yang baru kita temui beberapa menit, lalu kemudian mati… apakah… apakah kau setega itu, OCHI?!”
“DIAM KAU!!” bentak Ochi lebih keras, “aku juga… aku juga pernah merasakan kehilangan seorang ibu… tapi… tapi—“
“Tapi sayangnya dia bukan manusia atau makhluk hidup alami, iya ‘kan?! Dia mati sebagai abu, bukan mayat. Kau tak merasakan apapun, ‘kan? Karena kau tahu, kau bisa membuat ibu yang baru dengan ramuanmu! Satu-satunya vampire asli yang harus dimusnahkan itu hanya kau!!! Sang keparat yang mempermainkan hidup dan perasaan orang lain!!”
CRIIING
Mata Seiji bersinar, dan dia pun perlahan mengambil tongkatnya. Muncul pentagram tepat di kedua bola matanya. Ia pun menodongkan tongkatnya, dan berbalik arah pada sang naga yang masih mengamuk.
KREK
Tanah yang dipijak oleh Seiji, langsung mengalami keretakan.
“Gawat!” Suichi langsung berinisiatif membuat tanah yang ia pijak dengan warga AWS yang lain menjadi lebih tinggi.
KLIK KLIK KLIK KLIK
DRR DRR
Tanah tempat ia berkumpul, begitu juga Seta, Hana, dan yang lainnya menjadi beberapa meter lebih tinggi dibanding Seiji dan Ochi.
“Ini saatnya kau bertarung sendiri, Seiji…” gumam Suichi.
WHUSH
Seiji melemparkan tongkatnya, dan…
TRIIING
Tongkat itu bersinar…
“Auuuuu..” lolongan serigala yang begitu keras terdengar.
CTIK
Seiji menjetikkan darinya, dan mengucap mantra, “Koi, Niiji!”
“Auuu!”
BRUK!
Niiji pun mendarat dari langit, dan turun dengan tegap serta gagah di depan Seiji. Niiji melihat naga Ochi yang semakin melemah dan tak terkendali.
“Rwwrr…”
“Kau ingin memakannya, eh?” tanya Seiji pada Niiji dengan senyum sinisnya, “jika kau memang lapar, makanlah! MAKANLAH DIA, NIIJI!!”
SRET
Seiji menunggangi Niiji…
“Auu!!” Niiji kembali melolong dengan kuat, dan berlari cepat mendekati naga Ochi yang berukuran ratusan kali lipat lebih besar dibanding dirinya sendiri ini.
“Jangan macam-macam kau!!” Ochi langsung mengejar Seiji yang tengah menunggangi serigala itu.
Dia lain tempat, Fuji dan Hiruma saling bertukar pikiran.
“Hiruma…” Fuji memulai pembicaraan.
“Hn?” sahut Hiruma malas.
“Kita sebaiknya turun, dan bantu Seiji di bawah sana. Nampaknya, emosi dia sedang tak terkendali.”
“Kau yakin? Berdua saja?”
“Aku ikut!” ujar Mizu, “aku tak akan membiarkan Fuji bertarung tanpa aku!”
“Baiklah…” Fuji tersenyum. Ia sudah tahu seperti apa Mizu, jadi melarangnya pun percuma.
“Baik, siapa lagi yang akan ikut?” tanya Hiruma.
Sebenarnya, tanpa ditanya pun dia sudah tahu.
“Aku ikut.” Shujin berdiri dengan tegap dan mengepalkan tangannya. “sudah lama juga aku tak meremukkan badan orang. Hehe!”
CRING!
Mantra Inglid sudah selesai, badannya berhenti bersinar, dan Tenshi pun keluar dari tubuhnya. Inglid berdiri, dan ikut masuk ke dalam pembicaraan. “Aku ikut!”
Semua mengangguk, dan langsung melihat ke arah Seta yang matanya mulai terbuka perlahan. Seta pun berbicara, “Bantulah… Seiji… sekarang… semua kuserahkan… pada kalian…”
“Beristirahatlah, Seta-sama, Suichi-sama, Arie-sama…” ucap Mizu. “sekarang adalah tugas kami…”
Ketiga penyihir senior itu mengangguk, dan tersenyum lembut. Dan perlu diketahui, begitu Inglid selesai dengan jurusnya, Purento juga ikut pergi bersama Tenshi.
WHUSH
Agen Himitsu itu langsung melompat turun dari tanah tinggi yang dibuat oleh Suichi tadi.
