K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

Perkembangan Sena (Chapter 3: A Bonus!)

Jumat, 02 Maret 2012

apabila ingin menggunakan cerita ini, harap cantumkan nama situs ini.. terima kasih dan selamat membaca...
.


~*An Eyeshield 21 Fanfiction*~
~*Perkembangan Sena by Mayumi Koyuki*~
~*Chapter 3: A Bonus!*~
~*Rated: T*~
~*Disclaimer: Riichiro Inagaki and Yusuke Murata*~
~*Pair: SenaxSuzu*~
~*Warning! Gaje, abal-abal, OOC, typo(s), gila, dll etc dsb*~
.
 Don’t Like, Don’t Read!
Tombol back menanti anda!
.
~Rumah Suzuna, Minggu, pukul 11.30~
*lima menit kemudian...*
-Suzuna’s POV-
Ku lepaskan ciumanku pada Sena. Kulihat mukanya merah padam. Dan sepertinya, mukaku juga tak kalah merah dengannya saat ini.
Hening...
Tidak ada yang bicara lagi setelah itu. Aku sendiri tidak mengerti, kenapa aku harus memberikan ciuman padanya sebagai rasa terima kasih! Bukankah aku bisa berterima kasih padanya dengan cara lain? Membuatkan omellet kembali untuknya mungkin?
Ah, aku tidak mengerti! Apa yang sebenarnya terjadi padaku?
“Su-Suzuna....”
Sena mulai berbicara. Memecah kesunyian yang sempat terjadi selama beberapa detik itu.
“I-iya Sena?” hey, kenapa aku jadi gugup begini?
“Te-terima kasih...” sahutnya.
“Eh?” nah, sekarang aku jadi bingung!
“Terima kasih... untuk apa, Sena?” tanyaku dengan ekspresi yang sangat bingung. Bukankah harusnya aku yang berkata seperti itu?
“Terima kasih.. karena... sudah memaafkanku... dan mengundangku kemari..” Sena tersenyum.
Kami-samaaaaaaa, indah sekali senyumnya! Fuh! Aku harus meluapkannya sekarang! Aku tidak tahan dengan semua ini! Aku harus mengatakannya! Oh Kami-sama, beri aku keberanian!
“A-ano... Sena..”
“Ng? Ada apa, Suzuna?”
“A-aku... aku....”
“Iya?”
“Aku...”
Haruskah kukatakan sekarang? Oh, aku tidak siap! Tapi aku sudah tidak sanggup menahannya, dan ini adalah saat yang tepat! Ayo Suzuna, mana keberanianmu?
“Apa Suzuna?”
“Aku... a-aku...”
“Cepat katakan Suzuna, ada apa?” ekspresi wajahnya berubah cemas.
“Aku... ah, aku harus ke kamar mandi! Iya! Hahaha... aku agak kebelet jadi.. bi-bisa permisi dulu, Sena? Hahaha...” kataku dengan tertawa garing. Sangaaat garing! Apa-apaan kau ini Suzuna?! Betapa bodohnya dirimu!!
“Eh?” Sena cengo, sweatdrop, bingung, heran, kaget, dan mungkin berbagai ekspresi tidak jelas lainnya terpampang di wajahnya itu.
“Ke.. kamar mandi?” Sena hanya mengedip-ngedipkan matanya.
“I-iya.... hahaha...” kataku tetap dengan tertawa garing segaring-garingnya.
“O-oh ya, baiklah... hehehe, silahkan saja Suzuna...”
“Ah, arigatou..”
Aku dan Sena berdiri. Sena bersiap untuk memberikan jalan padaku, agar aku bisa melewatinya menuju ke kamar mandi. Dan aku pun siap melangkah.
Namun, Suzuna yang bodoh ini menyimpan pensil di sembarang tempat hingga aku terpeleset gara-gara menginjak pensil itu, dan...
BRUK!
Aku terjatuh dengan posisi....
Hampir sama seperti saat di lapangan waktu itu. Hanya saja, kali ini yang berada diatas adalah aku.
DEG!
Jantungku berdegup kencang. Dan aku pun dapat merasakan bahwa jantung Sena pun berdegup tak kalah kencang dariku.
“Se-Sena... Go-gomen!”
Aku buru-buru berdiri agar semua kejadian memalukan ini tak terulang lebih lama lagi.
Tapi, Sena melingkarkan tangannya di pinggangku, dan otomatis aku tidak bisa bergerak dan tetap dengan posisi seperti ini.
“Jangan pergi..” ucap Sena dengan... lembut?
“Apa?”
“Jangan tinggalkan aku... aku ingin lebih lama bersamamu! Aku ingin terus memelukmu seperti ini!”
“Sena.. apa kau sakit?” tanyaku dengan bodohnya. Karena aku tidak habis pikir, benarkah Sena mengucapkan semua kalimat itu? Benarkah ini Kobayakawa Sena yang kukenal selalu kikuk?
Dia benar-benar berbeda! Dia.. dia lebih romantis sekarang!
“Sakit? Iya, mungkin aku sakit Suzuna..” Sena tersenyum lagi. Dengan maniiiiiisssss sekali!
“Benarkah? Kalau begitu, lepaskanlah dulu pelukanmu, biar aku ambilkan obat untukmu! Maafkan aku! Mungkin aku terlalu memporsirmu, Sena! Maaf, aku-“
“Sssst...” Sena meletakkan telunjuknya dengan lembut di bibirku. Tangan kirinya masih tetap merangkul pinggangku dengan utuh. Ah, aku benar-benar terbuai dengan belaian romantis Sena!
“Aku tidak apa-apa, Suzuna..” ucapnya. “Aku hanya sakit kepala... aku sakit kepala karena aku sudah tidak tahan memikirkan semua ini!”
“Memikirkan apa Sena?”
“Memikirkan... kau... Suzuna...”
“A-apa?”
Lalu Sena mendekapku ke dalam dadanya. Dapat kudengar detak jantungnya yang begitu cepat. Hembusan nafasnya membelai rambutku pelan. Tangan kirinya tetap merangkul pinggangku, dan tangan kananya mengelus rambut biru tuaku dengan lembut.
Ah, Senaaa....
Apa yang terjadi? Apa ini mimpi?
“Sena.. apa yang merasuki otakmu?” gumamku pelan.
“Kau, Suzuna..”
“Apa?”
“Kau yang telah merasuki otakku, hingga aku seperti ini...”
“Sena...”
“Aku menyukaimu Suzuna...”
DEG!
Okay Suzuna! Atur nafasmu perlahan, dan mulai masuki akal sehatmu! Sena menyatakannya! Sena menyatakan perasaannya padaku!! Kyaaa!! Senangnyaaa!!!
“Apa jawabanmu Suzuna?”
“Aku...”
Aku harus jawab apa? Bukankah tinggal jawab, “Aku juga menyukaimu, Sena,”?
Tapi kenapa rasanya begitu... berat? Tidak, bukan berat! Aku gugup! Ah, seorang cheerleader Deimon yang selalu ceria ternyata bisa tertunduk lemah juga dihadapan running back tim Deimon ini.
“Bagaimana Suzuna?”
Beranilah Suzuna! Beranilah!
“I-iya..” ucapku dengan begitu gugupnya.
“Apa?”
Kali ini, aku menatap Sena.
“Iya... aku juga menyukaimu Sena...”
Kami berdua tersenyum, dan kembali hanyut ke dalam pelukan hangat itu.
Di tengah pelukan yang begitu nyaman itu, kami mengatakan satu kata secara bersamaan...
“Aishiteru...”
*keesokan harinya....*
-Sena’s POV-
Kulangkahkan kakiku menuju sekolah tercintaku. Deimon. Tapi, entah kenapa, kali ini aku begitu semangat menuju ke sekolah. Mungkin karena aku akan bertemu Suzuna? Hahaha, aku jadi malu mengingat kejadian kemarin.
Begitu sampai di sekolah, kulihat Monta menghampiriku dengan...
Err, aku tak dapat menjelaskan ekspresinya dengan tepat.
“SENAAA!!!” teriaknya. Padahal jelas-jelas aku ada dihadapannya. Untuk apa dia berteriak sekencang itu?
“I-iya Monta?”
“Hey, apa rumor itu benar, hah?”
“Ru-rumor apa?”
“Kau menjadi budaknya Suzuna kemarin?!”
“Hiiieee????”
Bu-budak? Hey, tunggu! Sepertinya ada salah paham disini!
“Budak? A-aku tidak pernah menjadi budaknya Suzuna, Monta!”
“Kalau begitu ini apa?!”
“Eh?”
Kulihat, Monta menggenggam fotoku yang tengah menyapu rumah Suzuna dengan seragam maid!
“HIIIIEEEEE!!!” aku hanya teriak histeris. Ulah siapa ini?
Tak lama kemudian, Suzuna datang menghampiri.
“Yaa, hey Sena!”
“Suzuna! Apa kemarin, saat aku menebus kesalahanku padamu, kau menyimpan kamera tersembunyi di rumahmu?” langsung aku bertanya tanpa basa basi. Foto ini bisa menjatuhkan harga diriku!
“Eh? Ti- tidak! Kenapa memangnya?” Suzuna nampak agak gugup menjawabnya.
Monta angkat bicara kali ini.
“Ini, aku mendapatkan foto ini terpampang di mading sekolah pagi ini. Buru-buru saja kuambil, karena sebagai sahabat Sena, aku tidak ingin dia dipermalukan!” ujar Monta sambil memperlihatkan foto itu pada Suzuna.
Suzuna terdiam melihat foto itu.
Hingga tiba-tiba..
...
“HUAHAHAHAHAHAHAHA!!!”
“Suzuna?” sahutku dengan Monta secara bersamaan.
Kulihat Suzuna tertawa sampai berguling-guling begitu. Uh, apanya yang lucu? Wajahku pasti merah menahan malu saat ini!
Lalu, aku memutuskan untuk menuju ruang klub saja! Daripada harus menahan malu! Mungkin ada baiknya aku bertanya pada Kak Mamori. Dia pasti bisa mengerti.
SREK..
Kubuka ruang klub...
Dan...
Tidak ada yang aneh! Tidak ada sama sekali! Semua anggota sudah ada di dalam, termasuk Suzuna dan Monta  yang ada dibelakangku saat ini.
Tapi...
Mereka semua sedang...
TERTAWA?!
Kulihat masing-masing dari mereka (kecuali Kak Hiruma dan Suzuna) menggenggam foto yang berbeda di tangan mereka. Termasuk Kak Mamori!
Mereka semua tertawa terpingkal-pingkal (kecuali Monta dan Kak Hiruma). Dapat kutebak, pasti mereka menertawakan fotoku!
Kak Hiruma hanya tenang-tenang saja dengan laptop kesayangannya itu.
“Ada apa ini?” sahutku dengan suara yang agak keras. Otomatis, semua menatap kearahku sekarang.
“Kekekeke....” Kak Hiruma tiba-tiba mengeluarkan seringai khas miliknya.
Perasaanku sangat tidak enak!
-Normal POV-
“Datang juga kau, anak pendek...” sahut Hiruma sambil menutup laptop kesayangannya, dan berjalan ke arah Sena dengan tatapan...
Membunuh mungkin?
“Ada apa ini, Kak Hiruma?” tanya Sena.
Sena terlihat agak ketakutan untuk bertanya. Tapi, dia harus tahu tentang semua ini! Siapa dalang atas semua ini!
Hiruma menyeringai lebih lebar, dan membuka Akuma Techounya.
“Kobayakawa Sena...” katanya dengan nada mengintimidasi.
“Seorang running back dari tim Deimon Devil Bats. Memiliki julukan Eyeshield 21, dan seorang anak remaja tidak normal karena selalu kikuk ketika berbicara dengan siapapun.”
Tidak normal katanya?
Sena sempat sweatdrop mendengarnya. Ingin Sena memotong kata-kata Hiruma yang sedang membeberkan aibnya itu. Tapi, dia tidak bisa. Dia terlalu takut!
Hiruma melanjutkan acara membongkar rahasia Sena.
“Tepat pada hari Sabtu, Sena menabrak Taki Suzuna, dan membuat mereka malu berat dihadapan anggota tim Deimon Devilbats!”
Wajah Sena dan Suzuna sontak memerah mengingat kejadian itu.
“Dan... Sena membantu membersihkan rumah Suzuna, untuk membayar semua kesalahan bodohnya! Kekekeke....”
Wajah Sena tambah merah.
“Sang running back ini, membersihkan seluruh isi rumah sang cheerleader Deimon, dengan memakai baju maid model wanita! Kekekekeke! Dan.. oh! Kobayakawa Sena juga membuatkan sepiring omellet untuk sang cheerleader! Kekekeke!”
Wajah Sena semakin panas.
“Dan...”
Hiruma membuka halaman selanjutnya. Dia mengambil foto Sena yang bertuliskan aishiteru.
Suzuna langsung merebutnya dari Hiruma. Tidak peduli apa resikonya, yang penting rahasianya aman! Dan Sena hanya cengo, ketika dia menyadari, foto itu ada dalam genggaman Hiruma tadi! Ternyata, dalang dari semua ini Hiruma! Itu pikirnya. Hiruma menyeringai.
Mamori mulai angkat bicara.
“Foto apa tadi, Hiruma?” tanya Mamori.
“Bukan apa-apa...” sahut Hiruma cuek.
“Kekekeke, ada yang lebih menarik lagi!”
“Eh?”
Hiruma mengambil foto Sena dan Suzuna ketika...
Kissu??
Semua terdiam.
Hening...
Hening....
Semakin hening...
Sangat hening...
Benar-benar hening....
Hening sekali...
Amat hening...
*ditabok readers*
Hingga akhirnya...
“MUKYAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!” Monta teriak histeris. Sampai-sampai dia mimisan melihatnya.
Taki, kakak Suzuna, langsung tepar di tempat.
“Ha?”
“Haa?”
“Haaa?”
Sahut Ha-Ha Brothers.
“Sena...” Mamori malah prihatin pada ‘adik’nya itu.
“Kekekekekekekeke!!” Hiruma tertawa kejam! Merasa benar-benar sudah puas membongkar aib terbesar bagi Sena dan Suzuna yang wajahnya tengah merah padam itu.
“Nah, akankah kalian mengumumkannya sekarang?” sahut Hiruma.
Sena dan Suzuna hanya terdiam.
Akhirnya, Suzuna angkat bicara. “Iya! Aku dan Sena sudah resmi berpacaran sekarang!” ucap Suzuna lantang, dan membuat wajah Sena semakin merah padam bagai kepiting rebus.
“Su-Suzuna...” hanya itu yang bisa Sena katakan.
“Kekekeke, bagus! Kau sudah-“
“Tapi!”
Ucapan Hiruma terpotong oleh Suzuna. Sekarang giliran Suzuna menyeringai, dan Hiruma memasang ekspresi heran.
Sena bergidik melihatnya. Begitu juga dengan Mamori, dan semua angggota DDB.
“Fufufu, jangan terlalu senang, Kak Hiruma...”
Suzuna nampak merogoh sesuatu dari saku celananya.
Dan dia mendapatkan sebuah foto.
“Itu kan?!” sahut Mamori dan Hiruma yang tengah kaget sekaget-kagetnya ketika mereka melihat foto mereka sedang berpelukan di pohon rindang milik Suzuna kemarin.
“Cheer sialan!” Hiruma menggerutu, dan sehabisnya menyumpah-nyumpah tak jelas.
“Kukuku, bagaimana Kak Hiruma? Akankah kau mengakuinya sekarang?” tanya Suzuna dengan nada mengintimidasi saat ini.
Hiruma hanya diam, dan tetap terlihat tenang. Sedangkan Mamori, hanya terus blushing.
Namun jauuuh di dalam hati kecilnya, Hiruma dan Mamori marah sekali pada Suzuna. Dalam hati mereka, terukir satu kata, “KUBUNUH KAU!”
Sena angkat bicara. “Kak Mamori... Kak Hiruma... jadi.. kemarin kalian...”
Mamori langsung menyela. “Bukan! Yang memata-mataimu itu Hiruma, Sena! Aku sudah mencoba untuk menghentikannya, tapi aku kalah, dan akhirnya aku diikat di pohon rindang dalam foto itu..”
“Cih, kalau saja waktu itu si manajer sialan ini tidak datang untuk menggangguku, pasti foto itu tidak akan pernah ada!” sahut Hiruma dengan wajah yang agak memerah.
Anggota DDB yang lain sebenarnya sudah pingsan begitu melihat foto itu. (kecuali Musashi, Sena, Suzuna, Hiruma, dan Mamori)
Apalagi Monta....
Mimisannya langsung membanjiri ruang klub dan tepar. Lalu nyawanya pergi entah kemana. Rohnya pun sempat mengumpat, “AWAS KAU HIRUMA!”
“Jadi? Mengakulaaah...” sahut Suzuna dengan nada bicara menggoda.
“Cih...” hanya itu yang dikatakan Hiruma.
Mamori menarik nafas pelan. ‘Bagaimana ini?’ batinnya.
“Heh, cheer sialan! Foto itu bukanlah foto dimana aku benar-benar berpelukan dengan si manajer sialan ini...”
Roh Monta kembali ke dalam tubuhnya, dan semua darah bekas mimisannya kembali ke dalam hidungnya.
Eww, jorok sekali...
Sekarang author sendiri yang mimisan, gara-gara membayangkan mimisan Monta yang kembali lagi ke hidungnya.
Semua anggota tim DDB bangkit dari ‘mati surinya’.
“Foto itu...” Hiruma kembali berbicara. “Foto itu, adalah foto waktu aku menenangkan manajer sialan ini. Karena dia banyak bicara, dan aku muak mendengarnya! Ditambah lagi, si anak pendek ini akan melihat keluar jendela, jadi kuputuskan untuk mendekap si manajer sialan ini dan hasilnya? Aku berhasil membungkam mulut sialannya itu kan? Kekeke.... selain itu, aku pun aman, dan leluasa untuk mendapatkan semua bahan ancamanku ini! Kekekeke....” jelas Hiruma sambil memperlihatkan ke tujuh belas foto miliknya lagi, entah sejak kapan. Padahal dari tadi dipegang oleh anggota tim, dan sekarang ada di tangan Hiruma begitu saja.
Dan Monta nampak sudah kembali bersemangat seperti biasa.
Suzuna terdiam beberapa saat, dan kemudian angkat bicara.
“Hoho, begitu...”
Lalu Suzuna mengambil foto lagi dari sakunya.
“Ini foto apa?” sahut Suzuna sambil memperlihatkan foto ketika Hiruma dan Mamori berjalan pulang. Waktu itu, Hiruma terlihat sedang merangkul bahu Mamori. Bagaimana bisa? Bukankah Suzuna masih asyik bersama dengan Sena saat itu?
Fufufu, inilah jawaban atas semua narasi berbelit-belit ini!
Suzuna sebenarnya sudah menyadari rencana Hiruma dari awal. Dan dia sengaja memasang kamera pengintai dan kamera pemotret otomatis yang ia pasang diluar rumahnya. Jadi, dia berhasil menangkap semua gerak- gerik Hiruma. Tak ada yang terlewati satu pun! Termasuk saat Hiruma jatuh gara-gara tangganya dijatuhkan oleh Mamori.
Begitu pengintaian Hiruma selesai, kamera itu memotret semuanya dengan otomatis! Fuu, Suzuna merasa sangat puas sekarang.
“Cih, sialan kau cheer sialan!” gerutu Hiruma karena merasa kalah.
Suzuna tersenyum penuh kemenangan. Sedangkan Monta? Ah, nyawanya sudah terbang lagi entah kemana. Dan Mamori? Oh, lihatlah! Mukanya merah sekali! Dan Sena? Hanya bengong...
Sedang, anggota yang lain? Oh tidak, tepar berjamaah...
Tiba-tiba, Hiruma menyeringai.
Dia menarik Mamori ke dekatnya, dan merangkul bahunya dengan ‘mesra’ seperti kemarin. “Kekeke, baiklah! Mulai sekarang, aku resmikan hubunganku dengan si manajer sialan ini, dihadapan kalian semua!” ucap Hiruma yang kemudian mengecup lembut bibir Mamori.
Mamori langsung salah tingkah, tapi kemudian dia balas ciumannya Hiruma.
Sena dan Suzuna hanya tersenyum, karena senang dengan akhir yang bahagia ini.
Sedangkan anggota DDB yang lain masih tepar.
Dan di tempat lain....
*Di langit ke tujuh....*
Ada ‘monyet’ yang mengenakan sayap malaikat nampak tengah mendecak kesal melihat Mamori dan Hiruma berciuman. Dia menyiapkan nuklir yang sedari tadi ia tahan.
“AWAS KALIAAAAN!!!” sahut ‘monyet’ itu, yang tidak lain adalah Raimon Tarou, alias Monta.
Yang sedang cemburu hebat karena Hiruma lah yang berhasil mendapatkan Mamori.
.
THE END *dengan gajenya*

.
Keep Spirit Up!
Mayu-chan

0 komentar:

Posting Komentar