K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

One Month Anniversary

Sabtu, 03 Maret 2012

moshi-moshi,  Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*Side Story: 1 Month Anniversary By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
~hari Minggu~kamar Hana~pkl. 06.30~
Hana tengah tertidur dengan pulas. Sangaaaaaat pulas. Tak heran, karena dia habis dikuras tenaganya habis-habisan oleh sang kapten setan. Semalam klub amefuto yang ia ikuti, berlatih sampai kurang lebih 15 jam. Jadi tak heran jika Hana benar-benar mengantuk dan merasa kelelahan. Dan jika dihitung, mungkin baru sekitar dua jam Hana tertidur.
“Nggh...” Hana nampak sangat menikmati tidurnya. Hingga—
“Fuji bodooooooh!!!!”
—mata Hana kembali terbuka lebar saat ia mendengar teriakan keras di depan pintu kamarnya.
BRAK
Hana membuka pintunya dengan kasar. Terlihat seorang wanita berkacamata tengah terduduk di depan pintu kamar Hana sambil menangis. Membuat Hana semakin geram dan kesal karena tidurnya terganggu oleh tangisan yang sudah pasti tak berguna.
Hana menatap wanita itu—Mizu—dengan tajam.
“Katakan...” ujar Hana dengan tampang super acak-acakan seperti habis tidak tidur satu minggu. “Masalah bodoh apa lagi yang kau hadapi, hah?!”
“Ha-Hana.. apakah kau.. baik-baik saja?” Mizu yang awalnya ingin meluapkan kesedihannya di depan Hana, jadi takut dengan Hana yang kini sudah bertampang tak jauh seram dengan Hiruma.
“Aku baik-baik saja... yang jelas.. sekarang cepat katakan apa masalah bodohmu itu? Bertengkar lagi dengan Fuji, hah?”
“I-iya.. begitulah...”
“Apa masalahnya kali ini, eh?”
Hana nampak seperti orang mabuk saja.
“Biarkan saja dia, Mizu...” seorang laki-laki dengan perawakan tinggi dan berambut blonde datang menghampiri Hana yang tengah menatap Mizu seakan siap untuk membentaknya habis-habisan.
“Seiji...” Mizu merasa lega. Legaaa sekali. Karena ia akhirnya bisa terbebas dari singa yang akan melahapnya hidup-hidup.
“Pergilah, Hana biar aku tangani. Kau yang sabar ya, Mizu...” Seiji mengeluarkan seulas senyumnya, dan memegang kedua bahu Hana dari belakang. “Ayo, putriku... mari kuantar kau ke dalam mimpi...” dan dengan bisikan indah itu, Hana terlelap dengan sendirinya tepat di pangkuan Seiji. Sepertinya ia memang sudah sangat mengantuk.
“Terima kasih, Seiji...” Mizu perlahan bangkit dari posisi terduduknya.
“Tak masalah..” Seiji mulai menggendong Hana ala bridal. “Sebaiknya kau cari Inglid. Dia pasti tahu apa yang harus kau lakukan...”
“Hu’um! Hati-hati ya, Seiji...”
“Untuk apa?”
“Takutnya kau digigit oleh singa yang kau gendong itu.. hahaha...”
“Tak akan...” Seiji menyeringai. “Aku akan dengan senang hati menerima gigitan sensasionalnya itu...”
“Dasar kau ini...”
“Sudah ya, aku akan segera menjinakkan singa cantikku ini...”
“Yah, selamat bersenang-senang...”
Maka Mizu dan Seiji berpisah. Seiji masuk ke kamar Hana, sedangkan Mizu pergi mencari Inglid.
~laboratorium IPA~
Terlihat Inglid dan Riku sedag membicarakan sesuatu. Dan Mizu yang melihat mereka disana, langsung membuka pintu itu tanpa basa basi lagi, karena di dalam ruangan kebetulan sepi.
“Inglid! Inglid, kumohon kau harus membantuku!” ucap Mizu seolah seperti akan ada bencana menghampirinya.
“Ada apa, Mizu?” Inglid memegang kedua tangan Mizu dengan erat. Pertanda bahwa ia mencoba menenangkan Mizu.
“Fuji...” Mizu menunduk dalam-dalam. Riku yang ada di sebelah Inglid juga nampak jadi ikut penasaran.
“Kenapa dengan Fuji?” Riku memberanikan diri untuk bertanya.
“Dia... dia...” Mizu mulai terisak lagi. “Dia ternyata... ternyata... selama ini... JERUK MAKAN JERUK!!!!”