*sementara itu…*
Di lain tempat, Puti juga sudah selesai dengan mantranya. Dewi air juga sudah tak ada karena tugasnya telah usai.
“Ngh…” Hana membuka matanya perlahan. Dan ketika ia sadar, ada Puti di sampingnya. Sedikit rasa kecewa terbesit dalam benak Hana, karena yang menyelamatkannya bukan Seiji.
Seolah tahu apa yang dipikirkan Hana, Puti langsung menggenggam tangan sahabatnya itu, “Hana… asal kau tahu saja.. yang menyelamatkanmu itu Seiji, aku hanya membantu proses pemulihanmu.”
“Benarkah?”
“Iya… sekarang, apa kau akan diam saja di sini dan tidur-tiduran, atau pergi ke medan pertempuran bersamaku untuk membantu Seiji?”
“Pertempuran?” tanya Hana bingung. Ia melihat sekeliling. Gersang, dan banyak reruntuhan. “Kita… di mana?”
“Ini AWS….”
“A-AWS?”
“Iya… kau dan Ochi yang telah membuatnya begini…”
“Aku dan…. Ochi? Tapi… kenapa?”
“Ceritanya terlalu panjang. Yang terpenting sekarang, kau mau membantu atau tidak?”
Hana memperhatikan Puti sejenak, namun ia langsung mengangguk, “Baik. Aku akan memperbaiki semua kesalahanku!”
“Itu baru Hana yang kukenal!”
SRET
Puti menarik tangan Hana, hingga mereka berdua berdiri bersama.
“Siap?” tanya Puti.
“Kapanpun!” jawab Hana mantap. Dan kedua gadis itu langsung masuk ke medan pertempuran juga.
~Battlefield~
Seiji masih terlihat menunggangi Niiji yang berlari dengan cepat, “AYOOOO, LEBIH CEPAT NIIJII! LAHAP MONSTER SIALAN ITUU!”
Roki Gurapu!”
KREK
GREP!
BRUK!
“Agh…” tubuh Seiji digenggam sekepal tangan yang terbuat dari batu, yang kemudian menariknya hingga terjatuh.
TAP TAP TAP
Sang pemilik mantra mendekati Seiji.
“Shujin-senpai?” sahut Seiji kaget.
“Jangan buru-buru, dasar anak labil.”
“Lepaskan aku!!”
“Diam saja kau di sini!”
TREK
Flame barrier!!”
DUAR!
Hiruma menodongkan tongkatnya ke depan Niiji yang masih berlari, dan menyuruh Akama membuat dinding api raksasa sebagai pemisah antara Niiji dengan naga Ochi. Reflek, Niiji pun berhenti berlari.
“Rwwr…” Niiji nampak geram dengan tingkah Hiruma.
Hiruma menyeringai, “Ada yang salah, Serigala Sialan?”
Aisu Purizu!”
KREK!
Kaki Niiji tiba-tiba saja tertimbun salu yang begitu berat!
Terlihat Mizu tersenyum manis sambil memutar-mutar tongkatnya. “Kenapa, serigala kecil? Ingin berlari?” tanya Mizu.
“Bagus, mumpung ada kesempatan!” gumam Ochi yang lalu berlari menghampiri naganya.
“Tidak secepat itu!” sahut Fuji. “Gate, open!”
KREEEEK
“Kuroma!”
GREP
Gerbang kematian terbuka. Sebuah tangan raksasa muncul dari balik gerbang itu, dan menggengam tubuh Ochi erat-erat.
“Sial! Lepaskan aku!” bentak Ochi.
CRIIING
Inglid tiba-tiba muncul di depan Ochi dengan cahaya yang cukup terang.
“Sial! Enyah kau dari hadapanku! Sinarmu! Aagh!”
“Kau ingin seberapa terang, eh?” tanya Inglid dengan Tenshi tepat di depannya.
Purasu wate!”
BYUUUR!
Kobaran api yang dibuat Hiruma, langsung padam seketika dengan semprotan air yang keluar dari tongkat Puti!
“Dasar kau! Kau memusnahkan kobaran apiku yang indah!” gerutu Hiruma.
Puti mengibaskan rambutnya, “Lantas kenapa? Masalah? Apimu itu terlalu besar, membuatku panas!”
TAP TAP TAP
“Seiji…”
Seiji menoleh ke sumber suara di belakangnya, “Hana?!”
