K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

The Truth of Love

Jumat, 16 Desember 2011

Hana membuat cerpen lagi nih. Semoga bisa bermanfaat ya...
.

The Truth of Love
Cinta, satu kata yang dapat membuat setiap orang terbuai akannya. Banyak orang selalu mengatakan, bahwa ketika seseorang sudah mulai merasakan yang namanya cinta, setiap segi kehidupannya pasti akan terasa indah. Apalagi jika menikmati kehidupan itu bersama orang yang dicintainya.
Akan tetapi, cinta tidak selalu dijalani dan berakhir dengan bahagia. Di zaman modern seperti sekarang ini, yang namanya cinta tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa saja. Bahkan, para remaja yang baru menduduki tingkat SMP saja sudah banyak yang mengetahui apa itu arti kata “cinta”. Sebenarnya, tak perlulah seorang anak SMP tahu akan hal seperti itu. Karena, selain kondisi mereka masih labil, ditambah lagi dapat merusak kualitas otak mereka saat belajar.
Seperti yang pernah terjadi pada Reny dan pasangannya Don. Bermula yang awalnya saling membenci, lama kelamaan jadi saling menyukai, hingga pada akhirnya mereka pun saling jatuh cinta dan menjadi sepasang kekasih. Mereka pun masih duduk di bangku SMP. Kisah cinta yang pahit dan pedih, pernah dirasakan oleh Reny. Alhasil, hingga sekarang Reny masih belum bisa percaya dan memaafkan Don atas kelakuannya.
*Awal cerita....*
***
Seperti biasa, suhu udara di pagi hari yang rendah selalu membuat setiap orang malas untuk beranjak keluar kamar dan terus menyelimuti dirinya dengan selimut tebal. Akan tetapi, beda halnya dengan Reny. Dia pergi ke sekolah dengan riangnya. Udara pagi yang dingin seolah tidak bisa membuat mood-nya down, untuk pergi menimba ilmu. Entah apa yang membuatnya begitu ceria hari ini. Mungkin karena hari ini adalah hari dimana semua pelajaran kesukaannya muncul. Apa mungkin juga karena takut terjebak macet? Atau mungkin ingin segera bisa bertemu dan mengobrol berdua dengan Don? Entahlah, tapi yang jelas hal seperti itu masih bisa menjadi beberapa kemungkinan.
Memang, Don selalu datang paling pagi. Itu juga karena memang kebetulan kunci kelas dia yang pegang. Jadi, mau tidak mau dia harus datang paling pagi. Setelah menaiki beberapa anak tangga, Reny akhirnya sampai di kelas. Berhubung kelasnya berada di lantai 2, jadi mau tidak mau harus menaiki tanggga terlebih dahulu. Setelah menyimpan tas di mejanya, Reny beranjak keluar kelas untuk menarik nafas karena kelelahan menaiki tangga dan berjalan cukup jauh dari gerbang sekolah menuju ke kelas. Sepertinya perjalanan menuju ke kelas saja berat sekali ya?
“Haah.... akhirnya, ada udara segar....” ucap Reny sambil menarik nafas sedalam mungkin, lalu menghembuskannya perlahan. “Pagi, Ren!”  suara yang tidak asing terdengar di telinganya Reny. Reny menoleh ke asal suara itu. “Pagi juga, Don!” ya, itu memang Don. “Capek?” tanya Don iseng.
“Jelas dong! Gila aja! naik tangga segitu banyak, jalan dari gerbang sampai kelas segitu jauh! Siapa yang nggak capek?!”
“Tenang dong! Masih pagi, udara masih seger! Masa kamu udah panas duluan?”
“Kamu sendiri yang manas-manasin aku!”
“Ya maaf deh, maaf!”
Sekali lagi, Reny menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. “Aku beliin minum ya?” seperti biasa, sikap Don yang selalu perhatian pada Reny mulai muncul. “Udah, nggak usah! Udah nggak terlalu capek kok!” balas Reny.
“Bener nih?”
“Iya...”
“Yakin?”
“Yakin...”
“Serius?”
“Serius!”
“Sumpah?”
“Sumpah! Udah ah! Ribet ngomong sama kamu!”
“Itu kan cuma buat hiburan segar di pagi hari aja! Hehe...”
“Nggak lucu!”
“Masa sih? Orang lain aja suka ketawa! Bahkan, ada yang lebih parah! Aku belum ngomong apa-apa aja udah ketawa duluan!”
“Itu sih orang gila yang dengerin!”
“Salah...”
“Terus?”
“Orang nggak waras!”
“Sama aja, bego!!”
“Oh sama ya?”
“Duh, kamu tuh lulus SD nggak sih?!”
“Ya lulus dong! Kalau aku nggak lulus SD, kenapa juga aku bisa masuk SMP? Hayo?”
“Aaaah! Udah! Capek aku!”
“Katanya udah nggak capek, gimana sih?”
“Ih, kamu tuh nyebelin banget sih?!”
“Kalau iya aku nyebelin, terus? Kenapa kamu mau-maunya jadi pacar aku?”
Reny terhenti sejenak. Dapat terlihat, mukanya sedikit memerah. Memang, dari semua pertanyaan di dunia ini, ada satu pertanyaan yang sulit dijawab. Yakni, pertanyaan yang ditanyakan oleh Don. Rata-rata setiap orang menjawab dengan jawaban yang bervariasi. Ada yang bilang, mungkin memang jodoh. Bahkan ada yang bilang itu takdir. Yang lebih parah, itu adalah nasib terburuknya! (Kalau nasib terburuk, kenapa dijadikan pacar ya?) tapi kebanyakan orang selalu menjawab bahwa mereka “cinta” pada pasangannya itu. Lantas, apakah sedemikian pentingnya cinta itu? Benarkah cinta itu merupakan suatu hal yang patut untuk dipertahankan? Sampai-sampai pertanyaan tersulit pun dijawab hanya dengan satu kata yang belum memiliki arti pasti, yaitu CINTA? Cari saja di kamus Bahasa Indonesia! Belum tentu di kamus yang paling lengkap, arti kata cinta ditafsirkan dengan benar. Singkatnya, “jadwal” Reny dan Don di pagi hari berjalan dengan lancar seperti biasa.
*Jam istirahat...*
“Ren! Kita ke kantin yuk?” ucap Selma, salah satu teman Reny yang kebetulan duduk satu meja dengannya. “Nggak deh! Nggak dulu! Aku lagi nggak mau jajan ke kantin...” nada bicara Reny tampak lebih rendah dan tidak sesemangat tadi pagi. Kenapa ya?
“Kenapa? Tumben!”
“Lagi nggak mau aja.....”
“Bener nih? Apa mau titip sama aku aja?”
“Nggak usah! Nanti ngerepotin lagi!”
“Nggak kok!”
“Udah, nggak usah!”
“Bener?”
“Iya...”
“Selma!!!! Jajan yuk?” sahut teman Reny yang lain, Dinda. “Eh, Din! Mau jajan ya? Ya udah! Ayo!” sahut Selma. “Kamu ikut, Ren?” ajak Dinda. “Nggak! Makasih...” sahut Reny. “Ya udah deh! Ayo Sel!” kemudian, Selma dan Dinda pergi ke kantin. Tinggalah Reny sendiri.
Alasan mengapa Reny tidak sesemangat tadi pagi, karena Reny teringat kembali akan mimpi yang dialaminya tadi malam. Ini kedua kalinya dia menganggap mimpinya itu akan menjadi kenyataan. Karena, sebelumnya Reny juga pernah bermimpi, bahwa akan ada salah satu temannya yang meninggal, tetapi dia sendiri tidak tahu siapa orangnya. Lebih tepatnya, dia memang tidak mengenalinya. Dan ternyata, mimpi itu memang benar terjadi. Tepat pada hari Jumat, salah seorang siswa kelas satu, meninggal karena suatu penyakit. Padahal, Reny tidak bermaksud mendoakan hal seperti itu lho! Itu membuktikan bahwa apa yang diimpikan oleh Reny benar terjadi. Dan disaat itulah pertama kalinya Reny menganggap serius apa yang dia impikan. Padahal, Reny biasanya selalu cuek dengan mimpinya. Toh, itu cuma bunga tidur saja, itu yang selalu dia pikirkan.
Dan kali ini, adalah mimpi yang dia amat takutkan. Dia bermimpi bahwa Don, orang yang sangat ia cintai, akan berpaling darinya dan beralih pada wanita lain. Saking takutnya, Reny pun langsung terbangun dari tidurnya saat sedang memimpikan mimpi buruk itu. “Ya Tuhan, apakah mimpi itu akan menjadi sebuah kenyataan seperti sebelumnya?” pikir Reny gelisah. Dia benar-benar khawatir apabila orang yang amat dicintainya itu berpaling darinya dan menghianatinya. Pasti hati Reny akan terasa sakit. Sangat sakit. “Aku harap, itu hanya bunga tidur belaka....” batin Reny.
Tiba-tiba, ada seorang teman Reny, namanya Fany. Dia adalah orang yang selalu menyindir kedekatan antara Reny dan Don. Dia pasti selalu membuat berbagai macam sindiran atau karangan agar bisa membuat Reny dan Don cemburu atau tersipu malu oleh ceritanya itu. Padahal, Reny dan Don sendiri tidak terlalu menanggapi omong kosongnya itu. Tapi, ada yang berbeda kali ini.
“Eh, Reny! Aku punya kabar buruk!” sahut Fany begitu menghampiri Reny.
“Kabar apa?”
“Tapi kamu harus janji supaya sabar dan tabah mendengarnya!”
“Iya, iya...”
Pasti cerita karangannya lagi (mungkin).
“Gini, Ren! Tadi, aku lihat Don lagi berduaan sama perempuan lain di perpustakaan! Perempuannya itu pakai kerudung! Cantik lho!”
Mata Reny terbelalak mendengar perkataan Fany. Baiklah, ini pertama kalinya dia nyaris mempercayai omongan Fany. Apa yang terjadi hari ini percis seperti mimpi yang dialaminya malam itu. ‘Tidak mungkin! Jangan bilang.... kalau... kalau... kalau mimpi itu benar-benar akan terjadi!’ batin Reny. Tapi, dia berusaha melawan rasa cemasnya itu, dan kembali untuk tidak terlalu mempercayai omongan Fany. Lagipula, Don itu memang sudah sering dekat dengan perempuan, tapi hanya sebatas membicarakan soal pelajaran. Jadi, sudah tidak aneh bila Reny mendengar Don dekat dengan perempuan lain. Toh, Don memang dekat dengan anak perempuan. Ditambah lagi, Don selalu menyimpan banyak curhatan anak-anak perempuan yang selalu meluapkan kesedihan mereka pada Don.
“Udahlah Fan, semua cerita kamu itu udah nggak aneh buat aku! Aku udah terlalu sering denger omong kosong kamu...”
“Gue serius, Ren! Sumpah! Barusan aja aku lihat!”
“Udah ah! Nanti malah jadi masalah beneran lagi!”
“Ini memang bener-bener masalah Reny!!!!”
“Kok jadi kamu yang repot sih?”
“Aku temen kamu yang paling setia, Ren! Sebagai sahabat, sudah tugasku melaporkan hal ini padamu!”
“Tugas? Memangnya aku atasan kamu?”
“Ah! Ya udah deh! Terserah kamu aja! Asal jangan sampai menyesal nanti!”
Lalu, Fany kembali menuju mejanya. ‘Ya Tuhan.... apakah mimpi itu benar-benar akan terjadi? Semoga saja tidak....’ pikir Reny. Hingga pada akhirnya, bel tanda istirahat selesai pun berbunyi. Lalu, Reny dan teman-teman sekelasnya, kembali belajar sepeti biasa.
*Sepulang sekolah, di rumah Reny....*
Reny sudah mengganti pakaiannya dan sudah selesai mengerjakan PR, juga sudah melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim, yaitu shalat. Makan siang pun sudah. Sementara orang tua Reny sedang pergi, otomatis Reny hanya tinggal sendiri di rumah. Rasa bosan mulai menghampirinya. Jujur saja, perkataan Fany di sekolah tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. “Apa yang harus kulakukan untuk membuat hatiku ini tidak merasa cemas? Ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku jadi seperti ini? Kenapa aku jadi mempercayai semua hal yang biasanya tidak pernah aku percaya? Mulai dari omongan Fany, sampai mimpiku sendiri. Apakah ini sebuah pertanda? Tapi pertanda apa? Aku tidak merasakan apa-apa kecuali rasa cemas yang terus menyelimuti hatiku. Apa yang sebenarnya akan terjadi? Ya Tuhan, tolong berikan petunjuk-Mu untukku! Aku benar-benar bingung.” batin Reny. Dia nampaknya benar-benar pusing.
Tiba-tiba, Reny terpikir untuk membuka situs pertemanan di internet yang terdapat di handphone miliknya, yaitu facebook. Ya, facebook memang sedang terkenal di kalangan masyarakat saat ini. Reny pun jadi teringat akan facebook milik Don. Karena kebetulan dia mengetahui facebooknya Don, Reny pun iseng membuka facebook milik Don. Ketika mulai terbuka, Reny melihat ada satu pesan masuk ke dalam facebook Don. Reny pun iseng membacanya. Ternyata, dari seorang gadis. 
Dari semua pesan, ada yang membuat hati Reny terasa sakit. Amat sakit. Sangat sakit. Sakitnya melebihi sakit terparah yang pernah dideritanya. Didalam pesan itu, ada kata-kata yang menyebutkan bahwa Don mengatakan beberapa kata yang romantis pada gadis itu. Misalnya, terima kasih cinta, dan you’re welcome sweety candy. Memang, siapa yang tidak mungkin terbuai dengan kata-kata seperti itu. Reny dapat langsung menarik kesimpulan, bahwa ternyata firasatnya selama ini memang benar. Don telah menghianatinya. MENGHIANATI!!!
*Keesokan harinya...*
Reny datang pagi dengan kondisi amarah dan kecewa yang amat besar. “Pagi, Ren!” sapaan Don yang biasanya selalu disambut hangat oleh Reny, kali ini tidak dijawab sama sekali. Reny hanya menatap Don dengan tatapan sebal. “Kamu kenapa sih, Ren?” tanya Don.
“Jangan pura-pura ya?! Aku mau tanya satu hal sama kamu, dan kamu harus jawab sejujur mungkin!”
“Boleh! Nanya apa sih?”
“Kamu udah berpaling dari aku kan?!”
“Apa?!”
“Ya, kamu itu udah ngehianatin aku!”
“Ngehianatin apanya Reny?! Sumpah, aku nggak ngerti!”
“Jangan bohong, Don! Kamu kenal sama yang namanya Fenita kan?!”
“Fenita? Ya, aku kenal! Memangnya kenapa?”
“Kamu pernah ngirimin pesan yang isinya kata-kata sama lagu romantis dari facebook pada Fenita kan?!”
“Oh, itu.... iya, aku memang pernah ngirimin itu. Jadi? Kamu cemburu gara-gara itu? Reny, Reny... dengar ya Ren! Aku sama Fenita nggak pernah punya hubungan apa-apa! Aku sama dia itu cuma sebatas teman! Itu aja! Kamu juga tahu sendiri kan? Kalau aku itu sering deket sama perempuan!”
“Iya, tapi kenapa juga harus sampai ngucapin kata-kata sampai seromantis itu?!”
“Aku ngucapin itu karena aku mau bilang makasih sama dia. Soalnya, waktu itu aku pernah bikin dia marah, terus dia maafin aku. Ya udah! Aku bilang makasih dengan cara itu...”
“Padahal, kalau dipikir pakai akal sehat, kamu itu nggak perlu sampai seperti itu hanya untuk mengucapkan sebuah kata TERIMA KASIH! Cukup dengan makasih, atau thanks, atau apalah itu! Toh, dia juga pasti bisa terima!”
Don terhenti sejenak. Mungkin dia tidak menyangka jika Reny bisa membuat argumen sedetail itu. “Reny, kamu itu udah kelewat batas, tahu nggak? Aku nggak pernah punya hubungan apa-apa sama Fenita! Okay, jujur aja! aku memang pernah menyukai Fenita, tapi itu dulu, Reny! Itu dulu! Dulu sekali! Itu hanya masa lalu!”
“Ya, masa lalu yang masih kau kenang sampai saat ini!”
“Sadar, Ren! Apa yang membuatmu yakin akan semua ini?”
“Pertama, mimpiku! Yang kedua, omongan Feny, dan yang ketiga pesan kamu pada Fenita! Itu yang membuatku yakin!”
“Tapi Ren...aku... aduh.... sumpah Ren! Cuma kamu yang aku sayang! Apa kamu pikir semua laki-laki itu penghianat, termasuk juga aku?”
“IYA!!!”
“Please, Ren! Tolong, percaya sama aku! Aku nggak punya hubungan apa-apa sama Fenita!! Apa perlu? Aku bawa Fenita ke sini buat jelasin semuanya sama kamu?!”
“Nggak usah!”
“Siapa tahu itu bisa bikin kamu percaya!”
“Udah aku bilang nggak perlu!!!”
“Kalau gitu, tolong percaya sama aku, Ren!”
Reny terdiam sejenak. ‘Haruskah?’ pikir Reny. ‘Tapi... hatiku masih terasa sakit! Hanya saja, nampaknya seseorang seperti Don memang tidak mungkin menghianatiku! Tapi... Ya Tuhan... apa yang harus kuperbuat? Aku bingung...’ batin Reny. “Ren?” sahut Don. ‘Percaya tidak ya?’ tanya Reny pada dirinya sendiri. “Bagaimana? Percaya kan?” tanya Don memastikan. Reny pun tersenyum. “Baiklah...” sahut Reny. “Jadi? Kau percaya?” Don semakin memastikan. Reny pun mengangguk. “Oh, God! Thanks a lot! Makasih ya, Ren! Kamu udah mau percaya sama aku!” sahut Don dengan riangnya. “Sama-sama...” ucap Reny.
‘Maaf Don... tapi... aku sebenarnya masih belum mempercayaimu sepenuhnya! Untuk sementara waktu, biarlah aku mencari tahu kebenarannya dengan caraku sendiri. Aku harap, kau akan selalu setia padaku. Jujur Don! Aku juga menyayangimu... jangan sampai kau benar-benar akan berpaling dariku ya?’ batin Reny ditengah senyum palsunya.
***
Dari sanalah! Awal mulanya Reny mulai agak curiga pada Don. Sebenarnya, secara tidak langsung Reny selalu memperhatikan dan mengawasi setiap gerak gerik Don. Ya, tapi aktingnya yang seolah telah melupakan kejadian pahit itu masih terus dia lakukan. Di satu sisi, dia tidak mau mengecewakan Don. Namun di sisi lain, dia juga tidak mudah percaya dengan semua penjelasan Don. Jadi, Reny bepikir mungkin dengan cara berakting inilah jalan yang paling tepat.
Itulah akibatnya bila terlalu mencintai seseorang. Pada akhirnya, hati diri sendirilah yang akan merasakan sakitnya cinta. Jadi, jangan terlalu mencintai seseorang dengan berlebihan. Bisa-bisa, kenyataan pahit yang didapat. Belajarlah untuk bisa menerima apapun dalam kehidupan ini ya? Termasuk pahit manisnya cinta! Karena cinta itu hal yang wajar kan?  
Selesai...

0 komentar:

Posting Komentar