“APAAA?!?” Inglid dan Riku nampak terkejut. Ralat, SANGAT terkejut.
Fuji seorang.. ehem.. penyuka sesama jenis? Tidak mungkin. Tidak mungkiiiin!!! *author poker face*dihajar Fuji*
“I-itu tidak mungkin... tahu dari mana kau?” Inglid nampak meyakinkan dirinya kalau ia barusan salah dengar.
“Tadi... tadi aku melihatnya sendiri.. dia.. dia berpegangan tangan dengan mesra bersama seorang laki-laki... dan aku tak tahu dia siapa...” Mizu nampak bingung. Ia harus marah, sedih, kesal, atau bagaimana.
“Err... bagaimana ya.. emm... apakah Fuji sendiri tahu kalau kau sudah membuka identitas rahasianya?” tanya Riku takut-takut.
“Belum sih.. aku tak berani bilang pada Fuji.. karena takutnya, dia mengira aku sudah menuduhnya macam-macam tanpa ada bukti yang jelas... takutnya, nanti situasi malah bertambah buruk...” pikir Mizu sambil memainkan jari telunjuknya ala Hinata.
“Kalau begitu, kita coba selidiki saja dulu! Bagaimana? Riku, kau juga ikut ya?” ucap Inglid sambil menjetikkan jarinya.
“B-baiklah...” Riku nampak agak tidak enak dengan pemandangan yang nanti akan ia lihat, tapi bagaimana lagi? Mereka teman, teman harus saling membantu bukan?
“Mohon bantuannya...” Mizu membungkuk hormat.
Akhirnya, mereka bertiga pergi meninggalkan lab, dan beranjak mencari Fuji.
~lapangan basket~
“Itu Fuji!!” sahut Mizu dibalik pohon rindang tempat ia bersembunyi, sambil menunjuk ke arah Fuji yang tengah bermain basket berdua dengan temannya.
“Hey, gunakan walkie talkie mu!” sahut Inglid dari balik tong sampah tak jauh dari sisi kiri Mizu.
“Oh iya...” Mizu mengambil walkie talkie—handphone—miliknya. “Mizu melapor dari balik pohon, target sudah terlihat. Ia nampak tengah bermain basket berdua dengan mesranya bersama target kedua! Ganti!”
“Mereka benar-benar terlihat mesra! Ganti!” pikir Inglid serius dengan keringat dingin bercucuran.
“Itu kan Kanou...” gumam Riku tepat dibalik tiang listrik tak jauh dari sisi kanan Mizu.
“Kau mengenalnya? Ganti!” sahut Inglid.
“Ya.. dia teman satu kelasku... tapi setahuku, Kanou bukan penyuka sesama jenis...” Riku semakin penasaran.
“Kalau begitu, sekarang kita harus apa? Ganti!” tanya Mizu dengan muka cemas.
“Hmm, kita terus pantau mereka....” pikir Inglid sambil memegang walkie talkie nya dengan gemetaran.
“B-baiklah...”
“Lihat, mereka berhenti bermain!” ujar Riku yang langsung membuat mereka bertiga melirik kembali ke arah Fuji dan Kanou.
~Fuji’s side~
“Ah, terima kasih ya sudah menemaniku bermain pagi ini, Kanou..” ujar Fuji sambil mengelap keringatnya dengan memakai tangan.
“Butuh handuk?” Kanou nampak memberikan handuk kecil miliknya itu.
“Tapi, itukan punyamu...”
“Tak apa, silahkan saja pakai sesuka hati...”
“Ah, terima kasih ya...”
~Girls side~
Ketiga gadis pemantau itu langsung berkeringat dingin lagi.
“Satu handuk berdua?” pikir Mizu sweatdrop. ‘Aku saja belum pernah...’ *miris gan*
“I-itu berarti, mereka sudah saling bersentuhan secara tidak langsung...” pikir Riku sambil memegang walkie talkie nya dengan erat.
“Haha.. j-jangan berpikir yang aneh-aneh dulu... ki-kita coba lihat apalagi berikutnya...” Inglid nampak memaksakan senyum di wajahnya.
~Fuji’s side~
“Oh iya, Kanou.. mau mencoba melakukan itu lagi?” tanya Fuji yang otomatis membuat pikiran para gadis yang tengah memantau itu melayang entah kemana.
“Oh, boleh saja... tapi nanti ya, aku harus mandi dulu.. haha.. bau nih, keringat semua...”
“Haha, baiklah.. santai saja.. aku tunggu di kantin ya...”
“Baik...”
