K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

It's Not A Secret Anymore

Minggu, 02 Desember 2012


moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*It’s Not A Secret Anymore By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
DUAAR!
Terlihat kepulan asap yang begitu pekat menyelimuti nyaris seluruh AWS. Suasana hening langsung terasa seketika. Semua nampak tegang saat itu. Ada yang mulutnya menganga, bahkan ada yang sudah mengeluarkan liur. Ew…
Sedangkan Ochi? Dia terlihat memasang senyum sinis yang penuh kemenangan.
“Haha, akhirnya, kau mati juga!” ujar Ochi sadis.
Ochi pun membalikkan tubuhnya, dan langsung mengarahkan tongkatnya ke arah Seta, Seiji, dan Hana yang hampir selesai dengan ritual melepaskan Hana dari pengaruh mantra Ochi.
TREK
Ochi menodongkan tongkatnya lurus-lurus pada ketiga penyihir itu, “Sekarang, aku akan memusnahkan kalian!”
Ochi pun mengucapkan mantra, “Hemilem ai vurufus!”
Naga milik Ochi mengumpulkan bola api yang begitu besar di mulutnya, seakan siap untuk menambah panas situasi dan membakar semua yang ada di sana hidup-hidup. Ochi mengangkat tongkatnya ke atas, dan cahaya hitam kelam pun menyelimuti tongkat itu. “Ada kata-kata terakhir, Pak Kepsek? Pangeranku? Dan…. Budakku?”
“Tch…” Seiji hanya bisa berdecih. Andai saja dia tak terkekang dengan mantra Ayahnya sekarang, dia pasti sudah berlari ke sana, dan menguliti Ochi hidup-hidup.
“Kurasa tidak ada…” Ochi kembali tersenyum sinis, “MATI KALIAN!”
TREK!
Ochi langsung melemparkan tongkatnya tepat ke arah Seta dan yang lain. Dan di saat yang sama, naga Ochi juga menghembuskan api panasnya. Dan tepat saat itu juga…
KLIK KLIK KLIK KLIK KLIK
CRING
DUAR!
Sebuah perisai raksasa yang pegangannya digenggam oleh ekor Kurozaki pun muncul! Serangan Ochi pun tertahan dan hilang! Dan terlihat, Suichi masih berdiri di atas kepala Kurozaki, meski sudah agak melemah akibat mengeluarkan jurus terlalu lama.
“Eh?” Seta kembali membuka matanya yang sempat terpejam karena takut terkena serangan Ochi. Dan di sanalah dia. Kaget, melihat Kakaknya masih tetap hidup, “S-Suichi…”
“Yo…” Suichi menyapa Seta tanpa melihat ke arahnya, “jangan lengah. Ya?”
Seta sempat tertegun sesaat tapi kemudian dia menggangguk dengan mantap, “Baik!”
“Sialan kau!” Ochi nampak geram, karena satu senjatanya sudah hilang. Yakni tongkatnya, “Aku tak akan segan-segan lagi padamu!”
“Silahkan…” Suichi duduk bersila di atas kepala Kurozaki, “aku tak akan pernah takut padamu.”
Ochi dan Suichi pun kembali bertarung. Di sisi lain, Seta sendiri sudah hampir selesai dengan mantranya.
“Seiji, bertahanlah, sedikit lagi!” perintah Seta sambil berusaha menstabilkan staminanya. Seiji hanya mengangguk sambil melakukan hal yang sama.
WHUSH..
Kobaran api yang dikeluarkan Purento sudah semakin menipis. Pertanda mantra hampir selesai.
“Bersiaplah Seiji… segeralah kau gendong Hana, dan amankan dia di tempat yang tersembunyi. Biar aku dan Suichi yang menangani tempat ini.” Sahut Seta sambil bersiap untuk sedikit menjauh dari Seiji. Seiji lagi-lagi hanya mengangguk.
Lama api itu kian mengecil..
Hingga..
WHUSH!
Benar-benar hilang!
BRUK!
Seta pun jatuh pingsan, begitu juga dengan Hana. Namun, Hana langsung ditangkap Seiji, kemudian mereka melarikan diri ke tempat yang aman. Yakni, ke belakang reruntuhan.
Sedangkan Seta, masih tergeletak di medan pertempuran, yang langsung dilindungi oleh Purento dengan kedua sayap panasnya. Warga AWS pun sebagian ada yang menghampiri Suichi, ada juga yang menghampiri Seta.
Arie, langsung menepuk-nepuk pelan pipi Seta, namun ia tak kunjung sadar, “Inglid! Cepat sembuhkan Seta dengan mantramu!”
Inglid mengangguk dan langsung duduk di sebelah Seta. Ia memegang perut Seta, seakan tengah merasakan sesuatu. “Ini tak akan bisa pulih jika hanya dengan mantra biasa.”
“Bagaimana ini?”
“Aku bisa menyembuhkannya. Tapi mungkin dengan bantuan Tenshi.”
“Kau yakin?”
“Iya, Arie-sama..”
“Lakukanlah! Jika memang itu yang terbaik!”
“Baik!”
CLEB
Inglid langsung menancapkan tongkatnya ke tanah, dan menggenggamnya kuat-kuat. Ia pun mengucapkan mantra, “Laulu Taivaan, Tenshi!!” (Ada yang masih ingat kapan Inglid mengucapkan mantra ini? Hehe..)
CRIIING
Tubuh Inglid bersinar sangaaaaaaaaaat terang. Hingga yang memakai soft lens mengganti lensanya dengan warna hitam (?).
TREEEK
Gerbang cahaya pun terbuka, dan Tenshi pun muncul dari belakang Inglid. Ia langsung memasuki tubuh Inglid, dan cahayanya di transferkan ke tubuh Seta lewat tongkat milik Inglid. Untuk sejenak, mungkin Inglid tak akan bisa lepas dari posisi itu. Pemulihan Seta pun dibantu oleh pemberian cahaya kemerahan yang keluar dari paruh Purento ke tubuh sang pemilik. Inglid dan Purento harus dibiarkan tetap seperti itu.
~Seiji’s Side~
-Seiji’s POV-
Aku membaringkan tubuh dari gadis yang paling kucintai ini di belakang reruntuhan bangunan AWS. Kulihat sekilas penampilannya. Berbeda dengan yang tadi. Tadi dia memakai baju penyihir dari Ochi. Namun, begitu aku dan ayah berhasil melepaskannya dari mantra si vampire sialan itu, bajunya kembali berubah menjadi baju penyihir biasa. Dia telah kembali...
Hana...
Oh Tuhan, kenapa dia tak sadar juga?
”Kenapa? Kenapa kau tak sadar juga?” ah, bodohnya aku. Untuk apa aku menanyakan hal bodoh macam itu? Dia tak akan mendengarnya.
TAP
”Seiji...”
”EH?”
Seorang gadis cantik yang memiliki tubuh proporsional itu tiba-tiba berdiri di depanku entah dari mana. Dia.. sang mantan. Puti.
”Puti?” sahutku.
”Bisakah... aku membantu?” tanyanya dengan seulas senyum. Aku tahu, itu senyum yang kecut. Fake smile. Tapi dia sahabat Hana, dia juga ingin membantunya, ’kan?
”Tentu..” akhirnya jawabku.
SRET
Puti langsung duduk di damping badan Hana, dan dia pun menepuk tangannya satu kali, ”Dewi Air, tolonglah aku!”
CRIIING
Sebuah cahaya muncul. Cahaya berwarna turqoise itu membentuk tubuh seorang wanita. Dan ketika cahaya itu lenyap, muncullah seorang gadis dengan penampilan seksi sekali. Aku langsung blushing dan memalingkan wajahku ke arah Hana.
PUK
Puti langsung menempatkan kedua tangannya di dada Hana, dan wanita yang ia panggil Dewi Air itu langsung menempatkan tangannya ke pelipis Puti sendiri. Cahaya pun mengalir ke badan Hana dari Dewi Air itu, melewati Puti. Sama prosesnya seperti aku dan ayah tadi. Wajahku semakin memerah. Entah sudah semerah apa. Dan aku tak tahu lagi harus memalingkan wajahku ke arah mana.
“Puti…” aku memberanikan diri melihat ritual ini. Meski aku tahu, ‘adik’ kecilku sudah sedikit merasa sesak di bawah sana.
“Iya?” jawabnya dengan wajah seakan sedang tak melakukan apa-apa.
“Apa… tak ada cara lain untuk mentransferkan energimu?”
“Tak ada, ini satu-satunya cara.”
“T-tapi… kenapa harus di dada?!”
“Karena pusat energinya ada di sini!”
“B-begitu…”
“Jangan katakan padaku kalau kau—“
“T-tidak! Aku tidak seperti itu!”
“Hoo? Lalu yang di celanamu itu?”
“Berisik! La-lagipula, ini normal, ‘kan?”
“Hahaha… iya iya… aku mengerti. Seiji kan memang pervert!”
“Huh. Lupakan soal aku! Yang terpenting, Hana bisa sembuh secepatnya!”
“Iya, iya…”
….
Hening. Setelah percakapan tadi, tak ada lagi yang berbicara. Kami berdua hanyut ke dalam pikiran masing-masing.
“Ano…” aku berusaha tak membuat suasana jadi canggung. Jadi, aku mencoba memulai pembicaraan saja.
“Hm?” Puti menyahut, tanpa menoleh ke arahku.
“Kenapa?”
“Eh?”
“Kenapa… kau rela melakukan semua ini?”
“Kenapa katamu? Sudah jelas, Hana itu sahabatku! Mana mungkin aku—“
“Tidak, bukan itu maksudku..”
“Lalu?”
“Ini… soal.. masa lalu kita..”
“Masa… lalu?”
“Ya… kau tahu ‘kan.. sebenarnya, penyebab hubungan kita berakhir, secara tak langsung disebabkan oleh Hana..”
“Sudahlah… aku sudah tak lagi memikirkan hal itu..”
“Dan sekarang, kau di sini.. membantu aku dan Hana, dua orang yang sudah jelas menyakiti hatimu..”
“Jika kau ingin aku jujur, tentu saja. Rasa sakit hati itu masih ada pada diriku. Tapi, apakah aku harus selalu larut dalam kesedihan? Kurasa tidak. Meski kalian sudah menyakiti hatiku, bukan berarti aku harus dendam dan tak membantu kalian, ‘kan?”
“Iya sih…”
“Lagipula.. AWS akan jauh lebih baik jika kau bersama Hana. Aku? Haha, aku tak bisa berbuat banyak. Aku hanya mampu berbuat sejauh ini…”
“Puti..”
“Terima kasih ya, Seiji.”
“Eh?”
“Karena kau telah memberikan waktu yang indah kepadaku selama kita bersama.”
“Tidak….
GREP!
…seharusnya aku yang berterima kasih.”
Aku memeluk Puti dengan erat. Aku anggap ini sebagai pelukan persahabatan. Entah kenapa, tak pernah ada rasa yang lebih tersirat daripada itu. Tentu saja, Puti tak memelukku kembali, karena dia masih dalam pengaruh mantra.
“Seiji..”
“Ya?”
“Pergilah, bantu ayahmu dan yang lain. Aku yakin, mereka akan membutuhkanmu..”
Aku melepaskan pelukanku, dan memegang kedua bahu Puti, “Bagaimana denganmu dan Hana?”
“Kami akan baik-baik saja. Percayakan Hana padaku.”
“Kau yakin, bisa menjaganya sendirian?”
“Iya. Cepatlah, kelihatannya Suichi-sama mulai kehabisan tenaga!”
“Baik. Aku serahkan Hana padamu!”
“Iya!”
Dengan berakhirnya percakapan kami, aku pun beranjak pergi meninggalkan reruntuhan. Sambil sekilas menoleh ke arah wajah Hana yang masih tergeletak lemas tak berdaya.
-Normal POV-
Puti melihat ke arah Hana. Dia tersenyum kecil sambil meneteskan air matanya, “Hana.. kau sungguh beruntung, dapat dicintai olehnya..”
~Battlefield~
TAP TAP TAP
Seiji berlari menghampiri Suichi. Dia langsung mengeluarkan tongkatnya tanpa segan-segan.
“Seiji?” Suichi nampak kaget. “Apa yang kau lakukan di sini? Cepat jaga Hana!”
“Tidak! Aku akan bertarung di sini! Sudah ada yang menjaganya di sana!” tukas Seiji.
Suichi tersenyum simpul. Ia sadar, bahwa yang menjaga Hana pasti sahabat Seiji sendiri.
“Sekarang… pastikan kau hanya support dari belakang saja, Seiji! Jangan jadi penyerang depan, terlalu berbahaya!” perintah Suichi.
“Baiklah!” Seiji mundur beberapa langkah. Tepat saat ia berhenti mundur, dia sejajar dengan Hanamura, Kanou, Riku, Lia, Satsuki, Kagami, Ai, Tobi dan Agung. Tidak hanya mereka, murid AWS yang lain juga ada bersama mereka, bersama menghadapi Ochi demi mengembalikan AWS. Tempat yang menjadi kenangan bagi mereka semua selama ini.
“Teman-teman?” sahut Seiji tak percaya. “Kalian sedang apa di sini?! Mundurlah, kalian bisa celaka!”
“Tenang saja, bodoh!” Satsuki menyela, “kami juga punya sihir!”
“Eh?” Seiji hanya bisa berkedip-kedip kebingungan.
“Hoo…” Ochi bertolak pinggang dan berbicara dengan angkuhnya, “Mau sebanyak apapun teman yang kalian kumpulkan, tetap tak akan seimbang dengan kemampuanku! Hahaha!”
Ochi pun memerintahkan naganya untuk menembakkan laser api dari mulutnya!
“GROAA!”
Semburan api-api panas pun keluar!
KLIK KLIK KLIK KLIK KLIK
BYUUUR!
Semburan air yang dahsyat pun keluar dari mulut Kurozaki, hingga melenyapkan api-api itu dan membasahi seluruh penjuru wilayah (?).
“Hahaha!” Ochi malah tertawa dan memerintahkan naganya untuk menembakkan aliran listrik!
Karena arena pertempuran sedang basah, otomatis semuanya terkena sengatan listrik itu!
BZZT BZZT BZZT!
BRUK
Semua terjatuh akibat lemas terkena serangan Ochi. Namun, mereka perlahan bangun kembali.
KLIK
Kagami menekan tombol add properties di kacamatanya. Maka dalam sekejap, muncullah batu-batu yang besar dan tajam di setiap murid. Dengan aura ketua OSISnya (?), ia pun memerintahkan mereka semua, “TEMBAAAAK!”
“HIYAAAAAH!” Hanamura menonjok batu itu hingga terpental sangat jauh tepat ke arah naga Ochi!
“TOBII!”
DUAK!
Satsuki menendang batu itu ke arah Tobi, lalu dia pun menangkapnya dan melemparnya dengan gaya pass andalannya tepat ke arah naga itu! Satsuki tak bisa menendang batu itu langsung ke arah naga, karena kekuatannya berbeda dengan Hanamura. Maka dia membutuhkan kerjasama dengan Tobi.
Nice, partner!” Tobi mengacungkan jempolnya.
“Aku bukan partner kau!” tukas Satsuki.
“Riku!” sementara siswa lain melemparkan batu, Kanou melemparkan cairan kimianya kepada Riku dalam radius ratusan meter!
GREP!
Riku langsung mengambilnya dengan cekatan, dan melemparkannya tepat ke arah Ochi!
DUAR!!
Cairan itu meledak, dan Ochi pun terpental hingga hampir menimpa Ai! Namun, Ai tidak tinggal diam! Dia langsung membusungkan dadanya, dan..
TUING
“Kyaah~” teriak (?) Ai.
BRUK
Ochi pun terpental dengan perisai kenyal milik Ai hingga ia jatuh kembali tepat di depan tubuh Kurozaki!
Sementara itu, selagi ada kesempatan, Agung dan Lia saling mengangguk satu sama lain. Mereka berdua langsung berlari dengan cepat dan…
CLEB! DUAR!
Lia menancapkan pedang emas miliknya di mata kiri sang naga, sedangkan Agung menembakkan laser putihnya ke mata kanan sang naga!
“GROAAAA!”
Naga itu mulai melemah, akibat dia tak bisa melihat apa-apa lagi sekarang.
“Teman-teman…” Seiji nampak menganga melihat semua warga AWS ikut bertarung. Mereka ingin membawa kembali tempat kenangan itu. Mereka ingin AWS kembali dengan damai dan tentram.
TES
Setetes air mata haru keluar dari kedua kelopak mata Seiji.
“GROAA!” naga milik Ochi mengeluarkan semua jurus dari mulutnya dengan membabi buta. Dia sudah melemah, dan jika dilihat-lihat, inilah kesempatan emas untuk menghancurkannya!
Suichi menyadari hal itu, lalu ia pun dengan sigap menekan tombol-tombol opsi yang ada di layar digitalnya.
KLIK KLIK KLIK KLIK
“MAJU, KUROZAKIII!”
CRIIIIING
Tubuh Kurozaki bersinar. Ia pun melesat menghampiri naga milik Ochi, lalu menyeretnya ke gerbang kematian!
Namun…
“GROAA!”
WHUSSSSSH!
Kurozaki mendapat perlawanan! Tubuhnya dibakar habis oleh naga itu, hingga…
DUAR!
Ledakan besar pun muncul, dan Kurozaki pun terlempar kembali ke tempat asalnya, lewat gerbang kematian!  Di samping itu, tak hanya Kurozaki yang terkena ledakan, tapi semua warga AWS yang ikut bertempur saat itu!
CRING!
Gerbang itu lenyap, dan..
BRUK
Suichi yang tadi ikut terbakar pun terlempar, dan tersungkur dengan luka dimana-mana. Begitu juga warga AWS yang lain.
“S-sial…” gerutu Suichi.
SRET
Ochi pun beranjak bangun, dan mendekati naganya lagi perlahan. “Tenanglah, naga bodoh! Aku bisa mengembalikan lagi matamu jika kau mau!”
“TAK AKAN KUBIARKAN!!” teriak Seiji dengan air matanya yang masih berlinang. Dan teriakkannya reflek membuat Ochi berhenti mendekati sang naga, “Teman-temanku sudah berusaha hingga mereka terluka dan babak belur seperti ini… tak pernahkah.. tak pernahkah… kau memikirkan, bagaimana rasa sedih yang kurasakan ketika melihat orang-orang terdekatku terluka?!”
Ochi terbelalak. Sekilas, ia jadi teringat pada Prem, Anchi, Dira, Schyte, dan kedua orang tuanya. Ia teringat akan kenangannya dengan para vampire buatannya itu. Namun, dia langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha untuk tidak mengingat kejadian menyedihkan itu lagi.
“Tahu apa kau tentang rasa sakit?!” bentak Ochi, “kau tak pernah tahu ‘kan… rasanya menjadi asing dan sendirian itu bagaimana? Rasanya dikucilkan oleh masyarakat karena perbedaanmu bagaimana? KAU TAK PERNAH TAHU DAN MERASAKAN SEMUA ITU, ‘KAN?!”
Seiji menggigit bibir bawahnya dengan keras. Sambil mengepalkan tangannya dan mendekati Ochi, ia berkata, “Aku juga selalu merasakan rasa sedih itu. Meski aku tak begitu ingat, tapi aku masih merasakan rasa sedih ketika aku dibuat oleh ramuanmu, dan terlahir ke dunia ini. Aku juga selalu merasa kesepian. Dikucilkan, dicaci maki, aku mengalami semua yang kau rasakan. Karena kita pernah terlahir ke dalam jenis yang sama, yakni vampire. Apalagi ketika aku tahu, di usia yang masih dini, aku sudah disuruh menikahimu. Itu membuatku tambah sakit. Dan ketika aku pergi ke hutan untuk melarikan diri, di sanalah… aku bertemu dengan ayah dan ibu…”
Suichi berpikir sejenak, “Ayah… Ibu… maksudmu, Seta dan Yuki?”
“Tapi… tapi kemudian kau membunuh ibuku!! Kau pikir rasa sakit yang kurasakan ini bisa terganti begitu saja, hah?! Kehilangan sosok seorang ibu yang baru kita temui beberapa menit, lalu kemudian mati… apakah… apakah kau setega itu, OCHI?!”
“DIAM KAU!!” bentak Ochi lebih keras, “aku juga… aku juga pernah merasakan kehilangan seorang ibu… tapi… tapi—“
“Tapi sayangnya dia bukan manusia atau makhluk hidup alami, iya ‘kan?! Dia mati sebagai abu, bukan mayat. Kau tak merasakan apapun, ‘kan? Karena kau tahu, kau bisa membuat ibu yang baru dengan ramuanmu! Satu-satunya vampire asli yang harus dimusnahkan itu hanya kau!!! Sang keparat yang mempermainkan hidup dan perasaan orang lain!!”
CRIIING
Mata Seiji bersinar, dan dia pun perlahan mengambil tongkatnya. Muncul pentagram tepat di kedua bola matanya. Ia pun menodongkan tongkatnya, dan berbalik arah pada sang naga yang masih mengamuk.
KREK
Tanah yang dipijak oleh Seiji, langsung mengalami keretakan.
“Gawat!” Suichi langsung berinisiatif membuat tanah yang ia pijak dengan warga AWS yang lain menjadi lebih tinggi.
KLIK KLIK KLIK KLIK
DRR DRR
Tanah tempat ia berkumpul, begitu juga Seta, Hana, dan yang lainnya menjadi beberapa meter lebih tinggi dibanding Seiji dan Ochi.
“Ini saatnya kau bertarung sendiri, Seiji…” gumam Suichi.
WHUSH
Seiji melemparkan tongkatnya, dan…
TRIIING
Tongkat itu bersinar…
“Auuuuu..” lolongan serigala yang begitu keras terdengar.
CTIK
Seiji menjetikkan darinya, dan mengucap mantra, “Koi, Niiji!”
“Auuu!”
BRUK!
Niiji pun mendarat dari langit, dan turun dengan tegap serta gagah di depan Seiji. Niiji melihat naga Ochi yang semakin melemah dan tak terkendali.
“Rwwrr…”
“Kau ingin memakannya, eh?” tanya Seiji pada Niiji dengan senyum sinisnya, “jika kau memang lapar, makanlah! MAKANLAH DIA, NIIJI!!”
SRET
Seiji menunggangi Niiji…
“Auu!!” Niiji kembali melolong dengan kuat, dan berlari cepat mendekati naga Ochi yang berukuran ratusan kali lipat lebih besar dibanding dirinya sendiri ini.
“Jangan macam-macam kau!!” Ochi langsung mengejar Seiji yang tengah menunggangi serigala itu.
Dia lain tempat, Fuji dan Hiruma saling bertukar pikiran.
“Hiruma…” Fuji memulai pembicaraan.
“Hn?” sahut Hiruma malas.
“Kita sebaiknya turun, dan bantu Seiji di bawah sana. Nampaknya, emosi dia sedang tak terkendali.”
“Kau yakin? Berdua saja?”
“Aku ikut!” ujar Mizu, “aku tak akan membiarkan Fuji bertarung tanpa aku!”
“Baiklah…” Fuji tersenyum. Ia sudah tahu seperti apa Mizu, jadi melarangnya pun percuma.
“Baik, siapa lagi yang akan ikut?” tanya Hiruma.
Sebenarnya, tanpa ditanya pun dia sudah tahu.
“Aku ikut.” Shujin berdiri dengan tegap dan mengepalkan tangannya. “sudah lama juga aku tak meremukkan badan orang. Hehe!”
CRING!
Mantra Inglid sudah selesai, badannya berhenti bersinar, dan Tenshi pun keluar dari tubuhnya. Inglid berdiri, dan ikut masuk ke dalam pembicaraan. “Aku ikut!”
Semua mengangguk, dan langsung melihat ke arah Seta yang matanya mulai terbuka perlahan. Seta pun berbicara, “Bantulah… Seiji… sekarang… semua kuserahkan… pada kalian…”
“Beristirahatlah, Seta-sama, Suichi-sama, Arie-sama…” ucap Mizu. “sekarang adalah tugas kami…”
Ketiga penyihir senior itu mengangguk, dan tersenyum lembut. Dan perlu diketahui, begitu Inglid selesai dengan jurusnya, Purento juga ikut pergi bersama Tenshi.
WHUSH
Agen Himitsu itu langsung melompat turun dari tanah tinggi yang dibuat oleh Suichi tadi.
*sementara itu…*
Di lain tempat, Puti juga sudah selesai dengan mantranya. Dewi air juga sudah tak ada karena tugasnya telah usai.
“Ngh…” Hana membuka matanya perlahan. Dan ketika ia sadar, ada Puti di sampingnya. Sedikit rasa kecewa terbesit dalam benak Hana, karena yang menyelamatkannya bukan Seiji.
Seolah tahu apa yang dipikirkan Hana, Puti langsung menggenggam tangan sahabatnya itu, “Hana… asal kau tahu saja.. yang menyelamatkanmu itu Seiji, aku hanya membantu proses pemulihanmu.”
“Benarkah?”
“Iya… sekarang, apa kau akan diam saja di sini dan tidur-tiduran, atau pergi ke medan pertempuran bersamaku untuk membantu Seiji?”
“Pertempuran?” tanya Hana bingung. Ia melihat sekeliling. Gersang, dan banyak reruntuhan. “Kita… di mana?”
“Ini AWS….”
“A-AWS?”
“Iya… kau dan Ochi yang telah membuatnya begini…”
“Aku dan…. Ochi? Tapi… kenapa?”
“Ceritanya terlalu panjang. Yang terpenting sekarang, kau mau membantu atau tidak?”
Hana memperhatikan Puti sejenak, namun ia langsung mengangguk, “Baik. Aku akan memperbaiki semua kesalahanku!”
“Itu baru Hana yang kukenal!”
SRET
Puti menarik tangan Hana, hingga mereka berdua berdiri bersama.
“Siap?” tanya Puti.
“Kapanpun!” jawab Hana mantap. Dan kedua gadis itu langsung masuk ke medan pertempuran juga.
~Battlefield~
Seiji masih terlihat menunggangi Niiji yang berlari dengan cepat, “AYOOOO, LEBIH CEPAT NIIJII! LAHAP MONSTER SIALAN ITUU!”
Roki Gurapu!”
KREK
GREP!
BRUK!
“Agh…” tubuh Seiji digenggam sekepal tangan yang terbuat dari batu, yang kemudian menariknya hingga terjatuh.
TAP TAP TAP
Sang pemilik mantra mendekati Seiji.
“Shujin-senpai?” sahut Seiji kaget.
“Jangan buru-buru, dasar anak labil.”
“Lepaskan aku!!”
“Diam saja kau di sini!”
TREK
Flame barrier!!”
DUAR!
Hiruma menodongkan tongkatnya ke depan Niiji yang masih berlari, dan menyuruh Akama membuat dinding api raksasa sebagai pemisah antara Niiji dengan naga Ochi. Reflek, Niiji pun berhenti berlari.
“Rwwr…” Niiji nampak geram dengan tingkah Hiruma.
Hiruma menyeringai, “Ada yang salah, Serigala Sialan?”
Aisu Purizu!”
KREK!
Kaki Niiji tiba-tiba saja tertimbun salu yang begitu berat!
Terlihat Mizu tersenyum manis sambil memutar-mutar tongkatnya. “Kenapa, serigala kecil? Ingin berlari?” tanya Mizu.
“Bagus, mumpung ada kesempatan!” gumam Ochi yang lalu berlari menghampiri naganya.
“Tidak secepat itu!” sahut Fuji. “Gate, open!”
KREEEEK
“Kuroma!”
GREP
Gerbang kematian terbuka. Sebuah tangan raksasa muncul dari balik gerbang itu, dan menggengam tubuh Ochi erat-erat.
“Sial! Lepaskan aku!” bentak Ochi.
CRIIING
Inglid tiba-tiba muncul di depan Ochi dengan cahaya yang cukup terang.
“Sial! Enyah kau dari hadapanku! Sinarmu! Aagh!”
“Kau ingin seberapa terang, eh?” tanya Inglid dengan Tenshi tepat di depannya.
Purasu wate!”
BYUUUR!
Kobaran api yang dibuat Hiruma, langsung padam seketika dengan semprotan air yang keluar dari tongkat Puti!
“Dasar kau! Kau memusnahkan kobaran apiku yang indah!” gerutu Hiruma.
Puti mengibaskan rambutnya, “Lantas kenapa? Masalah? Apimu itu terlalu besar, membuatku panas!”
TAP TAP TAP
“Seiji…”
Seiji menoleh ke sumber suara di belakangnya, “Hana?!”
“Senang bisa melihatmu lagi..”
“Kau… kau… Hana?”
“Kau pikir siapa lagi, hah? Hahaha!”
PUK
Hana menepuk kepala Seiji yang tengah terduduk dan terkepal itu (?). “Serahkan saja pada kami. Kau sudah cukup banyak bertarung, Seiji.”
“Heh, kau pikir aku akan kalah semudah ini? Cuma kepalan tangan kok..”
SRET SRET SRET SRET
Seiji mengeluarkan dedaunan yang tajam, runcing, dan kuat! Hingga batu yang mengepal tubuhnya pun hancur oleh sayatan daun milik Seiji!
“Dasar keras kepala…”
“Itulah aku…”
“Seiji bodoh…”
“Hana bodoh…”
“Hey—“
“Ayo! Kita juga harus bantu yang lain!”
“Haha, baik baik!”
TAP TAP TAP
Kedua pasangan itu langsung maju ke medan pertempuran. Agen Himitsu yang lain tersenyum, dan mereka langsung mendekati naga Ochi, lalu bertarung dengannya. Sedangkan Hana dan Seiji mengawasi Ochi yang sudah dilepaskan oleh Inglid dan Fuji.
“Sekarang… aku tak akan segan-segan lagi padamu!” ujar Seiji.
“Kita bereskan semua ini… sekarang juga!” sahut Hana.
“Kemarilah dan hadapi aku… jika kalian memang bisa!” tukas Ochi sambil mengeluarkan senyum sinisnya.
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan

0 komentar:

Posting Komentar