K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

A Complicated Moment

Minggu, 02 Desember 2012

moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*A Complicated Moment By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
Suichi berdiri dengan gagah di atas kepala Kurozaki. Dia nampak seperti seorang penyihir kegelapan yang telah lama disembunyikan keberadaannya. Dengan layar digital transparan yang ada di depannya saat ini, tentu membuat kita bertanya-tanya, kenapa seorang penyihir bisa begitu canggih. Tapi itulah yang membuat dia berbeda dibanding penyihir lain. Karena itulah, julukannya Multidigi Wizard. Penyihir yang mempunyai banyak kemampuan, pintar dalam teknologi, serta membawa aliran kegelapan yang berbeda dengan yang lain. Monster miliknya pun Kurozaki, ‘sesepuh’ dari semua monster. Mungkin dia adalah kategori penyihir terhebat di abad ini.
“A-apa…. Benar itu… kau…” Ochi nampak terbata-bata begitu mendengar julukan Suichi.
“Kenapa? Kau takut dengan keberadaanku, eh?” nada bicara Suichi terdengar sangat sinis.
Ochi menghentikan mantranya pada Hana sejenak, namun tetap membiarkannya mengendalikan seluruh AWS beserta monster-monsternya.
Ochi mundur beberapa langkah sejenak, “Kau… jadi kau… orang yang membuat semua hal tentang dunia penyihir ini?!”
Suichi duduk di atas kepala Kurozaki, sambil mengelusnya ia berbicara, “Bagaimana ya? Itu terlalu tinggi. Tapi, bisa dikatakan seperti itu. Hahaha!”
“Gara-gara kau… gara-gara kau.. aku harus kehilangan orang tuaku, dan juga pangeranku!” Ochi mendelik ke arah Seiji.
“Orang tua? Bukankah raja dan ratu vampire itu hanya orang tua buatanmu? Kau membuat mereka semua, agar kau tidak kesepian. Iya ‘kan?”
“B-bagaimana kau…”
“Aku tahu segalanya, nona! Bahkan aku tahu ketika kau menculik Seiji yang kesepian di tengah hutan, dan membesarkannya dengan ramuan yang kau buat bertahun-tahun. Hahaha!”
Seiji terbelalak. Begitu juga Seta. Seiji baru sadar, jadi selama ini dia besar dan dewasa gara-gara sebuah ramuan, bukan pertumbuhan alami. Tubuhnya dewasa karena obat, sedangkan pikirannya dewasa berkat didikan Seta. Seta baru menyadari, ternyata dugaannya waktu menemukan Seiji bersama Yuki itu tepat. Tubuh Seiji dewasa, namun sifatnya masih kekanak-kanakan. Ternyata, itu semua ulah Ochi. Ochi yang ingin mendapatkan teman, dan tak ingin kesepian.
“Melihat tingkahmu yang haus akan kasih sayang itu… membuatku jijik!” Suichi mendelik tajam pada Ochi, “hanya karena kesendirianmu, kau memanfaatkan memori dan tubuh orang lain yang tak berdosa agar bisa kau paksakan menjadi temanmu! Hanya karena dirimu saja yang terlahir sebagai seorang vampire, bukan berarti kau bisa memaksa orang lain menjadi vampire juga, nona muda! Maka dari itulah, aku sudah memberikan program penyihir kepada Seta, agar dia bisa merekrut orang-orang yang pantas sebagai penyihir untuk menghancurkanmu!”
“Biadab kau!”
“Kenapa, kau tak suka? Kau kaget, karena kau baru tahu aku yang mengatur jalannya semua permainan ini?”
“DIAM KAU!!”
CRING!
*gerbang AWS*
Monster ciptaan Ochi langsung hilang. Seluruh petarung yang ada di gerbang langsung menghela nafas sejenak. Namun ada juga yang kaget dengan kejadian tak terduga ini.
Inglid langsung jatuh terduduk, “Apa yang terjadi?”
“Kenapa ini?” pikir Fuji yang langsung menyimpan kembali pedangnya di tempatnya.
“Apakah kita… menang?” tanya Ai.
“Sebaiknya kita bantu Pak Ryo dan Pak Shimichi untuk mengevakuasi warga AWS yang lain! Ayo!” perintah Arie yang kemudian langsung berlari masuk ke dalam gedung AWS diikuti yang lainnya.
*di dalam gedung AWS*
CRING!
Monster ular yang sudah pingsan akibat ramuan pemberian Kanou juga ikut menghilang. Sama seperti sebelumnya, yang awalnya bukan penyihir, langsung merasa kaget. Riku juga bertanya-tanya, “Kenapa ini?”
“Apakah kita menang?” tanya Hanamura.
CRING!
Kaca transparan juga ikut menghilang!
“Kacanya lenyap!” sahut Puti.
“Sepertinya ada sesuatu yang terjadi di atas sana..” pikir Shujin.
“Sekarang bagaimana?” tanya Lia.
“Aku juga tak tahu. Karena sepertinya akan terlalu berbahaya jika kita langsung menyelundup ke atas, dan ikut bertempur. Ditambah lagi, ada Kurozaki di atas sana.” Jelas Hiruma serius yang tumben-tumbennya tak memakai embel-embel sialan dalam kalimatnya.
“Hirumaaaa! Putiii! Shujiiin!”
“Hm?”
Seseorang memanggil mereka dari jarak yang tak terlalu jauh. Ternyata itu Mizu dan yang lain, dipimpin Arie di depan mereka.
“Teman-teman?” Puti nampak senang karena mereka selamat.
“Sedang mengevakuasi?” tanya Arie.
“Kurang lebih begitu. Tadi ada sedikit halangan dari monster, tapi sudah teratasi.” Jelas Hanamura.
“Apa jangan-jangan… Hanamura dan yang lain juga.. mempunyai sihir?” tanya Inglid.
“Kenapa kau bisa tahu?” tanya Kanou.
“Karena hal yang sama juga terjadi pada kami..” jelas Satsuki sambil memasukkan tangannya ke saku celana.
“Sekarang sebaiknya kita lanjutkan evakuasi kita. Siapa tahu masih ada warga AWS yang tertinggal di dalam!” perintah Arie yang langsung disambut anggukkan dari yang lain. Mereka semua pun langsung bergegas. Masing-masing dari mereka berpencar dan menyusuri ruang per ruang.
*kembali ke atap AWS*
Seiji melirik ke bawah gedung AWS. “Monster yang tadi hilang…”
“Hoo… sepertinya kau kehilangan kendali atas mantramu hanya gara-gara omonganku.” Suichi menyeringai.
“Hentikan! Hentikan kata-kata menyakitkanmu itu!” Ochi menutup telinganya yang runcing itu rapat-rapat dengan kedua tangannya.
“Aku sarankan sekarang juga padamu.. menyerahlah, dan lepaskan mantramu dari Hana!”
“Heheh… begitukah?”
“Hm?”
“Kau pikir aku akan menyerah begitu saja, dan langsung menyerahkan anak berpotensi ini?” Ochi mengelus kepala Hana layaknya anak kecil. Tentu saja tak ada tanggapan dari Hana, karena dia sudah tak sadarkan diri akibat sedang memakai jurus untuk melindungi perisai yang mengepung seluruh AWS.
“Berpotensi?”
“Dia memiliki jumlah stamina yang luar biasa dibanding manusia lain. Di samping itu, dia anak polos, darahnya masih segar pula. Dia bisa kumanfaatkan sebagai budak pribadiku! Iya, ‘kan? Hahaha!”
“Tch, kau ini. Cukup! Cukup dengan semua kekejaman yang telah kau perbuat! Jika kau memang ingin mengambil darah manusia, ambillah milikku!”
“Suichi, jangan berpikir bodoh!” Seta mengingatkan.
“Hoo.. benarkah?” tanya Ochi dengan senyum sinisnya, “aku meragukan kalimatmu, tuan penyihir yang hebat.”
“Kenapa?”
“Karena kau sudah tak bisa kupercaya lagi, setelah menghinaku dan menekanku terus-menerus sedari tadi!”
“Begini saja, kita buat kesepakatan.”
“Apa itu?”
“Kita bertarung. Jika kau menang, kau berhak mendapatkan aku, dan seluruh kekuatanku. Tapi jika aku yang menang, lepaskan Hana, dan tinggalkan AWS untuk selamanya!”
“Baik. Aku setuju! Karena kedengarannya cukup adil.”
Seta nampak sangat tak setuju, “Suichi, jangan lakukan itu! kau bisa—“
“Tenang saja…” Suichi menoleh ke belakang, ke arah Seta, “aku tak akan mati dengan mudah, adikku yang sok tahu! Hihi…”
“K-kakak..”
“Yosh…”
KLIK
Suichi menekan beberapa opsi yang ada pada layar digital transparan di depannya. Tertulis ‘Battle Mode’ di layar itu (Sedikit disclaimer, sistem bertarungnya Suichi saya ambil sedikit dari Sword Art Online. Hanya saja, cuma Suichi yang bisa menggunakan cara bertarung seperti ini, dan ini bukan di dunia game. Sekian disclaimer nyempilnya~).
“Baiklah….” Suichi berdiri tegap, seakan sudah siap untuk mempertaruhkan nyawanya, “haruskah kita mulai sekarang?”
“Tentu!”
TREK
Ochi langsung mengambil tongkat miliknya, dan kemudian mengangkatnya ke atas kepalanya, lalu mengucap mantra, “Cherny Drakon poyavlyayetsya!”
GLUDUK GLUDUK
Sekali lagi, langit mengeluarkan gemuruhnya yang menyeramkan. Kilat terlihat lagi di sana-sini. Dan tak lama kemudian..
“Groaa!”
Seta, menyadari seekor naga hitam muncul dari langit, lalu terbang menukik dengan tajam ke arah Suichi, “Suichi, awas!”
KLIK
DUAAR
BRUK
Sebuah perisai hitam transparan langsung muncul melindungi Suichi, tepat ketika ia sudah menekan sebuah opsi di layarnya. Naga itu langsung tersungkur ke samping Ochi, namun tak lama, ia bangun kembali.
“Hoo, jadi itukah jenis self defense milikmu? Melindungi dan menyerang sekaligus? Lumayan..” puji Ochi dengan sinis.
“Kenapa? Kau takut?” tanya Suichi dengan senyuman yang tak kalah sinisnya.
“Tidak. Apa ada alasan lain bagiku untuk takut hanya kepada seorang penyihir sepertimu?”
“Hmm, jawaban yang bagus. Aku suka itu.”
Di sisi lain, Seta dan Seiji saling berbisik, “Seiji, selagi ada kesempatan, cepat selamatkan Hana! Aku akan mengawasi semua pergerakan Ochi dari sini.”
“Baiklah, ayah!” sahut Seiji mantap, yang kemudian langsung menggenggam tongkatnya kuat-kuat. Seiji pun langsung mengambil ancang-ancang seperti hendak berlari sprint, lalu mengucap mantra pelan, “Nevidimy skorosti!”
WHUSH!
Seiji langsung berlari dengan kecepatan sangat tinggi, sampai-sampai tak terlihat oleh kasat mata. Namun, Ochi tentu saja bukan seorang vampire yang bodoh, yang tak bisa melihat semua pergerakan Seiji. Maka, ia langsung menodongkan tongkatnya ke arah Hana, dan mengucap mantra, “Tysyachi!”
“A-apa?!”
DRR DRR
Ribuan vampire yang merupakan anak buah buatan Ochi langsung muncul dari dalam tanah, dan beridir di antara Hana dan Seiji.
CKIIIIT (?)
Seiji langsung berhenti berlari, yang menyebabkan sedikit asap muncul (?). “Sial…” umpat Seiji.
“Baiklah, sekarang aku bisa fokus kembali padamu…” Ochi kembali mengeluarkan seringainya.
“Sial kau!” Suichi langsung menekan beberapa opsi lagi, lalu…
WHUUSH!
SRET SRET SRET SRET SRET
Angin kencang datang beserta dedaunan yang sangat banyak dan runcing datang, menebas seluruh badan vampire itu hingga terbelah menjadi dua.