“Senang bisa melihatmu lagi..”
“Kau… kau… Hana?”
“Kau pikir siapa lagi, hah? Hahaha!”
PUK
Hana menepuk kepala Seiji yang tengah terduduk dan terkepal itu (?). “Serahkan saja pada kami. Kau sudah cukup banyak bertarung, Seiji.”
“Heh, kau pikir aku akan kalah semudah ini? Cuma kepalan tangan kok..”
SRET SRET SRET SRET
Seiji mengeluarkan dedaunan yang tajam, runcing, dan kuat! Hingga batu yang mengepal tubuhnya pun hancur oleh sayatan daun milik Seiji!
“Dasar keras kepala…”
“Itulah aku…”
“Seiji bodoh…”
“Hana bodoh…”
“Hey—“
“Ayo! Kita juga harus bantu yang lain!”
“Haha, baik baik!”
TAP TAP TAP
Kedua pasangan itu langsung maju ke medan pertempuran. Agen Himitsu yang lain tersenyum, dan mereka langsung mendekati naga Ochi, lalu bertarung dengannya. Sedangkan Hana dan Seiji mengawasi Ochi yang sudah dilepaskan oleh Inglid dan Fuji.
“Sekarang… aku tak akan segan-segan lagi padamu!” ujar Seiji.
“Kita bereskan semua ini… sekarang juga!” sahut Hana.
“Kemarilah dan hadapi aku… jika kalian memang bisa!” tukas Ochi sambil mengeluarkan senyum sinisnya.
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan

A Complicated Moment

moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*A Complicated Moment By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
Suichi berdiri dengan gagah di atas kepala Kurozaki. Dia nampak seperti seorang penyihir kegelapan yang telah lama disembunyikan keberadaannya. Dengan layar digital transparan yang ada di depannya saat ini, tentu membuat kita bertanya-tanya, kenapa seorang penyihir bisa begitu canggih. Tapi itulah yang membuat dia berbeda dibanding penyihir lain. Karena itulah, julukannya Multidigi Wizard. Penyihir yang mempunyai banyak kemampuan, pintar dalam teknologi, serta membawa aliran kegelapan yang berbeda dengan yang lain. Monster miliknya pun Kurozaki, ‘sesepuh’ dari semua monster. Mungkin dia adalah kategori penyihir terhebat di abad ini.
“A-apa…. Benar itu… kau…” Ochi nampak terbata-bata begitu mendengar julukan Suichi.
“Kenapa? Kau takut dengan keberadaanku, eh?” nada bicara Suichi terdengar sangat sinis.
Ochi menghentikan mantranya pada Hana sejenak, namun tetap membiarkannya mengendalikan seluruh AWS beserta monster-monsternya.
Ochi mundur beberapa langkah sejenak, “Kau… jadi kau… orang yang membuat semua hal tentang dunia penyihir ini?!”
Suichi duduk di atas kepala Kurozaki, sambil mengelusnya ia berbicara, “Bagaimana ya? Itu terlalu tinggi. Tapi, bisa dikatakan seperti itu. Hahaha!”
“Gara-gara kau… gara-gara kau.. aku harus kehilangan orang tuaku, dan juga pangeranku!” Ochi mendelik ke arah Seiji.
“Orang tua? Bukankah raja dan ratu vampire itu hanya orang tua buatanmu? Kau membuat mereka semua, agar kau tidak kesepian. Iya ‘kan?”
“B-bagaimana kau…”
“Aku tahu segalanya, nona! Bahkan aku tahu ketika kau menculik Seiji yang kesepian di tengah hutan, dan membesarkannya dengan ramuan yang kau buat bertahun-tahun. Hahaha!”
Seiji terbelalak. Begitu juga Seta. Seiji baru sadar, jadi selama ini dia besar dan dewasa gara-gara sebuah ramuan, bukan pertumbuhan alami. Tubuhnya dewasa karena obat, sedangkan pikirannya dewasa berkat didikan Seta. Seta baru menyadari, ternyata dugaannya waktu menemukan Seiji bersama Yuki itu tepat. Tubuh Seiji dewasa, namun sifatnya masih kekanak-kanakan. Ternyata, itu semua ulah Ochi. Ochi yang ingin mendapatkan teman, dan tak ingin kesepian.
“Melihat tingkahmu yang haus akan kasih sayang itu… membuatku jijik!” Suichi mendelik tajam pada Ochi, “hanya karena kesendirianmu, kau memanfaatkan memori dan tubuh orang lain yang tak berdosa agar bisa kau paksakan menjadi temanmu! Hanya karena dirimu saja yang terlahir sebagai seorang vampire, bukan berarti kau bisa memaksa orang lain menjadi vampire juga, nona muda! Maka dari itulah, aku sudah memberikan program penyihir kepada Seta, agar dia bisa merekrut orang-orang yang pantas sebagai penyihir untuk menghancurkanmu!”
“Biadab kau!”
“Kenapa, kau tak suka? Kau kaget, karena kau baru tahu aku yang mengatur jalannya semua permainan ini?”
“DIAM KAU!!”
CRING!
*gerbang AWS*
Monster ciptaan Ochi langsung hilang. Seluruh petarung yang ada di gerbang langsung menghela nafas sejenak. Namun ada juga yang kaget dengan kejadian tak terduga ini.
Inglid langsung jatuh terduduk, “Apa yang terjadi?”
“Kenapa ini?” pikir Fuji yang langsung menyimpan kembali pedangnya di tempatnya.
“Apakah kita… menang?” tanya Ai.
“Sebaiknya kita bantu Pak Ryo dan Pak Shimichi untuk mengevakuasi warga AWS yang lain! Ayo!” perintah Arie yang kemudian langsung berlari masuk ke dalam gedung AWS diikuti yang lainnya.
*di dalam gedung AWS*
CRING!
Monster ular yang sudah pingsan akibat ramuan pemberian Kanou juga ikut menghilang. Sama seperti sebelumnya, yang awalnya bukan penyihir, langsung merasa kaget. Riku juga bertanya-tanya, “Kenapa ini?”
“Apakah kita menang?” tanya Hanamura.
CRING!
Kaca transparan juga ikut menghilang!
“Kacanya lenyap!” sahut Puti.
“Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di atas sana..” pikir Shujin.
“Sekarang bagaimana?” tanya Lia.
“Aku juga tak tahu. Karena sepertinya akan terlalu berbahaya jika kita langsung menyelundup ke atas, dan ikut bertempur. Ditambah lagi, ada Kurozaki di atas sana.” Jelas Hiruma serius yang tumben-tumbennya tak memakai embel-embel sialan dalam kalimatnya.
“Hirumaaaa! Putiii! Shujiiin!”
“Hm?”
Seseorang memanggil mereka dari jarak yang tak terlalu jauh. Ternyata itu Mizu dan yang lain, dipimpin Arie di depan mereka.
“Teman-teman?” Puti nampak senang karena mereka selamat.
“Sedang mengevakuasi?” tanya Arie.
“Kurang lebih begitu. Tadi ada sedikit halangan dari monster, tapi sudah teratasi.” Jelas Hanamura.
“Apa jangan-jangan… Hanamura dan yang lain juga.. mempunyai sihir?” tanya Inglid.
“Kenapa kau bisa tahu?” tanya Kanou.
“Karena hal yang sama juga terjadi pada kami..” jelas Satsuki sambil memasukkan tangannya ke saku celana.
“Sekarang sebaiknya kita lanjutkan evakuasi kita. Siapa tahu masih ada warga AWS yang tertinggal di dalam!” perintah Arie yang langsung disambut anggukkan dari yang lain. Mereka semua pun langsung bergegas. Masing-masing dari mereka berpencar dan menyusuri ruang per ruang.
*kembali ke atap AWS*
Seiji melirik ke bawah gedung AWS. “Monster yang tadi hilang…”
“Hoo… sepertinya kau kehilangan kendali atas mantramu hanya gara-gara omonganku.” Suichi menyeringai.
“Hentikan! Hentikan kata-kata menyakitkanmu itu!” Ochi menutup telinganya yang runcing itu rapat-rapat dengan kedua tangannya.
“Aku sarankan sekarang juga padamu.. menyerahlah, dan lepaskan mantramu dari Hana!”
“Heheh… begitukah?”
“Hm?”
“Kau pikir aku akan menyerah begitu saja, dan langsung menyerahkan anak berpotensi ini?” Ochi mengelus kepala Hana layaknya anak kecil. Tentu saja tak ada tanggapan dari Hana, karena dia sudah tak sadarkan diri akibat sedang memakai jurus untuk melindungi perisai yang mengepung seluruh AWS.
“Berpotensi?”
“Dia memiliki jumlah stamina yang luar biasa dibanding manusia lain. Di samping itu, dia anak polos, darahnya masih segar pula. Dia bisa kumanfaatkan sebagai budak pribadiku! Iya, ‘kan? Hahaha!”
“Tch, kau ini. Cukup! Cukup dengan semua kekejaman yang telah kau perbuat! Jika kau memang ingin mengambil darah manusia, ambillah milikku!”
“Suichi, jangan berpikir bodoh!” Seta mengingatkan.
“Hoo.. benarkah?” tanya Ochi dengan senyum sinisnya, “aku meragukan kalimatmu, tuan penyihir yang hebat.”
“Kenapa?”
“Karena kau sudah tak bisa kupercaya lagi, setelah menghinaku dan menekanku terus-menerus sedari tadi!”
“Begini saja, kita buat kesepakatan.”
“Apa itu?”
“Kita bertarung. Jika kau menang, kau berhak mendapatkan aku, dan seluruh kekuatanku. Tapi jika aku yang menang, lepaskan Hana, dan tinggalkan AWS untuk selamanya!”
“Baik. Aku setuju! Karena kedengarannya cukup adil.”
Seta nampak sangat tak setuju, “Suichi, jangan lakukan itu! kau bisa—“
“Tenang saja…” Suichi menoleh ke belakang, ke arah Seta, “aku tak akan mati dengan mudah, adikku yang sok tahu! Hihi…”
“K-kakak..”
“Yosh…”
KLIK
Suichi menekan beberapa opsi yang ada pada layar digital transparan di depannya. Tertulis ‘Battle Mode’ di layar itu (Sedikit disclaimer, sistem bertarungnya Suichi saya ambil sedikit dari Sword Art Online. Hanya saja, cuma Suichi yang bisa menggunakan cara bertarung seperti ini, dan ini bukan di dunia game. Sekian disclaimer nyempilnya~).
“Baiklah….” Suichi berdiri tegap, seakan sudah siap untuk mempertaruhkan nyawanya, “haruskah kita mulai sekarang?”
“Tentu!”
TREK
Ochi langsung mengambil tongkat miliknya, dan kemudian mengangkatnya ke atas kepalanya, lalu mengucap mantra, “Cherny Drakon poyavlyayetsya!”
GLUDUK GLUDUK
Sekali lagi, langit mengeluarkan gemuruhnya yang menyeramkan. Kilat terlihat lagi di sana-sini. Dan tak lama kemudian..
“Groaa!”
Seta, menyadari seekor naga hitam muncul dari langit, lalu terbang menukik dengan tajam ke arah Suichi, “Suichi, awas!”
KLIK
DUAAR
BRUK
Sebuah perisai hitam transparan langsung muncul melindungi Suichi, tepat ketika ia sudah menekan sebuah opsi di layarnya. Naga itu langsung tersungkur ke samping Ochi, namun tak lama, ia bangun kembali.
“Hoo, jadi itukah jenis self defense milikmu? Melindungi dan menyerang sekaligus? Lumayan..” puji Ochi dengan sinis.
“Kenapa? Kau takut?” tanya Suichi dengan senyuman yang tak kalah sinisnya.
“Tidak. Apa ada alasan lain bagiku untuk takut hanya kepada seorang penyihir sepertimu?”
“Hmm, jawaban yang bagus. Aku suka itu.”
Di sisi lain, Seta dan Seiji saling berbisik, “Seiji, selagi ada kesempatan, cepat selamatkan Hana! Aku akan mengawasi semua pergerakan Ochi dari sini.”
“Baiklah, ayah!” sahut Seiji mantap, yang kemudian langsung menggenggam tongkatnya kuat-kuat. Seiji pun langsung mengambil ancang-ancang seperti hendak berlari sprint, lalu mengucap mantra pelan, “Nevidimy skorosti!”
WHUSH!
Seiji langsung berlari dengan kecepatan sangat tinggi, sampai-sampai tak terlihat oleh kasat mata. Namun, Ochi tentu saja bukan seorang vampire yang bodoh, yang tak bisa melihat semua pergerakan Seiji. Maka, ia langsung menodongkan tongkatnya ke arah Hana, dan mengucap mantra, “Tysyachi!”
“A-apa?!”
DRR DRR
Ribuan vampire yang merupakan anak buah buatan Ochi langsung muncul dari dalam tanah, dan beridir di antara Hana dan Seiji.
CKIIIIT (?)
Seiji langsung berhenti berlari, yang menyebabkan sedikit asap muncul (?). “Sial…” umpat Seiji.
“Baiklah, sekarang aku bisa fokus kembali padamu…” Ochi kembali mengeluarkan seringainya.
“Sial kau!” Suichi langsung menekan beberapa opsi lagi, lalu…
WHUUSH!
SRET SRET SRET SRET SRET
Angin kencang datang beserta dedaunan yang sangat banyak dan runcing datang, menebas seluruh badan vampire itu hingga terbelah menjadi dua.
“Hebat! Gabungan dua elemen…” pikir Seiji.
“Sulit dipercaya… kau sudah menguasai semua elemen, bahkan sudah bisa menggabungkannya.” Puji Seta pada Kakaknya itu.
“Tak ada waktu lagi, sebaiknya kau cepat Seiji! Mereka itu vampire yang bisa kembali lagi ke badannya! Mereka tak akan mati!”
“Baik!”
WHUSH!
Seiji kembali berlari cepat, dan langsung dengan hitungan detik, sudah sampai di belakang Hana, dan menggenggam bahunya erat-erat. “Akhirnya… akhirnya… aku bisa menyentuhmu kembali.. Hana..”
“Sialan kau! Keh, baiklah, aku bisa menguasai AWS dengan tanganku sendiri! Lagipula, perjanjian tetaplah perjanjian, ‘kan?” sahut Ochi dengan geram.
“Ya… aku tak akan melanggar perjanjianku..”
Di lain pihak, Seta langsung menghampiri Seiji, dan dia langsung menepuk punggung Seiji. “Kau siap?”
Seiji mengangguk dengan mantap, “Ya!”
“Baiklah, kita segera bawa Hana kembali ke pihak kita.”
“Oh iya. Bagaimana caranya ayah? Aku ingin sekali menanyakan hal ini dari dulu.”
“Tak usah banyak bicara! Sekarang cepat arahkan tongkatmu kepada Hana!”
“B-baik!”
SRET
Seiji langsung mengarahkan tongkatnya tepat ke arah punggung Hana yang tengah bersinar merah merekah akibat pengaruh mantra dari Ochi.
CLEB
Seta langsung menancapkan tongkatnya ke tanah, dan mengucap mantra, “Prikhodit, Purento!”
TES
Sepercik api menetes di muka bumi.
CRING
Sepasang mata yang tajam berwarna hijau emerald, terlihat dari sebuah lubang yang muncul tepat di belakang Seta, yakni di atas kepalanya. Seiji langsung terbelalak. Dia merasakan aura mosnter lagi, yang hampir sama besarnya dengan milik Suichi.
‘Apakah ayah… mempunyai monster juga?’ batin Seiji.
WHUUUSH!
Angin kencang yang panas langsung terasa oleh Seiji, ketika seekor burung phoenix melesat terbang tinggi ke atas langit disertai ekornya dan jari-jari sayapnya yang memiliki api.  Seiji hanya bisa menganga. Tak menyangka, bahwa dunia penyihir bisa sampai sehebat ini.
“L-luar biasa…” gumam Seiji.
SRET
Burung bernama Purento itu langsung terbang di belakang Seta, dan membuka paruhnya lebar-lebar. Seta memejamkan matanya perlahan, dan ketika ia membukanya kembali, lambang pentagram sudah tertera di bola matanya! Dia pun menodongkan tongkatnya ke punggung Seiji, dan mengucap mantra, “Vlast ognya!”
WHUUSH!
Purento langsung menyemburkan api yang panas kepada Seta, namun anehnya, Seta tak ikut terbakar. Justru, api itu menjalar seperti aliran energi dari tongkatnya ke badan Seiji, lalu ke tongkat Seiji, sampai ke badan Hana!
“Agh…” Seiji nampak langsung tak kuat menerima aliran energi dari ayahnya. Dia merasa sangat panas, karena dia hanya dilindungi oleh beberapa lapisan energi dari elemennya saja. Dia belum sekuat ayahnya.
“Bertahanlah, Seiji!” Seta hanya bisa menyupport dari belakang.
“Tak akan kubiarkan!” Ochi langsung mengarahkan naganya untuk melempar bola listrik hitam ke arah Seta dan yang lain, tapi langsung dihalangi oleh Suichi!
KLIK KLIK KLIK KLIK
Suichi menekan opsi dengan sangat cepat dan lincah, hingga Kurosaki menyemburkan api hitam yang menghadang bola listrik hitam milik Ochi!
DUAR!
Terjadi ledakan dahsyat, yang membuat Suichi dan Ochi terpental agak jauh. Namun, itu tak membuat mereka lemah begitu saja.
“Belum selesai!” Ochi langsung mengayunkan tongkatnya, dan menyuruh naganya untuk menyemburkan aliran listrik hitam ke arah Suichi!
KLIK KLIK KLIK KLIK
Suichi langsung menekan opsi lagi, dan Kurozaki pun menyemburkan api hitamnya yang tak kalah panas dari Seta!
DUAR!
Lagi-lagi, ledakan terjadi.
*di gedung AWS*
“Gawat! Gedung AWS akan hancur!” ujar Arie panik.
“Kita harus segera keluar dari gedung ini sekarang!” sahut Mizu.
Fuji dan para penyihir lainnya menggunakan sihir mereka untuk membawa setengah dari beberapa warga AWS keluar dari ruang evakuasi menuju ke halaman belakang.
Sekarang, AWS benar-benar sudah hancur. Semua bangunan, rata dengan tanah.
Begitu semua warga keluar dari AWS, mereka melihat Seta, Suichi, Seiji, beserta kedua monsternya, tengah bertarung melawan Ochi. Tepat di hadapan mereka.
“P-Pak Seta?” gumam Satsuki tak percaya. Melihat apa yang tengah dilakukan oleh kepala sekolah AWS itu, wajar saja, jika yang bukan penyihir pada awalnya, merasa heran.
“Siapa laki-laki itu?” tanya Tobi.
“Itu Suichi. Dia Kakaknya Seta..” jelas Arie yang otomatis membuat semuanya takjub, kecuali agen Himitsu tentunya. Mengapa takjub? Karena Suichi jauh lebih tampan dan bertalenta dibanding Seta yang menurut mereka sudah lebih dari luar biasa sekalipun. Seta saja luar biasa, bagaimana Kakaknya?
Sedikit mengingatkan, Seta dan Seiji beserta Purento tak mengubah sedikit pun posisi mereka, meskipun telah jatuh dari atap AWS yang sudah hancur.
KLIK KLIK KLIK KLIK
Suichi kembali menekan opsi, dan Kurozaki pun mengeluarkan angin topan dari mulutnya!
“Agh!” Ochi nampak agak kewalahan, jadi dia hanya membuat tameng untuk sementara.
“Teman-teman, hati-hati!” Ai langsung berinisiatif membusungkan dadanya yang berukuran cukup besar itu ke depan, dan membuat perisai!
DUAK!
“Kyaa~”
BRUK
Ai tersungkur karena perisainya tak cukup kuat menahan kekuatan Suichi!
“Agh, dasar payah…” pikir Mizu sambil sweatdrop. Ia pun langsung maju ke barisan paling depan, kemudian membuat perisai yang tebal dan besar dengan kekuatan saljunya. “Ini baru perisai! Heheh!”
“Mizu memang yang terbaik!” Fuji mengacungkan jempol untuk kekasihnya itu.
“Mou, curang! Kalau begitu aku akan membesarkan lagi dadaku, agar perisaiku juga jauh lebih besar!” umpat Ai kesal.
Pernyataan Ai itu sukses membuat semua wanita sweatdrop. Sedangkan laki-laki membuat wajah blushingnya masing-masing. Termasuk Hiruma, Fuji, Shujin, dan Arie!
DUAR!
Suichi langsung tersungkur, karena tenaganya saat mengeluarkan angin topan itu agak terkuras cukup lama.
“S-sial…” umpat Suichi sebal.
“Hahaha! Sepertinya, sehebat apapun kau, tetap saja kekuatanmu itu ada batasnya.” Ochi mendekati Suichi sambil memerintahkan naganya untuk membuat bola listrik.
Suichi berusaha bangun, namun hasilnya nihil. Tubuhnya kaku untuk sejenak.
“Ada kata-kata terakhir, Multidigi Wizard?”
Suichi hanya diam, sambil mendelik tajam ke arah Ochi.
“Oh, baiklah. Kurasa tak ada! Mati kau!!”
“GROAA!” naga itu melemparkan bola listriknya ke arah Suichi… dan…
DUAAR!
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan