K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

Uang Bukanlah Segalanya

Jumat, 16 Desember 2011

Hana membuat satu lagi cerpen nih. Semoga bermanfaat ya...
.

Uang Bukanlah Segalanya

“Dan.... juara umum semester 2 kali ini adalah....” jantungku berdetak cepat mendengar kata-kata itu. Maklum, aku sangat berharap agar bisa mendapatkan gelar sebagai juara umum di semester 2 kali ini. Habis, bosan rasanya mendengar nama itu-itu saja yang selalu menjadi juara umum. Ya, nama itu adalah Ryan. Ryan sudah menjadi juara umum selama 3 kali berturut-turut. Dan jika kali ini dia sampai menjadi juara umum lagi, pasti sudah menjadi yang ke empat. Bahkan, murid satu sekolah pun sudah bosan mendengar nama itu. Maka dari itu, aku sangat berharap agar bisa menggeser gelar juara umum dari si Ryan itu.
Terlihat guru mulai membuka sebuah amplop. Ya, itu adalah amplop yang berisi nama siswa yang menjadi juara umum. Pengumuman juara umum itu selalu diadakan setiap akhir semester sebelum liburan sekolah tiba. Guru bersiap membacakan namanya. “Dan, yang meraih juara umum tahun ini adalah....” jantungku terus berdetak cepat. Bisa-bisa jantungku copot lagi.
“Ryan Dwi Rangga!” anak-anak pun bertepuk tangan dengan sangat meriah. Lagi-lagi! Aku gagal menjadi juara umum. Kenapa harus dia lagi?! Bosan!!!!! Ketika yang lain masih tetap di sekolah untuk menikmati makanan yang dijual di bazzar tahun ini, aku sudah mau beranjak pulang. Tiba-tiba,  seorang temanku menghampiriku. “Lho? Wi? Kenapa udah mau pulang? Bazzarnya kan belum selesai!” sahut temanku yang bernama Stephani itu. “Aku cuma lagi nggak enak badan aja kok!” kataku agak kesal sambil terus teringat bayang-bayang wajah si Ryan yang menyebalkan itu.
“Hm... aku tahu! Kamu pasti frustasi gara-gara pengumuman juara umum tadi ya?”
“Ya... bisa dibilang...” jujur sajalah! Daripada jadi beban.
“Aku sih cuma bisa ngasih saran sama kamu!”
“Saran apa?”
“Kamu mau jadi juara umum kan? Gini aja, gimana kalau begitu kita masuk ke sekolah, kamu cari tahu! Apa rahasia kepintaran si Ryan itu! Gimana? Bagus kan ideku?” mata Stephani berkilauan bagaikan berlian. Tampaknya dia sangat senang dengan idenya ini. Memang sih, ada bagusnya juga.  Aku pun menyetujuinya dan pamit pulang pada Stephani. Kadang aneh juga sih! Mau pulang ke rumah saja pakai pamitan sama teman dulu! Aku ini memang aneh...
*2 mingggu kemudian.......*
Akhirnya, hari masuk sekolah pun tiba. Inilah saat yang sangat kutunggu-tunggu! Saatnya beraksi! Aku akan lihat bagaimana rahasia kepintaran Ryan sampai-sampai dia bisa menjadi juara umum selama 4 kali berturut-turut. Selama proses belajar di kelas, aku terus memperhatikan Ryan. Melihat cara dia belajar. Anehnya, aku tidak melihat ada sesuatu yang ajaib, menakjubkan, aneh, atau apapun lah itu! Seharusnya, seorang juara umum seperti Ryan, bisa sangat aktif di kelas. Tapi nampaknya, dia biasa saja. Tapi, aku tidak mudah menyerah! Aku terus mencari informasi mengenai Ryan. Dan, ada sedikit info yang kudengar dari teman-teman. Ada yang bilang, katanya Ryan itu anak orang kaya. Dan dia selalu dimanja oleh orang tuanya. Hmm.... kelihatannya yang satu ini merupakan informasi yang sudah sangat akurat. Karena belakangan ini aku sering melihatnya menraktir teman-temannya. Dan, aku rasa jumlah harga dari semua traktirannya itu tidaklah murah. Dari penampilan saja sudah terlihat. Dia selalu membawa HP ke sekolah, memakai sepatu yang bermerk, tas juga bergitu. Bahkan, jam tangannya saja terbuat dari berlian. Tapi, bagaimana mungkin keterangan bahwa Ryan itu anak orang kaya bisa membantuku menjadi juara umum.
Suatu hari, saat aku tengah dalam perjalanan menuju ke tempat bimbingan belajar, aku melihat sosok seorang laki-laki yang jelas-jelas itu adalah Ryan. Dia berada di pinggir jalan sambil..... (aku saja tidak percaya) merokok! Bahkan yang lebih parahnya lagi, dia berada disana bersama wanita-wanita yang lebih dewasa darinya. (Bahkan, para wanita itu lebih tepat dijadikan bibinya) “Asstagfirullah...” ucapku dalam hati. Mataku ini tidak kungkin salah lihat kan? Ya Tuhan.... mana mungkin sikap seorang juara umum seperti itu? Lantas apakah yang selalu membuatnya menjadi seorang juara.
Esok harinya, aku hendak pergi ke ruang guru untuk menyerahkan tugas sepulang sekolah. Karena ruang guru cukup jauh, dan melewati ruang kepsek. Aku yang sebenarnya malas berjalan jauh, terpaksa harus melakukannya.
Saat melewati ruang kepsek, aku sangat kaget melihat Ryan dan orang tuanya berada disana. Aku pun iseng mendengarkan pembicaraan mereka dari balik lubang pintu. “Ini Pak!” nampaknya Ibunya Ryan memberikan sesuatu pada Bapak kepsek. Apa itu? Pak kepala sekolah juga menerimanya dengan senang hati. Kuperhatikan lagi. Mataku terbelalak saat menyadari isi amplop yang diserahkan Ibunya Ryan. “Ya Tuhan! Itu uang suap!” tapi aku juga masih belum yakin. Tapi, setelah kudengar pembicaraan mereka, ternyata itu memang benar uang suap yang telah dijanjikan oleh Ibunya Ryan pada Bapak kepala sekolah yang akan diberikan menjelang akhir semester kali ini. “Kalau sudah begini, apapun resikonya, aku harus bicara dengan Bapak kepsek!” gumamku. Lalu, aku melanjutkan perjalananku ke ruang guru.
Dari ruang guru, aku langsung menuju ke ruang kepala sekolah. Aku mengetuk pintu. “Masuk!” kata Pak kepala sekolah. Aku pun masuk ke ruangan. “Pak! Saya mau bicara....” aku pun memulai aksi protesku. Beberapa hari kemudian, hari pengumuman juara umum pun tiba. Kali ini, aku sudah bisa merasa lebih tenang. Aku melihat guru mulai membuka amplop. “Juara umum semester kali ini adalah....” aku hanya bisa berserah diri pada yang diatas. Lagipula, terserah Pak kepsek dia mau mendengarkan omongaku agar bersikap secara profesional atau tidak. “Dewi Agita!” apa?! Guruku menyebut namaku?! Wah!!! Akhirnya, Pak kepsek mendengar omonganku. Aku pun naik ke atas panggung dan menerima  hadiah. Saat aku turun dari panggung, Ryan nampaknya menatapku dengan tatapan yang kurang enak. “Aneh...” gumamnya. “Kamu tidak bisa begitu saja membeli semuanya dengan uang. Jika kau ingin meraih juara umum yang sejati, harusnya kau bersikap sportif! Tidak curang! Ingat, Ryan! Uang bukanlah segalanya! Kita tidak bisa membeli semuanya dengan uang! Termasuk predikat juara umum ini!” kataku. Hmm.... cukup bijak juga ya? he... Yang jelas, aku merasa sangat senang kali ini. Akhirnya impianku tercapai juga.
Selesai...

0 komentar:

Posting Komentar