~Girl side~
“Berpencar!” Inglid memulai komando. “Mizu, kita kejar Fuji! Riku, kau ikuti Kanou!”
Kedua gadis itu mengangguk, dan mulai beroperasi.
~Fuji’s side~
Terlihat Fuji berjalan santai ke arah kantin yang dikabarkan selalu buka 24 jam ini. “Pesan dua ramen instan ya..” sahut Fuji pada penjaga kantin.
“Baik...” penjaga kantin itu langsung membuatkan dua mangkuk ramen.
Fuji nampak menunggu sambil sesekali melihat sekeliling dan memainkan ponsel genggamnya.
~Kanou’s side~
Riku terus berusaha mengikuti Kanou. Namun berhubung Kanou masuk kamar mandi, jadi dia tak bisa terus mengikutinya.
“Hey, Riku melapor! Ganti!”
~Mizu’s side~
“Ini Mizu! Ganti!”
~Riku’s side~
“Target kedua terlihat sedang mandi! Aku harus bagaimana sekarang? Apa sebaiknya aku menuju ke tempat kalian saja? ganti!”
~Mizu’s side~
“Jangan! Kau tetap disitu, terus pantau semua kegiatannya! Pokoknya sampai dia ke kantin! Karena kita juga sedang berada tak jauh dari kantin tempat target utama menunggu target kedua! Ganti!”
~Riku’s side~
“Baiklah! Akan kuusahakan!”
~Fuji’s side~
“Aaah, lama sekali Kanou.. kemana dia?” Fuji nampak sesekali menguap. Nampaknya dia mulai bosan.
“Hey, menurutmu, apa yang membuat Kanou begitu lama mandinya?” tanya Mizu.
“Entahlah...” Inglid nampak berpikir serius. “Mungkin, Kanou dandan dulu...”
“Ti-tidak mungkin...” Mizu sweatdrop dengan sukses.
“Mungkin saja, kalau mereka benar-benar penyuka sesama jenis!”
“I-iya sih...”
*tak lama kemudian....*
Kanou nampak datang menghampiri Fuji. Fuji mempersilahkannya duduk dan memakan ramen yang sudah ia pesankan. Kanou dengan senang hati menyantapnya.
Riku juga datang menghampiri Mizu dan Inglid.
“Apa saja yang dia lakukan?” tanya Inglid dengan tajam ke arah Riku.
“Kanou nampak memakai parfum yang wanginya begitu nikmat! Dia juga seperti berlatih mengucapkan kata-kata begitu...” jelas Riku.
“Benar kan? Mereka penyuka sesama jeniiis!” Mizu sudah berlinang air mata.
“Oh, lihat!” Riku menunjuk ke arah pemandangan yang sungguh diluar dugaan.
~Fuji’s side~
Fuji nampak memegang kedua tangan Kanou dan menatapnya tajam.
“Kanou, sekarang dengarkan aku...” ujar Fuji.
“I-iya...”
“Aku sebenarnya sudah lama sekali menyimpan semua rasa ini padamu... aku... aku juga sebenarnya.. menyukaimu!”
~Girls side~
Semuanya pingsan dengan sukses. Bahkan Mizu sudah menyiapkan kuburannya sendiri.
~Fuji’s side~
“Baiklah, Fuji.. sekarang, dengarkan aku...” sahut Kanou dengan tak kalah cool.
Fuji mengangguk mantap.
“Aku tahu, kita sudah menjalani hubungan ini cukup lama... jadi.. kuharap kau mau menerima hadiah dariku ini...”
Wajah Kanou mendekat ke arah Fuji.
~Girls side~
Mereka benar-benar mati. *author bawa kembang tujuh rupa*
~Fuji’s side~
“Terima kasih, Kanou...” sahut Fuji dengan seulas senyum.
“Tidak, seharusnya aku yang berterima kasih...” ucap Kanou.
“CUKUUUP!!!” Mizu nampak bangkit dari alam kuburnya dan memergoki Fuji dengan Kanou. Inglid dan Riku hanya mengikutinya dari belakang.
Fuji dan Kanou nampak heran dan bingung. Mereka saling bertatapan dengan aneh.
“Fuji... kenapa... kenapa kau tak bilang padaku dari dulu, hah?!” Mizu memulai mengeluarkan uneg-unegnya.
“Bi-bilang apa?” pikir Fuji tak mengerti.
“Jangan berpura-pura bodoh!! aku melihat sendiri semuanya! Kau begitu mesra dengan selingkuhanmu yang sumpahnya dengan cara YANG AMAT SANGAT TIDAK NORMAL!!”
“Se-selingkuhan? Selingkuhan apanya, Mizu? Aku tak mengerti maksudmu!”
“Jangan berpura-pura bodoh, Fuji!” Inglid menunjuk Fuji tepat di depan wajahnya. “Kau pikir kami semua tak tahu identitasmu yang sebenarnya, hah?!”
“Identitas apa?” pikir Fuji.
“Kau...” Riku bicara dengan menggunakan nada mengintimidasi. “Kau penyuka sesama jenis kan?”
“APA?!” Fuji dan Kanou kaget bukan main.
“Mengaku saja!!” bentak Mizu.
“Tu-tunggu tunggu! Kalian salah paham—“
“Tak usah kau jelaskan, Kanou!” bentak Riku. “Aku tak menyangka sahabat baikku ternyata orang yang seperti itu..” maka Riku pergi meninggalkan lokasi saking sudah muaknya.
“Riku, tunggu!!” Kanou nampak mengejar Riku.
Tinggalah Mizu, Inglid, Fuji, dan sang penjaga kantin yang tengah menonton adegan drama gratisan ini.
“Aku benci kau, Fuji...” maka Mizu akhirnya pergi meninggalkan lokasi juga, diikuti dengan Inglid.
Fuji hanya menghela nafas. “Dasar gadis... mudah emosi...”
*sore harinya...*
~kamar Hana~
“Ngggh...” Hana nampak berusaha terbangun dari tidurnya perlahan.
Saat ia membuka matanya, ia melihat seseorang tengah memandanginya dari tepi tempat tidur.
“S-Seiji?”
“Selamat ‘pagi’, putriku...”
“Bodoh, ini kan sore...”
“Tapi bagimu kan pagi..”
“Terserahlah...”
Hana mencoba bangkit dari tempat tidurnya. “Sejak kapan kau disini?”
“Sejak kau jatuh tertidur di depan pintu kamarmu...”
Hana mencoba mengingat kejadian itu.
BLUSHED
“O-Oh.... jadi kau sudah disini lama sekali ya...” wajah Hana memerah.
“Begitulah,...” Seiji tersenyum maklum. “Sebaiknya kau mandi...”
“Ya, aku juga tahu..”
“Akan kusiapkan airnya..”
“Tak usah, merepotkan saja.. sebaiknya kau ke kamarmu lagi sana.. kalau sampai ayahmu tahu kau ada disini, habislah kita...”
“Tak apa... dia juga pasti bisa mengerti...”
“Err... Seiji—“
“Tenang saja, aku tak macam-macam selagi kau tidur,..”
“Bodoh...”
Hana tersenyum sambil mencoba menahan semburat merah di wajahnya.
Seiji mengambil handuk milik Hana. “Sebaiknya aku juga mandi..”
“Hei, itu handukku!”
“Kita pakai bersama saja...”
“Tapi—“
“Kita kan mandi bersama...”
“Bodoh!! tidak mau!!”
BRAK
Hana melempar Seiji ke dinding kamar, hingga Seiji menempel dengan sukses di dinding kamar Hana yang entah bagaimana bisa.
“Dasar pervert...” Hana mengambil handuknya, dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri.
Sedangkan Seiji masih tak sadarkan diri dan menempel dengan indah di dinding.
*malam harinya...*
~atap sekolah~
Mizu nampak terus menangis terisak sejak kejadian menyakitkan yang ia lihat langsung dengan mata kepalanya sendiri.
“Fuji bodoh... bodoh bodoh bodooooooooh!!!!!” Mizu berteriak sekencang mungkin.
Inglid hanya bisa diam disampingnya, sambil terus mencoba menenangkannya.
“Sudah, Mizu... bersabarlah...”
“Fuji bodoh! baka! Baka! Baka!!”
“Mizu...”
CKLEK
Riku dan Kanou nampak datang ke atap sekolah. “Ternyata memang disini...” ucap Riku.
“Ada apa lagi?” tanya Mizu agak sinis.
“Aku ingin menjelaskan lebih rinci lagi mengenai—“
“Tidak ada yang perlu dijelaskan!! Aku sudah tak mau lagi mendengar semua hal menjijikan itu!!”
“Tapi Mizu—“
“Cukup!!”
TAP TAP TAP
“Yo..” Fuji nampak datang sambil mendengarkan lagu dengan volume kecil di earphone kesayangannya. “Mizu—“
“Pergi...”
“Tapi—“
“Kubilang pergi!!”
“Baiklah... terserahmu...”
“Pergi.. aku tak mau melihatmu lagi.. dasar penghianat busuk!!”
Fuji berjalan mendekati Mizu. “Yah, mungkin karena kau sudah benci sekali padaku, kau pun pasti tak akan mau menerima ini dariku...”
CUP
Dengan kilat, Fuji menempelkan bibirnya tepat kepada bibir Mizu.
PLAK
“Dasar pria bodoh!! aku tak sudi menerima kecupan dari seorang yaoi sepertimu!!” sahut Mizu setelah mendaratkan tamparan kerasnya.
“Sukses...” ujar Fuji tiba-tiba.
“Eh?”
“Ternyata memang berjalan dengan sempurna.. terima kasih, Kanou...”
“Tak masalah...” ujar Kanou.
“A-apa maksudmu?!” pikir Inglid tak kalah bingung.
“Tadi siang sebenarnya aku sedang diajarkan oleh Kanou cara untuk mempersembahkan hadiah terbaik untuk perayaan hubungan kita yang sudah satu bulan, Mizu....”
“Dan Fuji juga tadi mengajariku cara agar aku bisa menyatakan rasa sukaku pada gadis yang kucintai...”
“Memang sih, skenarioku agak diluar yang diharapkan, tapi paling tidak, inti dari skenario itulah yang kudapat...” Fuji mengedipkan sebelah matanya ke arah Mizu.
“Ja-jadi.. Fuji... kau...” Mizu nampak terbata-bata.
“Aku bukan penyuka sesama jenis, Mizu..” Fuji sempat sweatdrop. “Yang kusuka dan yang kucintai, hanya kau...”
“Dan itu berarti...” Inglid melirik ke arah Kanou. “Alasan kau berpakaian sangat keren tadi siang itu, karena kau ingin menyatakan cinta pada gadis yang kau sukai?”
Kanou mengangguk mantap.
Riku tersenyum senang. “Jadi, intinya kita semua disini salah paham! Hihi...”
“Huh, gara-gara kau sih...” Inglid menyikut lengan Mizu.
“Hehe, maaf.. habisnya, yang namanya orang emosi kan wajar.. lagian kalian juga malah percaya...”
“Haha, tak apa.. lagipula lumayan untuk hiburan di hari libur... iya tidak?” ucap Riku dengan senyum manisnya.
“Yang jelas, lain kali jika ada sesuatu yang aneh, cari tahu dulu penyebabnya.. jangan langsung menyimpulkan...” Fuji mengacak-ngacak rambut Mizu.
“Hihi, iya sayang.. maaf...”
BRAK!
Terlihat Seiji habis menembus keluar pintu gedung dibawah sana. Semua melirik kebawah atap.
“Dasar pervert!! Apa yang kau pikir kau lakukan hah?! Jangan mentang-mentang aku meminta bantuanmu untuk menemaniku mengambil sepatu di loker, kau memanfaakan kesempatan itu untuk berbuat macam-macam di tengah kegelapan!!” Hana nampak membentak-bentak Seiji yang sudah siap dengan wajah memelas andalannya.
“Tapi kan lumayan, Hana....”
“Jangan sok memelas!!”
...
“Wah...” Mizu nampak memasang wajah penuh rasa ingin tahu. “Kalian tahu? Aku selama ini selalu merasa, pasti diantara mereka berdua sudah sering terjadi sesuatu! Pasti! Wah, jangan-jangan mereka sudah berpacaran dan sudah... sudah... sudah melakukan hubungan suami istri?!”
GUBRAK
Semua yang ada diatas atap jatuh dengan manisnya, kecuali Fuji. Dia hanya sweatdrop. “Padahal seingatku, aku belum begitu lama menasehatinya...”
“Benarkan Fuji?” tanya Mizu dengan mata bersinar.
“Err.. haha.. bagaimana ya...”
...
Hana merasa ada suara dari atas atap. “Hoo.. heii, kalian! Wah, tambah mesra saja nih!” sahut Hana sambil melambaikan tangannya ke arah Mizu dan Fuji.
“Hai, Hanaa!” ujar Mizu riang.
“Hana...” Seiji nampak mendekati Hana sambil membisiki sesuatu dari belakang. “Ayo... kita kembali masuk.. ke dalam ruang gelap itu...”
DUAK
Hana memukul kepala Seiji, dan menyeret Seiji sambil menahan blushing. “Sampai jumpa yaaa...” Hana pun pergi entah kemana sambil menyeret Seiji seperti sekarung beras.
Mizu semakin semangat untuk mencari tahu kebenaran hubungan Hana dan Seiji. Sedangkan Fuji hanya bisa sweatdrop kembali.
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan

0 komentar:

Posting Komentar