“Hebat! Gabungan dua elemen…” pikir Seiji.
“Sulit dipercaya… kau sudah menguasai semua elemen, bahkan sudah bisa menggabungkannya.” Puji Seta pada Kakaknya itu.
“Tak ada waktu lagi, sebaiknya kau cepat Seiji! Mereka itu vampire yang bisa kembali lagi ke badannya! Mereka tak akan mati!”
“Baik!”
WHUSH!
Seiji kembali berlari cepat, dan langsung dengan hitungan detik, sudah sampai di belakang Hana, dan menggenggam bahunya erat-erat. “Akhirnya… akhirnya… aku bisa menyentuhmu kembali.. Hana..”
“Sialan kau! Keh, baiklah, aku bisa menguasai AWS dengan tanganku sendiri! Lagipula, perjanjian tetaplah perjanjian, ‘kan?” sahut Ochi dengan geram.
“Ya… aku tak akan melanggar perjanjianku..”
Di lain pihak, Seta langsung menghampiri Seiji, dan dia langsung menepuk punggung Seiji. “Kau siap?”
Seiji mengangguk dengan mantap, “Ya!”
“Baiklah, kita segera bawa Hana kembali ke pihak kita.”
“Oh iya. Bagaimana caranya ayah? Aku ingin sekali menanyakan hal ini dari dulu.”
“Tak usah banyak bicara! Sekarang cepat arahkan tongkatmu kepada Hana!”
“B-baik!”
SRET
Seiji langsung mengarahkan tongkatnya tepat ke arah punggung Hana yang tengah bersinar merah merekah akibat pengaruh mantra dari Ochi.
CLEB
Seta langsung menancapkan tongkatnya ke tanah, dan mengucap mantra, “Prikhodit, Purento!”
TES
Sepercik api menetes di muka bumi.
CRING
Sepasang mata yang tajam berwarna hijau emerald, terlihat dari sebuah lubang yang muncul tepat di belakang Seta, yakni di atas kepalanya. Seiji langsung terbelalak. Dia merasakan aura mosnter lagi, yang hampir sama besarnya dengan milik Suichi.
‘Apakah ayah… mempunyai monster juga?’ batin Seiji.
WHUUUSH!
Angin kencang yang panas langsung terasa oleh Seiji, ketika seekor burung phoenix melesat terbang tinggi ke atas langit disertai ekornya dan jari-jari sayapnya yang memiliki api.  Seiji hanya bisa menganga. Tak menyangka, bahwa dunia penyihir bisa sampai sehebat ini.
“L-luar biasa…” gumam Seiji.
SRET
Burung bernama Purento itu langsung terbang di belakang Seta, dan membuka paruhnya lebar-lebar. Seta memejamkan matanya perlahan, dan ketika ia membukanya kembali, lambang pentagram sudah tertera di bola matanya! Dia pun menodongkan tongkatnya ke punggung Seiji, dan mengucap mantra, “Vlast ognya!”
WHUUSH!
Purento langsung menyemburkan api yang panas kepada Seta, namun anehnya, Seta tak ikut terbakar. Justru, api itu menjalar seperti aliran energi dari tongkatnya ke badan Seiji, lalu ke tongkat Seiji, sampai ke badan Hana!
“Agh…” Seiji nampak langsung tak kuat menerima aliran energi dari ayahnya. Dia merasa sangat panas, karena dia hanya dilindungi oleh beberapa lapisan energi dari elemennya saja. Dia belum sekuat ayahnya.
“Bertahanlah, Seiji!” Seta hanya bisa menyupport dari belakang.
“Tak akan kubiarkan!” Ochi langsung mengarahkan naganya untuk melempar bola listrik hitam ke arah Seta dan yang lain, tapi langsung dihalangi oleh Suichi!
KLIK KLIK KLIK KLIK
Suichi menekan opsi dengan sangat cepat dan lincah, hingga Kurosaki menyemburkan api hitam yang menghadang bola listrik hitam milik Ochi!
DUAR!
Terjadi ledakan dahsyat, yang membuat Suichi dan Ochi terpental agak jauh. Namun, itu tak membuat mereka lemah begitu saja.
“Belum selesai!” Ochi langsung mengayunkan tongkatnya, dan menyuruh naganya untuk menyemburkan aliran listrik hitam ke arah Suichi!
KLIK KLIK KLIK KLIK
Suichi langsung menekan opsi lagi, dan Kurozaki pun menyemburkan api hitamnya yang tak kalah panas dari Seta!
DUAR!
Lagi-lagi, ledakan terjadi.
*di gedung AWS*
“Gawat! Gedung AWS akan hancur!” ujar Arie panik.
“Kita harus segera keluar dari gedung ini sekarang!” sahut Mizu.
Fuji dan para penyihir lainnya menggunakan sihir mereka untuk membawa setengah dari beberapa warga AWS keluar dari ruang evakuasi menuju ke halaman belakang.
Sekarang, AWS benar-benar sudah hancur. Semua bangunan, rata dengan tanah.
Begitu semua warga keluar dari AWS, mereka melihat Seta, Suichi, Seiji, beserta kedua monsternya, tengah bertarung melawan Ochi. Tepat di hadapan mereka.
“P-Pak Seta?” gumam Satsuki tak percaya. Melihat apa yang tengah dilakukan oleh kepala sekolah AWS itu, wajar saja, jika yang bukan penyihir pada awalnya, merasa heran.
“Siapa laki-laki itu?” tanya Tobi.
“Itu Suichi. Dia Kakaknya Seta..” jelas Arie yang otomatis membuat semuanya takjub, kecuali agen Himitsu tentunya. Mengapa takjub? Karena Suichi jauh lebih tampan dan bertalenta dibanding Seta yang menurut mereka sudah lebih dari luar biasa sekalipun. Seta saja luar biasa, bagaimana Kakaknya?
Sedikit mengingatkan, Seta dan Seiji beserta Purento tak mengubah sedikit pun posisi mereka, meskipun telah jatuh dari atap AWS yang sudah hancur.
KLIK KLIK KLIK KLIK
Suichi kembali menekan opsi, dan Kurozaki pun mengeluarkan angin topan dari mulutnya!
“Agh!” Ochi nampak agak kewalahan, jadi dia hanya membuat tameng untuk sementara.
“Teman-teman, hati-hati!” Ai langsung berinisiatif membusungkan dadanya yang berukuran cukup besar itu ke depan, dan membuat perisai!
DUAK!
“Kyaa~”
BRUK
Ai tersungkur karena perisainya tak cukup kuat menahan kekuatan Suichi!
“Agh, dasar payah…” pikir Mizu sambil sweatdrop. Ia pun langsung maju ke barisan paling depan, kemudian membuat perisai yang tebal dan besar dengan kekuatan saljunya. “Ini baru perisai! Heheh!”
“Mizu memang yang terbaik!” Fuji mengacungkan jempol untuk kekasihnya itu.
“Mou, curang! Kalau begitu aku akan membesarkan lagi dadaku, agar perisaiku juga jauh lebih besar!” umpat Ai kesal.
Pernyataan Ai itu sukses membuat semua wanita sweatdrop. Sedangkan laki-laki membuat wajah blushingnya masing-masing. Termasuk Hiruma, Fuji, Shujin, dan Arie!
DUAR!
Suichi langsung tersungkur, karena tenaganya saat mengeluarkan angin topan itu agak terkuras cukup lama.
“S-sial…” umpat Suichi sebal.
“Hahaha! Sepertinya, sehebat apapun kau, tetap saja kekuatanmu itu ada batasnya.” Ochi mendekati Suichi sambil memerintahkan naganya untuk membuat bola listrik.
Suichi berusaha bangun, namun hasilnya nihil. Tubuhnya kaku untuk sejenak.
“Ada kata-kata terakhir, Multidigi Wizard?”
Suichi hanya diam, sambil mendelik tajam ke arah Ochi.
“Oh, baiklah. Kurasa tak ada! Mati kau!!”
“GROAA!” naga itu melemparkan bola listriknya ke arah Suichi… dan…
DUAAR!
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan

0 komentar:

Posting Komentar