K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

The Path and Faith You Choose!

Kamis, 10 Mei 2012

http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash3/548941_400468606648817_100000570428833_1462893_806935798_n.jpg 
moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*The Path and Faith You Choose! By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
~Mizu and Fuji’s Side~
“Ngh…” Fuji mencoba bangun dari pelukan Mizu yang sedari tadi terus mencoba menyembuhkan luka-luka yang ada padanya.
“Hati-hati, Fuji…” Mizu membantu Fuji untuk bangun.
“Terima kasih…”
“Tak masalah..”
“Kita sudah terlalu lama membuang waktu di sini. Sebaiknya, kita pergi. Kita bantu yang lain!”
“Baiklah!” Mizu beranjak berdiri. “Tapi.. apa kau.. tidak apa-apa?”
Fuji pun ikut berdiri, dan menyentil kening Mizu pelan, “Kau meragukan aku, eh?”
“T-tidak!”
“Hahaha, ya sudah, ayo cepat!”
“Hu’um!”
Maka Mizu dan Fuji berlari meninggalkan lokasi pertempuran mereka, dan segera menyusul ke tempat Inglid juga Shujin.
~Inglid and Shujin’s Side~
Dira mengeluarkan seringai dan clurit raksasanya. Berharap pertempuran yang lebih ganas muncul kali ini. Mengingat terakhir kali dia bertemu Shujin dan Inglid di AWS, mereka nampak sangat lemah.
‘Semoga pertarungan kali ini lebih menarik…’ batin Dira.
Shujin dan Inglid juga nampak siaga.
“Aku berharap lebih dari kalian hari ini…” sahut Dira.
“Berharap…. Lebih?” gumam Inglid. “Apa maksudnya?”
“Pasti dia menginginkan sesuatu dari kita!” pikir Shujin.
“Dari pada banyak berbasa-basi lagi, kita langsung saja mulai sesi kematian kalian..” ujar Dira yang kemudian mengambil sebuah seruling.
Seruling? Apa ini jurus yang sama dengan Anchi?
Jika anda bertanya seperti itu, maka jawabannya adalah, YA!
Dira meniupkan melodi-melodi yang mungkin bisa sukses membuat bulu kuduk kita berdiri. Inglid dan Shujin nampak semakin waspada.
“Ini.. gawat..” gumam pria dengan tubuh tinggi kekar itu.
SREK SREK SREK
Puluhan vampire muncul dari bawah tanah!
“Kyaa! Zombie!” teriak Inglid panik.
“Mereka vampire!” sahut Dira sambil sempat-sempatnya sweatdrop.
“Apapun itu, lebih baik kita segera habisi mereka!” Shujin langsung berlari dan mengeluarkan laser dari tongkatnya. Lekas dia menghabisi vampire itu. “Inglid, daripada kau hanya terus berpanik ria, lebih baik kau membantuku!”
Inglid yang serasa tersadar dari kepanikannya, langsung merespon, “Hah? O-oh, iya! Baiklah!” Inglid pun langsung menghampiri Shujin dan membantunya.
Kedua penyihir itu mulai menghabisi vampire itu satu per satu.
Sama seperti Fuji dan Mizu, Inglid dan Shujin juga mengalami kesulitan dalam mengalahkan vampire-vampire itu. Anchi mungkin memberikan keringanan, tapi bagaimana dengan Dira? Dia jauh berbeda sifat dengan Anchi. Dia sangat dingin, dan merupakan orang yang ‘tega’.
Akankah Shujin dan Inglid berhasil?
Shujin mengeluarkan laser andalannya, begitu juga Inglid. Dengan kekuatan vampire yang satu level di atas mereka, tentu akan cukup sulit bagi mereka agar bisa mengalahkannya.
“Hahaha! Kalian lemah! Kupikir akan ada perkembangan, nyatanya tidak!” Dira menghilang—sebenarnya bergerak dengan sangat cepat, hingga pergerakkannya tak terlihat oleh kasat mata—lalu seketika dia muncul di belakang Inglid!
Inglid sontak kaget, “A-apa?!”
