K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

The Protector Warrior

Jumat, 02 Maret 2012

moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~*A Random Anime Fanfiction*~
~*The Protector Warrior by Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.

*esok harinya….*
~ruang kesehatan~ pkl. 07.00~
“Nggh…” mata seorang wanita berkacamata membuka perlahan. Ia mencoba mengenali keberadaannya sekarang.
“Ini.. di ruang kesehatan?” pikir wanita itu. “Kenapa aku ada disini?”
Wanita itu melirik ke arah satu tempat tidur yang ada di sebelahnya. “Seiji? Kenapa dia terbaring tak sadarkan diri begitu?” gumam wanita itu.
….
“Akhirnya kau bangun juga..” seseorang dengan jas laboratorium dan memakai kacamata berjalan menghampiri wanita itu, yakni Mizu.
“Eh? Err, kenapa aku ada disini? Dan Seiji… kenapa dia?” Mizu langsung memberikan pertanyaan pada orang itu.
“Hahaha, kau pasti tak mengenaliku…”
“A-apa? K-kau siapa?”
“Aku Riku… aku kan yang membantumu kalau kelasmu praktek di lab ku.. memangnya aku tak bisa dikenali ya dengan kacamata ini?”
Riku melepaskan kacamatanya.
Dan ketika kacamatanya terlepas, barulah ia menyadari kalau itu Riku, yang sering membantunya di lab ketika praktek IPA.
“Oh, ya ampun Riku! Aku tak sadar kalau itu kau! Kau terlihat berbeda dengan kacamata itu! Hahaha…” Mizu tertawa lepas sambil mencoba bangun dari tidurnya perlahan.
“Yah, gara-gara aku terlalu sering di lab, mataku jadi minus, makanya aku pakai kacamata.. hahaha…”
“Makanya, jadi murid jangan terlalu serius kalau sudah berhadapan dengan IPA! Hahahaha! Oh iya, yang membuatku bingung, kenapa kau bisa di ruang kesehatan? Alih profesi dari profesor menjadi dokter? Hahaha…”
“Ahahaha, tidak juga… di lab kebetulan sedang kosong, tak ada kelas yang praktek hari ini, dan aku diberi tahu, suster dan dokter yang biasa bekerja di ruang kesehatan sedang ada pertemuan keluar, makanya aku diminta menggantikan mereka untuk mengurus kau dan si anak kepsek ini.. kebetulan kan aku tahu banyak tentang penyakit, jadi aku rasa aku cocok untuk jadi pengganti sementara mereka….”
“Oh, begitu.. wah, kau ini siswa serba guna ya… hahaha…”
“Ah, kau ini, memangnya aku barang ya? Huh…”
“Hehe… oh iya, ngomong-ngomong, kau tidak ke kelas? Kurasa sekarang sudah waktunya belajar….”
“Aku diijinkan untuk tidak mengikuti pelajaran oleh guru… demi menjaga kalian.. hehehe…”
“Begitu…” Mizu melirik ke arah Seiji. “Bagaimana dengan Seiji?”
Ekspresi Riku berubah jadi muram. Dia pun  mulai menjelaskan kondisi Seiji pada Mizu.
“Seiji sedang dalam tahap kritis… lukanya cukup parah, dan ada organ tubuhnya yang jadi kaku akibat kena sengat listrik… listrik macam apa yang bisa membuatnya terluka separah ini? Apakah dia memanjat pagar bertegangan tinggi?”
“Tidak.. bukan itu…” Mizu menundukkan wajahnya. Teringat kejadian kemarin saat mereka melawan vampire-vampire. “Ini pasti gara-gara Ochi…” gumam Mizu.
“Ochi? Siapa itu Ochi?”
“Eh? Aah, tidak! Bukan siapa-siapa! Hahaha…”
“Hmm, aneh… ya sudahlah, yang jelas, mungkin untuk beberapa hari ke depan, Seiji akan tetap terbaring seperti ini…”
“Kasihan Seiji…”
~ruang kesehatan~pkl 12.30~
TAP TAP TAP TAP TAP
BRAK!
Puti berlari secepat mungkin ke dalam ruang kesehatan dan langsung menghampiri Seiji yang tengah terbaring lemah tak sadarkan diri sambil terisak.
“SEIJI!! Seiji, bangun Seiji!! Seiji kumohon bangunlah!! Seijiii!” Puti terus menangis di atas dada Seiji—Seiji sedang dalam kondisi bertelanjang dada dengan penuh balutan perban—.
Hana, Inglid, dan Fuji segera masuk ke dalam ruang kesehatan juga. Namun mereka bertiga menghampiri Mizu.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Fuji pada Mizu.
“Aku sudah lebih baik… tapi Seiji…”
“Ini memang salahku…” Inglid kembali menyalahkan dirinya.
“Kau tak boleh menyalahkan dirimu sendiri!” Hana tetap menyemangati.
Puti beranjak bangkit, dan menghadap Fuji, Hana, dan Inglid.
“Aku yakin.. diantara kalian pasti ada yang tahu penyebab Seiji jadi seperti ini… katakan… SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS KONDISI SEIJI SEKARANG?!” Puti langsung membentak dan berteriak sekencang mungkin.
Inglid memberanikan diri untuk menatap Puti. “Aku yang bertanggung jawab.. Seiji jadi seperti ini karena aku…”
“Jadi kau…” Puti tersenyum sinis.
“Iya, aku.. aku minta maaf… aku memang salah…”
PLAK!
Tamparan keras mendarat di pipi Inglid dari Puti!
“Wanita kurang ajar…” Puti menahan tangisnya. “Kalau kau memang butuh seorang pelindung, cari laki-laki lain untuk bisa disampingmu!! Jangan libatkan Seiji!! Dia milikku, dan tak boleh ada seorang pun yang menyakitinya!!”
Inglid hanya mengelus pipinya yang telah ditampar. Ia menangis.
Suasana benar-benar tak baik saat itu… hingga…
“Ada apa ini?”
Seta datang…
“Pak Seta…” Puti menyapa dengan berat.
“Kenapa ini? Apa yang terjadi?” tanya Seta.
“Aku…. A-aku…”  Puti nampak tak sanggup menjelaskan.
“Sebaiknya kau keluar dulu saja Puti… kita tak boleh ribut disini…”
“Tapi Pak—“
“Keluarlah…”
Puti pun dengan berat hati dan berlinang air mata keluar ruangan.
...
Seta duduk di tepi ranjang Seiji dan menggenggam tangan Seiji dengan lembut. Ia pun tersenyum dengan penuh kasih sayang.
“Seiji…” gumam Hana miris.
“Maafkan aku, Seta-sama…” Inglid membungkukkan badannya 90 derajat.
“Tak perlu minta maaf…” Seta tersenyum ramah. “Di dalam pertempuran, hal seperti ini sudah biasa..”
“Memang sih, tapi…”
“Sudahlah Inglid…” Fuji menepuk bahu Inglid. “Kalau kau terus begini, tak ada gunanya.. lagipula kan sudah terjadi… jadi, lebih baik kau dari sekarang mulai berlatih dan coba jadi lebih mandiri… okay?”
“Fuji…” Inglid mulai tersenyum. “Iya, terima kasih..”
“Satu hal yang jadi masalah sekarang..” Seta mulai berbicara. “Siapa anggota selanjutnya?”
“Anggota apa?” tanya Hana.
“Anggota agen penyihir rahasia… kita harus segera memberikan cincin berikutnya pada anggota terbaru…”
“Tapi yang memilih anggota barunya kan Seiji, dan hanya Seiji yang tahu… sedangkan kita harus secepat mungkin mendapatkannya… wah, bagaimana ini?!”
“Nah, justru itulah yang kubingungkan…. Aku tak yakin harus memilih siapa, karena Seiji tak pernah memberitahuku siapa saja orang yang ia rekrut secara pribadi…”
“Kuharap Nowheresville tak akan menyerang malam ini.. jadi kita punya waktu untuk mencari orang itu…”
“Hmm, Hana!”
“Iya?”
“Aku ingin, kau pegang cincin ini…”
Seta memberikan satu cincin perak yang masih polos. Hana menerimanya dengan bingung.
“Umm, Seta-sama, kenapa jadi aku yang memegang cincinnya?”
“Kau sudah tahu lebih banyak tentang cara merekrut anggota dan bagaimana cara menjelaskan kerja alat ini.. jadi kurasa, kau lah yang pantas…”
“Hmm, baiklah…”
“Sisanya akan kusimpan sendiri… kau pegang satu saja dulu, dan cari anggota yang tepat…”
“Baik!”
“Fuji, Inglid!”
“Iya, Seta-sama?” sahut kedua orang yang dipanggil.
“Aku ingin kalian juga ikut membantu Hana.. mengerti?”
“Baik!” Fuji dan Inglid mengangguk dengan mantap.
“Bagaimana denganku?” Mizu akhirnya berbicara.
“Kau tetap istirahat.. kau juga kan belum pulih benar!” Seta swatdrop.
“Yaaah…” Mizu manyun dengan sukses.
Semua tertawa kecil saat itu melihat eskpresi Mizu.
*sementara itu….*
~kerajaan Nowheresville~
Kaori dan Yogi tengah berbincang di ruang kerajaan.
“Ah, rasanya aku sudah rindu meminum darah segar… aku bosan darah buatan terus!” sahut Kaori sambil melempar gelasnya yang berisi darah dari para tahanan ke sembarang tempat.
‘Bersabarlah, ratuku…” Yogi tetap meminum darah dengan damai. “Kita kan sebentar lagi akan menguasai AWS yang penuh dengan darah segar itu… jadi santai saja…”
“Bagaimana mungkin aku bisa santai?! Wajahku semakin keriput gara-gara kurang darah segar!! Darah para tahanan itu benar-benar basi!”
“Masih untung dapat darah… daripada tidak sama sekali?”
“Tapi mendapat darah segar kan lebih baik! Huh..”
“Kalau kau tak mau meminum darah dari para tahanan, cepat atau lambat kau tidak hanya akan keriput, tapi juga akan mati…”
“Kau ini suamiku atau bukan sih?! Malah mendoakan istrinya mati!!”
“Aku tak mendoakan, aku bicara fakta disini, sayang…”
“Ah! Tak perlu kata-kata sayang! Aku perlu darah! Bukan kalimat sayang-sayangan!”
“Kalau begitu, bagaimana jika kau minum darah hewan yang baru lahir saja? Kan lebih segar…”
“Bodoh! Aku mana mungkin meminum darah hewan?! Tidak steril!!”
“Ah, banyak maunya sekali kau…”
TAP TAP TAP TAP TAP
BRAK!
Ochi nampak berlari ke ruang raja dan ratu.
“Ayah!! Ibu!! Aku sudah lelah menghadapi pangeranku!! Tapi aku juga ingin dia cepat mati!! Bantu aku ibuuu! Ibu kan kuaat!” Ochi langsung mengadu.
Kaori nampak kesal. “Kau kan sudah dibantu Anchi!!”
“Dia tak berguna ibu!! Lengannya saja putus akibat tebasan pedang penyihir-penyihir aneh di AWS!!”
“Penyihir?”
“Iya, AWS sekarang jadi memiliki lebih banyak penyihir lagi! Bukan hanya pangeranku dan si gadis brengsek Hana itu!!”
“Hmm, kalau sudah begini, aku juga kan yang harus turun tangan!! Hah…”
“Tidak perlu…” Yogi bangkit dari kursinya. “Kenapa tak suruh patihku saja?”
“Memangnya dia bersedia, ayah?” tanya Ochi.
“Yah, kita tak tahu kalau belum memanggilnya… Dira!!!”
Seorang vampire dengan tinggi semampai, dan membawa clurit di punggungnya serta rambut hitam panjangnya yang terurai panjang datang dengan membawa aura membunuh yang kuat.
“Dira…”
“Iya, raja?”
“Bantu anakku untuk menghancurkan AWS…. Aku dan ratu tak akan turun tangan sebelum kami melihat perkembangan seluruh anggota kerajaan…”
“Baik raja…”
“Bagaimana Anchi?”
“Dia sedang dalam operasi penyambungan tangan…”
“Kalau begitu, aku serahkan saja semuanya padamu… pergilah…”
“Mengerti…”
ZLEB
Dira tiba-tiba menghilang.
“Terkadang aku tak sadar betapa mengerikannya orang itu…” gumam Ochi.
~sore harinya~atap sekolah~
Hana, Fuji dan Inglid tengah mendiskusikan anggota baru para agen penyihir rahasia.
“Jadi, siapa yang akan kita pilih?” Hana memulai percakapan.
“Hmm, bagaimana kalau Riku? Mizu sempat menyarankannya padaku…” ujar Fuji.
“Aku tak yakin.. dia kurang tegas dalam mengambil keputusan pengucapan ring blow up sepertinya…” pikir Hana serius. “Ditambah lagi, seorang kutu buku seperti dia kurang begitu mengerti akan pertarungan…”
“Hmm, bagaimana kalau si ketos yang killer itu?” celetuk Inglid.
“Maksudmu, Kagami?” sahut Hana. “Menurutku, dia tidak killer kok… bahkan dia sempat membantuku saat Shujin mau menagih pajak.. hehehe…”
“Hmm, berarti yang pas memang Kagami!!” Fuji menjetikkan jarinya.
“Hanya saja….” Hana kembali berkomentar. “Dia orangnya kelewat cuek, dan kurang merespon dan pasti tak akan mau percaya dengan kegiatan yang kita jalani seperti memberantas vampire…”
“Ah, kalau begitu siapa yang cocok? Rasanya sulit sekali…” Fuji mengacak-ngacak rambutnya.
“Hmm, sudah mau malam, sebaiknya kita ke kamar… atau kita akan dihukum ketos killer itu jika kita masih berkeliaran disini…” Inglid mengingatkan.
“Iya, kau benar… let’s call it a day…” ujar Fuji.
Maka mereka pun beranjak ke asrama.
*sementara itu…*
Seseorang yang menguping pembicaraan Hana, Fuji, dan Inglid, tengah menyeringai seram.
“Cincin nya sepertinya bagus… aku harus mendapatkannya…”
~malam harinya~kamar Hana~
“Hoaaamm… syukurlah hari ini tak ada vampire yang menyerang… jadi aku bisa tidur dengan nyenyak…” ujar Hana sambil beranjak tidur di tempat tidurnya.
“Cincinnya kusimpan saja ah..” Hana menyimpan cincinnya di meja belajar dan mulai memejamkan matanya, menuju ke alam mimpi.
*beberapa saat kemudian…*
CKLEEEEEK~
Seseorang memasuki kamar hana dengan diam-diam, dan setapak demi setapak, ia berhasil mengambil cincin agen rahasia itu!!
Pencuri!!!
“Ngggh..” Hana membuka matanya perlahan, dan beranjak bangun.
Pencuri itu langsung pergi dan beranjak keluar kamar Hana.
JLEB
Hana menyalakan lampu kamarnya.
“Aneh… rasanya tadi ada orang disini..”
Hana melirik ke arah meja belajarnya.
“Cincinnya?!”
Hana langsung mengobrak-ngabrik meja belajarnya, namun cincinnya tetap tidak ia temukan.
“Cincinnya… DICURI?!?!”
*lalu….*
“APA?! DICURI?!?” suara Fuji dan Inglid kompak menggema di depan asrama.
“I-iya.. maaf, aku jorok menyimpannya, dan pintu kamar juga lupa kukunci, maka dari itu, pencurinya mudah masuk…”
“Tapi..” Fuji mulai berkomentar. “Pencurinya pasti bukan semata-mata pencuri… jika ia berniat mencuri, pasti dia ingin mencuri semua barang di kamar Hana, bukan hanya cincin saja…”
“Berarti, pencurinya itu adalah orang yang tahu tentang identitas kita sebagai agen penyihir rahasia? Oh gawat!!” Inglid nampak cemas.
“Kita harus temukan pencurinya segera!” Hana mulai memberi komando. “Kita berpencar!!”
“Baik!” sahut Inglid dan Fuji bersamaan.
Maka, ketiga penyihir itu mulai mencari sang pencuri ke seluruh penjuru AWS.
*kemudian…*
~Hana’s Side~
Hana terus berlari mencari sang pencuri di seluruh penjuru AWS. Hingga akhirnya, ia menemukan seseorang yang sangat misterius di atap sekolah.
“Siapa dia…” gumam Hana lalu mendekati orang tersebut perlahan.
“Hehehehe, jika kupakai cincin ini, pasti aku akan jadi penyihir yang kuat seperti yang anak-anak tengil itu bilang!”
“Jadi kau pencurinya?!”
Orang itu menoleh ke arah Hana, dan betapa kagetnya Hana ketika ia tahu bahwa yang mencuri cincinnya adalah….
“Shujin-senpai?!”
“K-kau?!”
“Kenapa kau mengambi cincin itu?! Kembalikan! Kau tak boleh memakainya sembarangan!”
“Kenapa eh? Ada pantangannya? Harus semedi? Atau apa? Hah? Hehehe…”
“Aku tak bercanda, senpai! Cepat kembalikan! Kumohon!”
TAP TAP TAP TAP TAP
Fuji dan Inglid pun datang ke atap sekolah.
“Shujin-senpai?!” sahut Fuji dan Inglid bersamaan.
“Tch, banyak teri disini! Aku akan mengalahkan kalian! Karena aku juga memiliki cincin yang sama!”
Shujin hendak memakaikan cincinnya!
“Senpai, jangan!!” Hana hendak berlari mengambil cincin tersebut, namun tiba-tiba…
“Hahahahaha!!”
Sebuah suara tawa membahana di atas atap terdengar.
Otomatis, karena suara itu, Shujin menghentikan aksinya yang hendak memakaikan cincin itu di jarinya.
“Siapa disana?!” teriak Fuji lantang.
SRET!
Seorang vampire yang membawa clurit pun datang.
BRUK
Shujin pun jatuh terduduk melihat vampire yang begitu tinggi semampai itu berdiri dengan seram dihadapannya.
“S-s-s-s-siapa kau?!” tanya Shujin sambil menggenggam cincinnya erat.
“Aku? Hohohoho, kau tak tahu siapa aku?! Aku Dira! Patih kerajaan Nowheresville!”
“Musuh baru lagi…” gumam Inglid.
“Tak ada waktu, cepat!” Hana memberi komando lagi.
Inglid dan Fuji mengangguk mantap.
Ketiga penyihir tersebut mengacungkan cincin mereka, dan meneriakkan, “Ring! Blow up!!”
Mereka bertiga pun berubah dengan cahaya kekuatan masing-masing yang menyelimuti mereka.
“Oh, jadi ini penyihir yang telah mengalahkan nona Ochi dan Anchi ya? Ckckck, ternyata hanya penyihir cilik… tch… mereka mempermainkanku…” cibir Dira.
“Jangan remehkan kami!” sahut Inglid bersiap dengan tongkatnya.
Shujin langsung mundur dan diam dibelakang tiga penyihir ini.
“Senpai… berikan cincinnya..” gumam Hana sempat-sempatnya.
“Tak akan!” sahut Shujin. Ia tetap memegang cincinnya erat-erat.
“Jangan bodoh, senpai! Cepat berikan padaku!”
“Tak akan! Aku juga akan tunjukan pada kalian bahwa aku tak lemah!!”
“Tapi bukan seperti ini caranya, senpai! Kau kan sudah kuat, kau tak perlu cincin itu!”
“Tidak! Dengan cincin ini, aku yang kuat bisa lebih kuat lagi! Hahahaha!!”
“Senpai—“
“Baiklah, mari kita mulai test nya..” Dira mulai mengambil cluritnya.
Fuji bersiap dengan pedangnya. Begitu juga Inglid dan Hana, bersiap dengan tongkatnya.
“Dia sengaja menghambat kita…” gumam Fuji. “Jangan sampai kalah!”
Inglid dan Hana mengangguk.
Baku hantam dimulai!!
SRET
Dira menghilang!
Ketiga penyihir itu mulai mencari keberadaan Dira.
“Kemana dia…” gumam Fuji.
“Fuji!! Dibelakangmu!!” teria Hana.
Fuji menoleh ke belakang, dan ada Dira disana, tepat akan menebaskan cluritnya pada Fuji!
TRENG!
Fuji menangkis dan menahan cluritnya dengan pedang miliknya.
Mereka berdua saling mendorong senjata satu sama lain yang tengah berdempetan.
“Keh, aku tak akan mudah kalah oleh vampire sepertimu…” ucap Fuji sambil mendorong senjatanya kuat-kuat.
“Aku juga tak mungkin kalah darimu…” Dira juga melakukan hal yang sama.
“Henge!” Inglid melempar tongkatnya ke atas, dan…
BOFT
Tongkatnya berubah menjadi sebuah pedang kecil yang panjang. “Aku akan membantu Fuji!”
Inglid berlari menghampiri Dira, dan—
SRET!
—Inglid yang mencoba menebaskan pedangnya pada Dira, gagal.
Dira sempat menghindar.
Pertarungan tiga pedang pun terus berlanjut dengan kecepetan yang seiring waktu berjalan, terus meningkat.
Selagi vampire itu diurus oleh Inglid dan Fuji, Hana terus mencoba membujuk Shujin, namun dengan sesekali menembakkan laser birunya pada Dira meski selalu meleset.
“Aneh… vampire ini tidak membawa pasukan.. ia datang sendirian… berani sekali… apa yang ia rencanakan?” gumam Hana.
“Vampire itu sok jago sekali..” pikir Shujin.
“Kau tak boleh bicara begitu! Cepat berikan cincinnya!”
“Sudah kubilang aku tak akan memberikan cincin ini pada siapapun! Dengan ini, aku akhirnya bisa membuktikan pada semua orang, bahwa aku bisa melindungi mereka seperti seorang ksatria!”
“Eh?”
“Selama ini orang-orang selalu menganggapku sebagai penjahat… aku juga selalu menagih pajak pada mereka, karena aku juga ingin melindungi perekonomian keluargaku yang berada jauh disana.. mungkin dengan menagih pajak, aku bisa membantu meringankan…”
“Tapi bukan begitu caranya, senpai… kau bisa langsung bekerja setelah lulus dari SMA…  iya kan?”
“Terlalu lama… aku tak mau menunggu.. bosan…”
“Tapi kalau seperti itu, sama saja egois namanya!”
“Diam! Kau tak tahu apa-apa tentang diriku!!”
SRET SRET SRET!!
“Aggh!!”
BRUK!
Fuji dan Inglid terkena tebasan clurit Dira!! (jika kalian bingung, bayangkan Dira adalah Hidan—Naruto Shippuden—dengan rambut panjang dan berwarna hitam dan berjenis kelamin perempuan (?))
“Inglid! Fuji!!” Hana segera menghampiri Fuji dan Inglid.
“Kalian tak apa?!” Hana nampak cemas.
“Ha-Hana… hati-hatilah.. di-dia… terlalu.. kuat…” Inglid nampak merintih kesakitan. Terlihat luka akibat torehan pedang itu di bagian vitalnya.
“Inglid…” Hana bergelinang air mata.
“Ha-Hana… cepat pergi… kau.. tak akan sanggup.. melawannya…” gumam Fuji yang kemudian jatuh pingsan karena kekurangan darah. Terlihat darah mengalir deras dari pergelangan tangannya dan juga dadanya.
“Teman-teman…” Hana tak kuat menahan tangisnya, jadi ia hanya terisak.
Ia menatap Dira yang masih bersih tanpa luka dengan tatapan membunuh.
“Kau…” Hana menodongkan tongkatnya pada Dira. ‘Beraninya kau membuat teman-temanku terluka!!”
PSYUU!
DUAR!
Hana menembakkan laser birunya dengan brutal ke arah Dira, namun Dira berhasil menghindar berkali-kali.
“Kau ini menembak atau apa? Amatir sekali…” cibir Dira.
“DIAM KAU!!! Kau berani membuat teman-temanku begini!! Maka aku pun… tak akan segan-segan membuatmu lebih parah dari mereka!!”
PSYUU
BLEDAR!!
BRUK!
Dira sempat terkena sekali serangan Hana, dan terjatuh!
Begitu pula Hana, ia mulai kelelahan.
“Kurang ajar kau….” Dira kembali bangkit. Dan ia mulai mendekat ke arah Hana yang sudah terduduk lemas akibat mengeluarkan kekuatan terlalu banyak yang sia-sia.
“Heheh, ada kata-kata terakhir?” Dira sudah mengangkat cluritnya tinggi-tinggi.
‘Sial…’ batin Hana sambil terus mencoba berdiri.
‘Aku seorang pelindung, bukan?’ batin Shujin dalam hati. ‘Jika aku seorang pelindung.. maka… tugasku adalah melindungi… mereka yang dalam masalah kan?’
Shujinmemasangkan cincin itu di jarinya.
‘Iya… inilah tugasku.. sebagai seorang pelindung!!’
….
“MATI KAAAUUUU!!!!!!”
SREEEEET
Clurit mulai diayunkan!
Hana hanya bisa memejamkan matanya, dan pasrah akan ajal yang sudah datang menjemputnya. Namun…
“Ring!! Blow up!!”
BLEDAR!
“GAAH!” Dira terpental kebelakang akibat cahaya yang tiba-tiba muncul di depannya!
Ketika Hana membuka matanya, ia melihat Shujin tepat didepannya!
“Se-senpai…”
Nampak tak ada yang berubah dari Shujin. Tetap memakai sweater dan celana jeans. Namun, ia membawa tongkat sihir besar berwarna abu-abu dan tameng yang juga berwarna abu-abu layaknya yang selalu dibawa para ksatria.
“Senpai.. kau..”
“Maaf.. cincinnya sudah kupakai…”
Hana berdiri perlahan. “Tak apa.. itu artinya, kau adalah anggota kami…” Hana tersenyum senang.
“A-anggota?”
“Kau adalah, bagian dari kami, para agen penyihir rahasia, senpai…”
“Heh, ini baru keren!”
Hana mengambil tongkatnya, dan berdiri tepat di sebelah Shujin.
“Sebaiknya, kita segera habisi dia!” ujar Hana yang mencoba bertarung kembali.
“Iya, kau benar..” Shujin menanggapi.
Dira pun perlahan mulai bangkit. “Hah! Kau tak mungkin bisa mengalahkanku, meskipun kau berubah sekalipun!!”
Dira kembali menghampiri Hana, dan mengayunkan cluritnya ke arah Hana, namun—
DZING!
—tebasan itu ditahan oleh tameng Shujin!
“Terima kasih, senpai..” ujar Hana.
“Tak masalah… hati-hatilah…” Shujin menyeringai kecil.
Dira pun menghilang kembali, dan ia tiba-tiba berada tepat diatas Shujin dan Hana!
“Senpai, diatas!!”
Mereka menoleh ke atas, dan spontan menodongkan kedua lasernya dari tongkat masing-masing!
Laser biru dari tongkat Hana, dan laser abu-abu dari tongkat Shujin berpadu menjadi satu, dan menuju Dira dengan kecepatan yang tak kalah tinggi!
“Aku tak akan kalah!!” Dira mencoba melemparkan clurit tahan bantingnya itu ke arah laser, namun malah hancur meleleh!
“Sial!!! Aarrrrghhh!!!!!”
PSSSHHH~
Lagi-lagi, vampire kali ini pun berhasil lolos.
“Sial… lolos…” gumam Hana.
“Tak apa, yang penting kau selamat..”
“Eh? I-iya, terima kasih… tak kusangka, bahwa anggota berikutnya adalah kau, senpai…”
“Yah, aku pun tak mengira akan begini.. hahaha…”
“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan mereka?”
Hana melihat miris pada Inglid dan Fuji yang tengah terkulai lemas tak sadarkan diri.
“Kita bawa mereka ke ruang kesehatan juga…” saran Shujin.
“Iya… senpai, kau bawa Fuji ya? Aku bawa Inglid… hehehe…”
“Ah, membawa keduanya dengan tanganku sendiri pun tak masalah.. hahaha…”
“Wow, senpai kuat! Hahaha!”
“Ya sudah ayo cepat…”
“Hu’um!”
Maka Hana dan Shujinmembawa Inglid dan Fuji ke ruang kesehatan untuk mendapatkan perawatan medis.
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan

0 komentar:

Posting Komentar