“Rasakan ini!! Sayatana gatta!” Dira memukul bagian pinggang Inglid, namun dengan mantra yang tadi ia ucapkan, serangan fisiknya pun terasa jauh lebih kuat! Padahal jika dipikir dengan logika, belum tentu ada gadis yang mampu menepis badan seseorang hingga terpental jauh, hanya dengan satu tangan kosong! (Jika kalian bingung seperti apa tepisan Dira, silahkan lihat Eyeshield 21 saat pertandingan Shinryuuji melawan Deimon. Di sana, terlihat moment saat Agon melakukan tackle terhadap Sena. Nah, tackle Agon itu yang dipakai oleh Dira. Namun Dira memperkuatnya lagi dengan mantra.)
SREEEK BRUK!
Inglid terpental cukup jauh, dan akhirnya membentur sebuah pohon besar. Bahkan pohon tersebut sempat bergetar akibat benturan itu. “Itte!” ucap gadis berambut kuning keemasan itu. “Hebat… hanya tepisan fisik biasa, tapi bisa melemparkanku hingga sejauh ini!”
Shujin nampak geram. “Kekuatannya bisa saja lebih dari pada kekuatan fisikku yang biasa.”
Dira tersenyum sinis. “Bagaimana? Kalian terkejut? Hahaha! Kalian tidak ada apa-apanya kalau hanya terus begini! Mati kalian!”
WHUUUSH
Dira lagi-lagi bergerak dengan kecepatan kilat!
SREK
“Sayonara….” Dira sudah tepat di belakang Shujin, dan dia siap menepis punggung Shujin lebih jauh dari pada Inglid!
Dira pun mengangkat tangannya, dan mengayunkan lengannya, lalu—
GREP!
“Hah?”
“Hah?!”
Dira yang pertama merespon, disusul dengan Inglid.
Ayunan tangan Dira yang begitu kuat itu tertahan oleh kekuatan cengkraman milik Shujin!
“A-apa?!” Dira nampak tak bergeming, sedangkan Inglid mulai kembali bangkit untuk mengalahkan vampire sementara Shujin mengurusi Dira.
Shujin terus mencoba menahan tangan Dira, “Kalau dalam hal kekuatan, aku tak akan kalah!!” Shujin pun melempar Dira sejauh mungkin! “Hiyaaaah!!”
WHUSSSH SREK
BRUK!
Dira terpental cukup jauh, hingga dirinya membentur sebuah pohon besar juga seperti Inglid.
“Dia…. Dia kenapa?” Dira nampak geram dan kesakitan, namun terus berusaha bangkit. “Bukankah… bukankah tadi dia sangat lemah?”
BUAK!
“Ugh!” Inglid terkena serangan salah satu vampire!
Shujin hanya menyeringai, dan memegang tongkatnya kuat-kuat. “Sudah kubilang bukan?” Shujin mengarahkan tongkatnya pada vampire-vampire itu, “kalau dalam kekuatan, aku tak akan kalah!!”
PSYUUU~
BLEDAR!!
Kekuatan yang sangat dahsyat keluar dari tongkat Shujin. Sinar lasernya nampak begitu terang, dan total menghabisi semua pasukan vampire yang ada!
Inglid dan Dira lagi-lagi hanya bisa mengucapkan, “Hah?!”
“Hah… hah… hah…” Shujin nampak agak terengah-engah.
Inglid langsung berinisiatif mentransferkan sedikit energi pada Shujin. Ya, setidaknya ini salah satu teknik Inglid yang tidak dimiliki siapapun.
“Kau tak apa, Senpai?” tanya Inglid sambil terus mentransferkan energinya.
“Hn…” hanya itu jawaban Shujin.
Terlihat dari jauh, Dira nampak menggenggam cluritnya dengan erat. “Kupastikan kau mati kali ini.. monster sialan…”
Shujin menoleh, dan berdiri kembali. Inglid juga mengikuti.
“Monster?” pikir Shujin. “cukup bagus, tapi sayangnya aku kurang begitu suka dengan julukan itu.. bisa diganti yang lain? Yang terkesan lebih jahat! Hahaha!”
“A-ano.. Senpai, sepertinya, jika kau berkata begitu, dia bisa—“
“Kau diam saja, Inglid!”
“Eh?”
“Dia cuma lalat kecil yang harus segera dibasmi! Serahkan saja ini padaku! Sebaiknya kau jaga jarak, bisa-bisa kau terkena serangan kami!”
“Tapi, aku juga ingin membantu!”
“Tapi kalau kau mati, siapa yang mentransferkan energi padaku nanti?! Peranmu sangat penting, jangan sampai kau terluka!”
“B-baiklah…”
Inglid pun mengambil jarak sejauh yang ia bisa dan mencoba melindungi dirinya serta meningkatkan kewaspadaan. Takut-takut nanti terjadi sesuatu pada dirinya di luar dugaan. Siapa yang tahu, ‘kan?
Shujin mengacungkan tongkat dan perisainya. “Mari. Kita mulai.”
“Kau pikir aku akan semudah itu membiarkannya menonton kita?” ucap Dira tiba-tiba. “sebaiknya dia menonton di tempat yang lebih nyaman…”
Dira mengambil pisau bulan alias cluritnya yang berukuran besar itu. “Sudah lama aku tak menggunakan teknik ini semenjak Prem mengatakan padaku bahwa teknik ini terlarang…” gumam Dira sambil mengusap clurit berbahan metalnya itu. “tapi kurasa, setelah ini aku pasti dimarahi oleh Prem, karena sudah melanggar kata-katanya. Ya sudahlah, daripada kalian tidak enyah…”
Dira pun tersenyum sinis. “Mari, kita mulai pestanya…”
WHUSH!
Dira melompat sangat tinggi, dan membuat gerakan berpola bulan sabit oleh cluritnya dari bawah melengkung ke atas, “Hilgarria Moon!”
CRIING
Ada pola-pola aneh bercahaya warna gothic di depan Dira. Dira menampakkan senyum terlebar dan tersinisnya. Tak lama, ia mengatakan, “Kai!!”
BZZZT!
Pola aneh itu berubah menjadi tali listrik yang kontan melesat ke arah Inglid dan mengikatnya!
“Aggh!!” Inglid terkena sengatan lisrik dari mantra Dira!
“Belum selesai!” Dira melanjutkan kembali aksinya.
WHUUUSH
Lagi-lagi dalam sekejap ia berhasil tiba-tiba muncul di belakang Inglid yang tengah tersetrum itu. Namun, Dira sedikit mengambil jarak, agar tidak ikut terkena setruman jurusnya sendiri.
TREK
Dira menodongkan cluritnya itu tepat di leher Inglid. Sekali Dira tarik cluritnya, putuslah kepala Inglid.
Shujin hanya terpaku melihat pergerakan Dira yang begitu cepat itu. Mulut Shujin juga terlihat menganga dengan lebarnya.
“Sekali kau bergerak, kutarik clurit ini!” ancam Dira.
Sementara Inglid terus berteriak kesakitan karena terus menerus terkena strum.
Situasi ini sukses membuat Shujin semakin bingung. ‘Bagaimana ini?’ batinnya.
“Hahahaha! Lihat? Apa yang kukatakan itu benar ‘kan? Kalian ini sebenarnya sangatlah lemah! Yang membuat kalian kuat itu hanya omongan kalian sendiri untuk memberi support bagi diri kalian juga! Kalian nyatanya tak bisa apa-apa!” cibir Dira sempat-sempatnya.
“Tch….” Shujin semakin geram, dan semakin erat memegang tongkat serta perisainya.
“Dan oh, apa waktu itu kalian bilang? Kekuatan dari persahabatan atau apapun itu namanya! Hah? Hahahaha!! Kau tahu? Itu hanya OMONG KOSONG!”
“Grr..”
“Hadapilah kenyataan anak kecil! Bersikaplah idealis dalam menghadapi hidup! Yang namanya kekuatan dari persahabatan itu mana mungkin ada? Ini bukan dunia dongeng seperti Cinderella atau Snow White!”
SHUT THE FUCK UP!!!”
“Eh?!”
“Kau tahu, apa julukan yang pantas untuk orang yang tong kosong nyaring bunyinya sepertimu? WHAT A SHIT GIRL YOU ARE! Kau pikir aku peduli dengan semua kata-kata bodohmu itu?! Tanpa kau tarik clurit sialanmu itu, Inglid pasti akan segera mati akibat setruman perlahan yang kau berikan! Jadi…. Jadi….”
CRIIIING
“APA GUNANYA AKU HANYA TERUS BERDIRI DIAM SEPERTI ORANG BODOH DI SINI SEMENTARA TEMANKU DALAM AMBANG KEMATIAN?!”
PRANG!
Shujin memecahkan kartu elemennya.
CRING CRING
Tongkat dan perisai miliknya perlahan menghilang!
Jadi, apa ini artinya Shujin kehilangan senjatanya? Oh tentu tidak…
Dia sekarang memang hanya terlihat seperti menggunakan tangan kosong, namun kekuatannya yang sebenarnya adalah mengendalikan bebatuan, tanah,dan benda keras lainnya,  baik yang terbuat dari metal, baja, besi, bata, dan lain-lain.
Shujin sempat sweatdrop melihat perubahan pada dirinya, “Entah kenapa, tapi aku merasa kurang terlihat keren.. ah ya sudahlah!”
Shujin terlihat mengangkat tangannya, dan menonjok tanah yang selalu tersedia untuknya 24 jam nonstop itu. “Bahno Ruky!!“
DRR DRRRR
Tanah sempat berguncang dengan keras.
KREEK
Mendadak, sebuah tangan yang sangat besar dan terbuat dari semacam bebatuan keluar dari dalam tanah, dan langsung memutus tali listrik milik Dira, lalu mengambil Inglid dan menariknya ke tempat yang aman. Bahkan terlihat, Inglid juga sudah sangat lemas karena berteriak terus menerus, ditambah lagi dengan listrik yang mengaliri tubuhnya itu.
Shujin menghampiri Inglid sejenak untuk mengecek kondisinya.
“Kau tak apa?” tanya Shujin dengan wajah…err.. cemasnya.
Inglid hanya mengangguk dengan lemas. Jawaban anggukan saja sudah cukup untuk Shujin agar bisa memastikan bahwa kondisi temannya itu dalam kategori ‘selamat’.
Sambil menunggu Inglid pulih, Shujin kali ini kembali menghadapi Dira. Wajah Dira nampak sudah tidak karuan karena harus menahan rasa kesal dan marah.
“Kenapa? Kenapa kau bisa melakukan hal bodoh seperti tadi?!” Dira nampak semakin benci pada Shujin.
“Hn… entahlah… kalau aku tahu, aku pasti sudah memberitahumu dari awal dengan kerennya sambil berkata, ‘lihatlah jurus baruku ini! Pahlawan kebenaran akan segera datang!’ Hahahahahaha!!!” Shujin tak kuat menahan tawa saat ia memeragakan gaya ala pahlawan kesiangan yang memperlihatkan kekuatan sesungguhnya di saat terakhir. Lol..
“BERISIIIIIKKK!!” dari kepala Dira nampak sudah muncul asap saudara-saudara.
“Kenapa? Kau mau melihat kekuatanku yang sesungguhnya? Aah, jangan repot-repot sambil memasang wajah malu-malu begitu. Lihat mukamu, kenapa sangat merah? Hahaha!!”
“AKU MARAH, BODOH!”
“Kau marah? Ya ampun, kenapa wajah marahmu itu terlihat abstrak sekali ya? Hahaha! Atau mungkin memang wajahmu itu sudah abstrak? Ya ampun, aku lupa! Vampire wajahnya memang abstrak! Huahahahaa!!”
“HENTIKAN OCEHANMU!!”
Inglid yang sudah mulai sedikit pulih hanya bisa sweatdrop. “Senpai mulai benar-benar cerewet. Rasanya sangat tidak biasa.. hahah…” namun seketika, Inglid menyadari satu hal. “Tidak biasa? Tunggu! Jangan-jangan Senpai memang sengaja memancing Dira agar dia tidak mengangguku yang sedang dalam proses pemulihan!? Ditambah lagi, Senpai pasti sadar betul, kalau dia akan membutuhkanku untuk menemaninya bertarung melawan Dira nanti! Sasuga Senpai!!”
Inglid pun berinisiatif untuk mempercepat proses pemulihannya.
Sementara itu, Shujin masih terus asyik memancing Dira. “Apakah aku harus datang ke istanamu itu, dan kemudian mengetuk pintu sambil berkata, ‘Nona Diraa! Darahnya sudah siap!’ tapi bagaimana kalau ternyata yang kau minum itu bukan darah tapi jus tomat? HAHAHA!!”
Dira semakin marah saudara-saudaraaa!! “Aku minum jus berkualitas tiga kali sehari dari stok yang disediakan oleh setiap tahanan! Ditambah lagi, aku juga terkadang mengkonsumsi sayuran segar untuk menjaga berat badanku! Aku juga tak lupa selalu dimasker setiap pagi sebelum tidur agar wajah pucatku ini terlihat halus, mulus dan bercahaya! Krim pagi dan malam juga tak pernah lupa untuk selalu kupakai! Ditambah lagi aku selalu berusaha menyempatkan waktu untuk di massage mingguan!”
“Oh ya? Dan apa menurutmu kecantikanmu itu bisa membuatku terkecoh?”
TRIK
Shujin menjetikkan jarinya, “jawabanku adalah… TIDAK!”
DRRRR!!! DRRR!
“Hah?!” Dira tersontak kaget saat tanah berguncang dengan keras.
*Untuk menambah tegang suasana saat membaca, silahkan nyalakan lagu yang berunsur menyeramkan (?)*
Shujin pun mengucap mantra, “Kallio Booli!”
Shujin mengangkat tangannya ke atas, dan mengepalkannya seolah ingin meninju matahari (hiperbolis sekali).
BUAK
Satu batu berukuran kecil menghantam kening Dira. ”Agh!!”
BUGH
Satu batu berukuran sedang mengenai perut vampire itu.
DUAK
Satu batu berukuran besar menghantam punggung Dira!
BUAGH DUAK BUGH DUAR
Dengan jumlah batu yang tak terhitung, dan ukurannya yang terus membesar, serta kecpatannya yang terus bertambah, Dira pun akhirnya sukses babak belur! Ditambah dengan kondisi Dira yang sempat lelah akibat mantra pamungkasnya yang terlarang itu, Dira tak sempat melawan.
BRUK!
Batu terbesar berhasil menindih tubuh Dira. Dira sukses tak bergerak sekarang.
”Sial....” gerutu Dira sambil mencoba melepaskan dirinya dari tindihan batu itu.
”Hah... hah... hah...” Shujin nampak semakin lelah karena terlalu banyak mengeluarkan energi.
Perlahan....
Perlahan...
Perlahan...
Pandangan Shujin semakin buram...
Dan....
BRUK
Shujin pun tumbang kelelahan.
”Senpai!!” Inglid berinisiatif  mentransferkan energi pada Shujin.
CRIIING
Seberkas cahaya yang cukup terang Inglid masukkan ke dalam tubuh Shujin, dan membiarkannya menyebar ke seluruh organnya agar Shujin pulih total. Inglid pun sejenak menggusur Shujin ke tempat yang lebih aman untuk sementara.
Sekarang dia harus membereskan Dira hingga titik akhir. ’Senpai sudah berbuat sejauh ini, aku tak mungkin diam saja! Aku juga harus berusaha yang terbaik!’
SREK
Dira yang sedari tadi terus mencoba menggeser batu raksasa yang menindihnya itu, akhirnya berhasil meski hanya bisa tergeser 5 cm.
Inglid mulai panik, dan mulai mencari jalan keluar. ’Bagaimana ini? Bagaimana? Aku menghadapi musuh yang begitu kuat sendirian! Bagaimana ini?!’
TES
Inglid menitikkan setetes air mata. ’Jika vampire itu berhasil meloloskan diri dari batu yang diberikan Senpai, aku harus bagaimana?’
SREK
Dira berhasil menggeser batu itu lagi. ”Yosh, aku harus terus berusaha mendorong batu ini!”
’Aku... aku harus bagaimana? Aku takut...’
TRRK
Inglid menggigit bibir bawahnya sendiri. ’Apa.. apa aku harus terus seperti ini? Tidak... kekuatan bukan datang dari teman... bukan dari musuh... bukan dari jurus... tapi...’
DRRR
”Yosha, aku bebaaas!!” Dira beranjak berdiri.
’Tapi....’
”Hm? Apa? Jadi si mulut banyak och itu sudah tak berdaya akibat jurusnya sendiri? Menyedihkan...”
’Tapi...’
”Ooh, apa yang kita punya di sini? Seorang gadis penakut yang kerjanya hanya memberikan energi dan energi. You’re useless, girl!”
’Tapi....’
TRENG
Dira mengambil kembali cluritnya yang sempat jatuh akibat terkena serangan batu bertubi-tubi tadi.
CRIIING
Kartu elemen Inglid bersinar!
”A-apa?!” Dira sontak kaget.
”Sekarang aku sadar....” Inglid mengayunkan tongkatnya yang bersinar terang bagai matahari itu. ”bahwa kekuatan yang sebenarnya bukan didapat dari siapapun... melainkan...”
PRANG!
”...dari DIRI SENDIRI!”
CRIIIIIIIIIIING
”S-silau!!” Dira menutup matanya dan menahan datangnya cahaya berlebih dengan tangannya.
Inglid berubah?
Tidak...
Tidak ada perubahan sama sekali pada Inglid. Tapi, seluruh tubuh Inglid jadi bersinar sangaaaaaaaat terang.
Dia seperti Dewi Cahaya yang turun dari langit!
Dan yang lebih tak terduga lagi, bola mata Inglid yang berwarna kuning itu berubah menjadi warna merah dan ada gambar pola pentagram juga di matanya! Percis seperti Fuji!
Jangan-jangan....
”Akan kutunjukkan padamu....” Inglid membuat pola seperti pentagram dengan warna kuning emas yang berkilau. ”kekuatanku yang sebenarnya!!”
Gate!! Open!”
Pola pentagram yang dibuat Inglid pun berubah menjadi sebuah gerbang emas.
Inglid pun memutar-mutar tongkatnya sambil mengucapkan nama dari monster Darkness Hole yang lain, ” Laulu Taivaan, TENSHI!!”
CRIIING
Suara indah nan merdu terdengar. Namun dari liriknya, sepertinya lagu nyanyian untuk surga atau semacamnya. Tak heran, kuping Dira seketika langsung panas.
”Agggh! Tidak!! Tidaaaak!! HENTIKAN NYANYIANNYA!!”
SRET SRET SRET WHUSH WHUSH WHUSH
Dira terus mengayunkan cluritnya secara tidak terarah.
Kemudian, Inglid langsung menodongkan tongkatnya tepat ke arah Dira yang berada sejajar dengan gerbang surga itu. Inglid pun mulai mengucap mantra, ”Wanga Vuto Wa Binguni!”
CRRIIING WHUSSSH
Sebuah bola cahaya yang begitu besar, datang dengan sinar yang amat terang ke hadapan Dira. Pandangan Dira menjadi kabur, dia pun melemah.
“Hentikan!!” rintih Dira.
“Ini adalah takdir dan jalan yang kupilih, dengan keputusanku sendiri! Karena aku yakin, aku tak boleh terus menerus membebani teman-temanku!” tegas Inglid.
KREEEK
Bola tersebut terbelah dua dengan lebarnya.
SRET
Inglid pun menarik tongkatnya, dan—
GREP!
“TIDAAAAAAAK!!”
Bola tersebut menyedot Dira ke dalamnya, dan mengurungnya di dalamnya beserta cahaya yang menyilaukan itu. Kemudian, bola yang sudah mengurung Dira itu langsung masuk kembali ke dalam gerbangnya, dan gerbang tersebut tertutup perlahan seiring dengan teriakan kesakitan serta rintihan Dira yang terus menjadi-jadi.
Perlahan gerbang itu mulai menghilang...
Perlahan...
Perlahan...
Perlahan...
Perlahan...
Perlahan...
Perlahan...
Dan...
PSYU!
Total lenyap dari pandangan, dan suara Dira pun sudah tak terdengar lagi...
Hening....
Situasi menjadi sangat hening...
Hingga...
“Ingliiiiid!” Fuji dan Mizu datang menghampiri sambil memanggil Inglid yang masih belum sadar betul dengan kondisinya yang sebenarnya saat ini.
Dan lambat laun, mata Inglid juga berubah kembali menjadi normal...
“Ugh...”
BRUK
Inglid jatuh terkapar diatas tanah, dengan kondisi yang sangat lemas. “Hah... hah... hah...” Inglid nampak terengah-engah.
Mizu berinisiatif memberikan pertolongan pertama pada Inglid, sementara Fuji mencoba menyadarkan Shujin setelah dirinya sudah cukup pulih sehabis diberikan transfer energi dari cahaya pemberian Inglid.
“Senpai, kau baik-baik saja?” tanya Fuji sambil mencoba membantu Shujin bangun.
“I-iya.. aku tak apa...” ujar Shujin agak lemas. “yang terpenting sekarang, mana Inglid?”
“Di sana..” Fuji menoleh pada Mizu yang tengah memberikan pertolongan pada Inglid. “Inglid jatuh terkapar tepat setelah dia mngalahkan vampire yang kalian hadapi.. syukurlah, kami datang tepat pada waktunya..”
“Inglid... dia.. menghabisi vampire nya seorang diri?”
“Ya, dari situasi yang kulihat, sepertinya begitu... selain itu...” Fuji sekilas menyadari bahwa mata Inglid sempat berubah seperti dirinya tadi. Berwarna merah, dan ada lambang pentagram tertera.
“Selain itu?”
“Err, bukan apa-apa. Nanti setelah Inglid pulih, akan kuceritakan semuanya..”
“Oh, baiklah...”
“Sekarang sebaiknya, kita cek kondisi Inglid..”
“Hu’um..”
Shujin dan Fuji pun mendekati Mizu dan Inglid.
“Bagaimana?” tanya Fuji.
Mizu tersenyum simpul, “Tenang, dia baik-baik saja...”
“Syukurlah...” Shujin menghela nafas lega.
“Tak lama lagi, dia juga akan segera pulih..” jelas Mizu.
‘Inglid...’ Fuji membatin, ‘apakah dia juga memiliki kekuatan yang sama sepertiku?’
*sementara itu...*
~Hiruma’s Battlefield~
Seringai muncul dengan lebarnya di bibir setan itu. “Kekeke, muncul satu lagi orang sialan yang mendapat ilham (?) dari dewa. Tidak, bukan dewa, tapi dewi. Cahaya sialannya benar-benar mengganggu...”
Prem mengernyit, “Dira.... apa dia sudah....”
~Puti’s Battlefield~
“Energi yang luar biasa! Hangatnya sangat terasa tadi!” pikir Puti.
“Dira benar-benar payah...” gumam Schyte.
~Arie’s Battlefield~
“Pemanggil monster Darkness Hole yang lain, eh?” pikir Kaori.
“Dari sumber energi tadi, tidak terasa seperti Shujin. Mungkin lebih kepada... Inglid...” pikir Arie.
~Seta’s Battlefield~
“Tidak.... Tenshi telah terpanggil dan keluar dari ‘gerbangnya’....” mulut Seta menganga lebar sambil memperhatikan arah lokasi pertarungan dari jendela.
“Hahahaha! Murid-muridmu itu memang hebat. Kami kehilangan lagi anggota kerajaan yang lain...” ujar Yogi dengan sinisnya.
“Orang yang dapat memanggil monster Darkness Hole tak patut dibanggakan! Itu kekuatan yang beresiko tinggi dan melanggar aturan sihir!”
“Apa peduliku? Yang melakukannya kan muridmu, bukan aku! Jadi dia yang akan terkena getahnya! Hahaha!”
“Tch...”
~Seiji’s Battlefield~
“Luar....”
“Biasa...”
“Sekali...”
Ujar Seiji, disusul Hana, kemudian Ochi. Entah kenapa, tapi sepertinya mereka malah jadi kompak.
“Inglid... apa dia baik-baik saja?” pikir Seiji harap-harap cemas.
“Sepertinya, ada yang sudah tersisihkan lagi...” Hana menoleh ke arah Ochi dengan dingin.
Ochi agak tegang menghadapi situasi sekarang. Ternyata, teman-teman Seiji sudah lebih kuat. Setidaknya, itu yang dipikirkan Ochi.
GLEK
Ochi hanya sanggup menelan ludah sambil tak tahu harus berkata apa.
~Hiruma’s Battlefield~
“Kuharap, sekarang kita bisa sedikit lebih serius setelah sedari tadi hanya melakukan pemanasan kecil...” ujar Prem dengan geram.
Seringai lebar terpampang di wajah setan AWS itu, “Kau bisa bersenang-senang denganku selama yang kau mau...”
TREK!
DUAAAR!
~*TO BE CONTINUED*~
 
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan