K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

A Wall Between Us

Senin, 06 Februari 2012

 
moshi-moshi,  Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*A Wall Between Us By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
~kamar Hana~pkl 00.00~
-Hana’s POV-
“Aaaaaah, aku tak bisa tiduuuur!!” aku terus berguling-guling di kasurku, sambil berusaha terus memejamkan mata.
Entah kenapa, aku terus memikirkan tentang reaksi Seiji yang terbilang ‘tak biasa’ padaku waktu itu.
Dia memang selalu memelukku, dan selalu ada disaat aku membutuhkannya. Dia dapat dijadikan sandaran.
Biasanya reaksiku juga hanya dengan jitakan, atau ocehan.
Tapi tidak untuk kejadian satu itu.
Aku memukul kepalanya, tapi dia hanya terus memelukku. Normalnya, dia pasti langsung memasang wajah memelas andalannya. Tapi… kenapa dia hanya terus memelukku? Dan bodohnya lagi, kenapa aku harus memeluk dia juga? Kenapaaaa?!
Aaah, semua ini membuatku gila!!
Kenapa aku ini?!
Apakah jangan-jangan aku menyukai Seiji?
Eh?
Tidak! Itu tidak mungkin!!
“Apa yang kupikirkan?! Dasar bodoh!”
PLAK
Aku menampar pipi ku sendiri.
Panas.
Nah, aku bodoh lagi. Untuk apa aku menampar pipi ku sendiri? Ah, tidak logis.
Tapi… kalau boleh jujur, aku sendiri juga sebenarnya suka diperlakukan seperti itu oleh Seiji.
Aaah, apa aku sudah gila?!
PLUK
Aku menutup wajahku dengan bantal, dan mencoba terlelap.
Hingga akhirnya, mataku benar-benar terpejam dan alam bawah sadarku memintaku memimpikan dirinya.
~keesokan harinya~
-Normal POV-
Agen Himitsu tengah mengobrol di kantin sambil menikmati sarapan mereka.
“Lagi-lagi, sekolah diliburkan.. padahal hari ini jadi hari pertama kita masuk sekolah lagi setelah libur panjang…” gerutu Mizu.
“Iya, habisnya sedang ada proyek renovasi sekolah gara-gara kejadian kemarin…” jelas Seiji.
“Tapi yang aku sayangkan, kenapa kita tak melakukan kegiatan apapun? Apakah hanya menghabiskan makan di kantin saja? Huh…”
“Ya, kalau aku dan Hana sih ada kerja sambilan, jadi kami tidak begitu merasa bosan…” ucap Seiji sambil melirik ke arah Hana dengan senyum.
BLUSHED
Wajah Hana langsung memerah, dan dia segera memalingkan wajahnya dari Seiji.
“Hee?” Seiji merasa heran.
“Wah, kalian kerja sambilan dimana?” tanya Puti.
“Di café Aws, masih di wilayah AWS juga kok.. haha…” sahut Seiji.
“Wah, enak ya… masih ada lowongan tidak?”
“Kurasa tidak… maaf..”
“Yah, ya sudahlah.. eh, tapi kau kan sudah cukup terpenuhi kehidupannya oleh ayahmu, kenapa kau harus kerja sambilan lagi?”
“Belajar mandiri tidak ada salahnya kan? Hehe..”
“Kereen…”
Ingin rasanya Hana memberikan reaksi yang sama juga seperti Puti tepat di depannya. Tapi…. Kenapa begitu sulit?
“Tapi aku lebih baik memilih libur terus seperti ini…” Shujin menyanggah. “Aku lebih suka diam dan tidak melakukan apa-apa…”
“Kau tidak boleh bermalas-malasan begitu, senpai…” ujar Seiji.
“Wah, Seiji memang rajin! Hahaha…” ucap Fuji sambil menyenggol sikut temannya itu.
“Ah, biasa saja.. aku cuma ikut-ikut kata-kata ayahku saja.. hahaha…”
“Ah, jangan suka merendah.. hahaha..”
Hana juga rasanya ingin memberikan respon seperti Fuji kepada Seiji. Tapi.. kenapa? Kenapa begitu sulit?
Ada yang mengganjal rasanya di hati Hana. Dia tak pernah begini dihadapan Seiji sebelumnya. Apa yang terjadi?
“A-aku… pergi dulu…” Hana segera beranjak dari kursinya, dan pergi meninggalkan teman-temannya.
“Hei Hana, jus mu tidak mau kau habiskan?” tanya Inglid.
Hana hanya terus berjalan menjauh tanpa berkata apa-apa.
“Ah, ya sudahlah…” Inglid malah meminum jus milik Hana.
“Kenapa si Manajer Sialan itu?” pikkir Hiruma bingung dengan sikap Hana yang tidak biasa.
Seiji hanya diam terus meminum jus nya.
~taman AWS~
Hana duduk sendirian di bawah pohon rindang di tengah taman. Dia hanya ingin sendiri saat ini. Tak boleh ada yang mengganggunya! Tidak ada satu pun! Kecuali—
“Yo…”
—pria ini.
“Seiji?!”
BLUSHED
“Boleh aku duduk disini?” ucapnya dengan seulas senyum.
“T-tentu..” sahut Hana sambil berusaha mengalihkan pandangannya dari Seiji.
“Hari yang indah ya…”
“Iya…”
“Ne, aku mau bertanya..”
“Apa?”
“Jika aku bukan penyihir, dan kau adalah seorang penyihir… apa kau mau menerimaku sebagai teman dekatmu?”
“Apa yang kau bicarakan? Tentu saja! Aku tidak pernah memilih-memilih dalam hal pertemanan…”
“Begitu ya…”
“Kau kenapa sih?”
“Seharusnya aku yang bertanya begitu…”
“Eh?”
“Hari ini kau aneh… ada apa? Kau seperti… menghindar…”
“A-aku tidak menghindar!”
“Lantas kenapa dengan cara bicaramu itu? Kau terlihat gugup, wajahmu juga selalu memerah… tidak seperti biasanya…”
“Apa itu salah?”
“Eh?”
“Apakah salah jika tingkahku berbeda di hadapanmu? Apa itu salah? Jadi kau menganggapku sama seperti yang lain?”
“M-maksudmu?”
Hana beranjak berdiri. “Lupakan saja..” ia pun pergi meninggalkan Seiji yang tengah terbelalak.
“Hana…”
~atap sekolah AWS~
“Seiji bodoooooh!” Hana berteriak sekencang-kencangnya.
BRUK
Ia pun terduduk di lantai atap itu.
“Ternyata.. yang kemarin itu memang bukan reaksi spesial… itu hanya reaksi biasa.. mungkin waktu itu dia hanya kelewat khawatir saja padaku, makanya reaksinya begitu… ah, aku ini memang bodoh.. lagipula, bagaimana mungkin seseorang seperti dia bisa begitu tertarik dengan hal-hal bodoh yang tidak berguna seperti menyukai seorang gadis? Dia tidak akan pernah mau memikirkan hal yang lebih serius tentang itu… kenapa aku harus begitu mengharapkannya? Hah…”
“Hoi…”
Seorang laki-laki dengan perawakan yang tinggi, memasukkan kedua tangannya di saku celana, dan berjalan santai sambil mengunyah permen karetnya menghampiri Hana.
“Hiruma…”
“Kenapa kau, Manajer Sialan?”
“Aku punya nama, jangan panggil aku seperti itu!”
“Jawab pertanyaanku!”
“….”
“Tch..”
“Aku… hanya sedang kecewa… itu saja..”
“Kecewa? Mengejutkan sekali kau sadar kalau dirimu itu sedang kecewa! Kekeke…”
“Diamlah! Kau tidak mengerti apa yang kurasakan! Kalau kau hanya ingin merusak mood ku, sebaiknya sekarang juga kau pergi dari sini! Aku tak ingin diganggu apalagi oleh setan tengil sepertimu!”
“Tch, cerewet…”
Hiruma beranjak meninggalkan Hana, namun langkahnya terhenti sesaat ketika dia akhirnya mengatakan, “Kejarlah terus sampai kau mendapatkannya…”
“Eh?”
“Jika badanmu remuk, hatimu terbelah-belah, atau kau hancur berkeping-keping, bahkan menghilang dari dunia ini, jangan kau hiraukan itu.. selama kau bisa mendapatkan hal sialan yang kau inginkan, semua itu bisa berakhir dengan senyuman sialan dari bibir sialanmu itu…”
Hiruma pun menghilang kedalam kegelapan (?).
“Semua itu bisa berakhir dengan senyuman… dari bibirku?” Hana nampak tercengang. Mungkin dia merasa heran pada Hiruma yang ternyata bisa juga mengatakan kata-kata heroik begitu. “Iya… terus tersenyum apapun yang terjadi! Terima kasih… Hiruma…”
*malam harinya….*
Hana beranjak keluar kamarnya, sambil berusaha mengendap-ngendap ke arah taman.
“Mungkin dengan sedikit latihan pengontrolan elemen, Seiji akan bangga padaku karena aku menjadi orang pertama yang mampu menyaingi kekuatannya! Hihi, baiklah, aku coba yang terbaik!”
~taman AWS~
“Ring! Blow up!”
CRIING
Hana merubah dirinya menjadi penyihir. Kemudian Ia mengambil sekantung es balok dan mencoba memasukkannya ke dalam tongkat sihirnya.
“Ayolaaah… masuk! Masuk!”
*1 jam kemudian…*
“Aaarrgh! Bagaimana ini?! Kenapa tidak masuk-masuk?! Huh, menyebalkan!”
Hana sekilas melihat ke dalam sekantung es baloknya yang sebagian besar sudah meleleh.
“ini tidak akan berhasil… hah… betapa bodohnya aku…”
“Kau itu memang bodoh, Hana! Hahahaha!”
Ada suara terdengar!
“S-siapa itu?!” Hana terus berusaha mencari sumber suaranya.
Tiba-tiba, muncul seorang vampire wanita yang melayang-layang di udara.
“Hey, kita bertemu lagi ya, Hana… hahaha…”
“O-Ochi? Mau apa kau kemari!?”
“Mau apa katamu?! Hahaha, tentu saja untuk menghabisimu, dan menjauhkan mu dari Seiji ku tersayang! Hahaha!”
“Tapi… tapi bukankah Seiji sudah bilang, kalau dia bukan siapa-siapa bagimu?!”
“Persetan dengan kata-katanya! Apapun yang terjadi padaku, aku akan tetap berusaha mendapatkan apa yang menjadi hak ku! Hahaha!”
Hana terbelalak.
~flashback~
Hiruma beranjak meninggalkan Hana, namun langkahnya terhenti sesaat ketika dia akhirnya mengatakan, “Kejarlah terus sampai kau mendapatkannya…”
“Eh?”
“Jika badanmu remuk, hatimu terbelah-belah, atau kau hancur berkeping-keping, bahkan menghilang dari dunia ini, jangan kau hiraukan itu.. selama kau bisa mendapatkan hal sialan yang kau inginkan, semua itu bisa berakhir dengan senyuman sialan dari bibir sialanmu itu…”
Hiruma pun menghilang kedalam kegelapan (?).
~end of flashback~
“Begitu ya.. aku mengerti…” Hana beranjak berdiri dan menggenggam tongkatnya erat.
Ochi pun terlihat juga sudah bersiap dengan segenap kekuatannya.
“Aku juga… akan terus berusaha mendapatkan hak ku atas Seiji tidak peduli apapun yang terjadi!” teriak Hana mantap.
“Tch, jadi kau juga mengaku, bahwa kau menyukai Seiji, hah?!”
“Ya!! Aku tak ingin terus-terusan membohongi perasaanku sendiri! Aku jujur tepat dihadapanmu, bahwa aku, Mayonaka Hanabi, menyukai Seiji!”
“Kata-katamu memuakkan!”
Ochi mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dan melemparkan bola listrik raksasa ke arah Hana.
BLEDAR!
Bola listrik itu meledak, namun untungnya, Hana sempat menghindar.
“Keh, mulai serius ya?” cibir Hana.
“Diam kau!”
Ochi kembali melempar bola lsitriknya, dan—
BLEDAR!!
BRUK
—Hana kali ini terkena serangannya!
“Agh…” Hana merintih kesakitan melihat kaki dan tangannya yang terkena luka bakar.
“Kau tentu tahu…  aku sangat mencintai Seiji.. maka dari itu, aku tak ingin ada saingan bagiku…”
“….”
“Jangan pasang wajah menjengkelkan begitu!”
“Heheh… sensitif sekali kau..”
“Apa?!”
Hana berusaha berdiri kembali, namun—
BLEDAR!!
Ochi kembali melemparinya dengan bola listrik!
The battle for love!
“Ugh…”
“Hahaha, sakit bukan?! Rasakan!!”
“Sekarang… aku tahu percis… apa yang menjadi penghalang antara hubunganku dengan Seiji…”
“Tak usah banyak bicara kau!”
DUAR!
Ochi menembakkan laser hitam dari jarinya ke arah Hana, hingga Hana terpental cukup jauh!
“Ngh…” Hana masih terus berusaha bangkit.
“Kenapa kau tak menyerang? Ini membuatku lebih mudah untuk membunuhmu! Oh, aku tahu.. pasti kau memang menunggu saat-saat seperti ini kan? Saat-saat kematianmu jatuh ditanganku! Hahaha!”
“Terserah…. Apa katamu…”
“Apa?!”
“Aku tak peduli, mau aku mati, hancur, atau apapun yang terjadi padaku, asalkan aku bisa mendapatkan Seiji, aku rela..”
“Kau tidak perlu mengikuti prinsipku, karena prinsip itu hanya bisa berfungsi untuk orang yang kuat sepertiku! Bukan makhluk lemah sepertimu! Hahahaha!”
“Ini bukan masalah kuat atau lemah…”
“Hah?!”
Hana mengeluarkan kartu elemennya, dan memegangnya kuat-kuat.
“Ini masalah siapa yang berhak menjadi pilihan Seiji!”
“Berani sekali kau mendeklarasikan pernyataan macam itu padaku?!”
“Sekarang… aku sadar betul… apa yang menjadi ‘dinding’ pemisah antara aku dan Seiji selama ini… dan ternyata… itu adalah…”
CRIIING
Kartu milik Hana bersinar!!
“Itu adalah….”
Kartu itu pun melayang tepat di hadapan Hana sendiri.
“Kau… Ochi!”
PRANG!
Hana memukul kartu elemennya yang tengah melayang tepat dihadapannya dengan tongkat panjang berpermata biru miliknya.
WHUUUSSSH
Bongkahan es kecil berputar mengelilingi Hana. Apa dia tidak kedinginan? Tentu saja tidak, itu sudah bagian dari elemennya, reader.
Hana memutar-mutar tongkatnya.
“Jadi.. kau menganggapku sebagai penghalang, eh?” ujar Ochi sambil menampakkan senyum sinisnya.
“Kau yang bilang..” sahut Hana sambil mengarahkan tongkatnya tepat kepada Ochi. “Ice shoot!”
Bongkahan es kecil yang ada ratusan—atau mungkin ribuan—datang menyambar Ochi dan—
BUAK
PLAK
DUAK
Berbagai suara muncul seiring dengan tersentuhnya bagian tubuh Ochi oleh bongkahan es itu. Es yang dimiliki Hana, bukanlah tipe es yang mudah mencair. Mungkin bisa bertahan diluar pendingin hingga tiga hari. Hebat bukan?
Selain itu, teksturnya yang amat sangat keras, tentu bisa membuat siapapun yang terkena lemparan es itu kesakitan.
“Aaaaagh!!” teriak Ochi saat es-es itu mengenainya.
“Belum selesai!” Hana kembali memulai jurus barunya.
Ia mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi dan memutarkannya. Kemudian, perlahan angin kecil, membentuk pusaran besar, kemudian muncul air disekitarnya, kemudian berubah menjadi salju, hingga akhirnya menjadi pusaran es muncul!
“Tak akan kubiarkan… Seiji jatuh ke tangan makhluk sepertimu!” Hana kemudian melepaskan mantranya, “Izotz portice!” pusaran es itu akhirnya berjalan dengan cepat, dan mengenai Ochi!
Tubuh Ochi pun babak belur karena terkena hantaman dari es yang berbentuk balok, dan sayatan dari es yang berbentuk lancip.
BRUK
Ochi yang semula melayang-layang dengan angkuhnya, akhirnya terjatuh dan terkapar diatas tanah.
Terlihat cukup banyak luka yang tertera di wajah, badan, dan kakinya.
“Kau…” Ochi berusaha bangkit.
“Hah…hah…hah…” Hana pun sama, terlihat sangat kelelahan. Mungkin mantra tadi cukup menguras tenaganya.
“Kau benar-benar membuatku kesal kali ini, nona…”
“Terima kasih...”
“Tch..”
Ochi melayang tinggi, dan mengangkat kedua tangannya. “Hiyaaaah! Black ball!” Ochi mengumpulkan aura hitam, yang lama kelamaan berubah menjadi bola hitam raksasa.
*sementara itu…*
Seiji yang tengah membaca majalahnya, melihat ke arah jendela, dan menangkap pemandangan yang tidak biasa.
“Hana!!”
Seiji langsung bergegas keluar kamarnya, dan berlari menuju ke taman AWS.
~taman AWS~
“Hana!!” Seiji tersontak kaget saat ia menemukan Hana di depannya tengah terduduk lemas dan akan diserang oleh serangan yang mematikan juga dahsyat dari Ochi.
“S-Seiji?!” Hana dan Ochi tersontak kaget melihat Seiji yang tengah berdiri tak jauh di belakang Hana dengan ekspresi kaget, sebal, marah, dan sebagainya.
“Kalian… ada apa ini?! Kenapa kalian bertarung?! Masalahnya apa lagi?!” Seiji nampak terlihat bodoh. Sangat bodoh. Untuk apa coba dia mempertanyakan hal seperti itu? Padahal jelas-jelas dia sendiri tahu jawabannya.
Mereka bertarung demi dirinya..
“Seiji... Seiji cepatlah lari!!” Hana memerintah sambil menahan air matanya.
“A-Apa?!” Seiji tersontak kaget.
“Kau tak dengar aku?! Cepat lari, bodoh!!! Kau mau mati terkena serangan dia, hah?!”
Tapi Seiji malah berjalan mendekati Hana.
“Seiji, lari!!”
“Tidak akan…”
“Lari!!”
“Untuk apa aku menjadi penyihir… kalau aku tak bisa melindungi orang yang kusayangi…”
“Bodoh…”
“Memang begitu aku dimatamu..”
“Paling tidak kau berubah!”
“Aku tak akan memakai kekuatanku.. ini pertarungan kalian, dan jika aku berubah, sama saja aku ikut campur…”
“Kalau begitu kenapa kau malah—
GREP
—memelukku…”
“Aku tak akan ikut campur.. tapi aku juga tak akan lari… jadi sebagai gantinya, aku akan ikut mati bersamamu..”
“Bodoh…”
“Kau mengucapkannya lagi…”
“Bodoh…”
“Ya ampun..”
“Tch…” Ochi nampak terlihat sangat kesal. “Kurang ajaaaar!!!”
WHUUUUSSSH
Ochi langsung  melemparkan bola hitam raksasanya ke arah Seiji dan Hana, hingga seketika—
PSYUUU~
“Hahaha, mati kalian!!” Ochi pun segera pergi menghilang dan menyelamatkan diri.
BLEDDAAAAAR
Ledakan dahsyat menggema dan menggemparkan di seluruh penjuru AWS!
Semua penghuni berlarian kesana kemari, untuk mencari sumber ledakan.
Seta yang berada di barisan paling depan di tengah kerumunan, langsung menghampiri Hana dan Seiji yang tengah terkapar lemah diatas tanah, dengan kondisi badan terkena luka bakar ersama agen Himitsu.
“Seiji….Hana…”
Terlihat ada air yang menggenang di sekitar mereka.
Itu jelas membuktikan, bahwa Hana melindungi dirinya dan Seiji dengan menggunakan jurus es miliknya.
“Kenapa… apa yang terjadi…” Seta tak sanggup berkata apa-apa lagi. Dia hanya muram sambil mulai memperlihatkan genangan air mata.
“Ngh…” Hana membuka matanya perlahan.
“Ha-Hana?!” Seta tersontak kaget saat melihat Hana ternyata—diluar dugaannya—masih selamat.
“S-Seiji..” Hana mencoba mengulurkan tangannya, dan ia mencoba menggenggam tangan Seiji.
Hana masih bisa merasakan detak jantung Seiji lewat nadi di tangannya, namun nampaknya sangat tipis. Perlahan ia menoleh ke arah Seta. “Seta-sama… cepat… bawa Seiji ke rumah sakit..”
“B-baiklah… Shujin! Fuji! Hiruma!”
Ketiga laki-laki yang dipanggil seakan sudah tahu tugasnya masing-masing.
Fuji bergegas menelepon ambulan, dan tak lama kemudian, ambulan khusus AWS datang. Shujin mengangkat Seiji, sedangkan Hana diangkat oleh Hiruma. Kedua korban ini langsung dimasukkan ke dalam ambulan, dan segera dilarikan ke rumah sakit ditemani oleh para gadis dari Himitsu.
“Apakah…. Hana dan Seiji akan baik-baik saja?” tanya Arie agak cemas.
“Kuharap…tidak, bukan.. pasti… pasti mereka baik-baik saja..” jawab Seta. Terlihat kekhawatirnnya yang sangat mendalam pada Seiji.
Dan dalam ramainya pembicaraan para kerumunan itu, terdengar percakapan antara Hanamura dan Lia.
“Hey, Lia, apa kau tidak merasa aneh?”
“Aneh apanya, Hanamura?”
“Kau lihat tidak, tadi orang yang disebut-sebut Hana itu memakai baju penyihir? Atau jangan-jangan… dia memang Hana yang kita kenal, dan berubah menjadi penyihir?!”
DEG!
Jantung Seta, Arie, Hiruma, Fuji, dan Shujin seakan berhenti berdetak.
Semoga tidak ketahuan….
“Ah, jangan gila kau, Hanamura! Jangan percaya pada hal-hal begitu! Mungkin memang benar, yang tadi itu Hana dan Seiji, tapi mungkin mereka sedang latihan drama atau semacamnya, jadi mereka juga harus menggunakan peledak, eh malah mencelakai diri mereka sendiri.. itu mungkin saja bukan?”
“Pemikiranmu terlalu jauh, tapi… yah, itu bisa juga sih.. dan itu lebih logis kedengarannya…”
“Makanya, jangan terlalu terobsesi dengan komik..”
“Tapi.. permata yang ada di tongkatnya tadi itu nampak asli lho…”
DEG
Jantung agen Himitsu kembali berhenti berdetak.
“Hmm, entah kenapa, aku jadi penasaran.. rasanya juga memang ada yang aneh..” Hanamura kembali mengoceh.
“Ah, terserahmu lah… aku sudah tak peduli.. ayo, sebaiknya kita kembali tidur…”
“Kau mengajakku tidur bersamamu?!”
“Bukan bodoh, kembali ke kamar kita masing-masing!!”
“Oh, kukira kau mengajakku tidur bersamamu..”
“Jangan bermimpi..”
Kerumunan pun mulai menipis, hingga akhirnya hanya tersisa agen Himitsu saja.
“Sepertinya, rahasia kita akan segera ketahuan…” ujar Arie.
“Ya, cepat atau lambat… tinggal menunggu waktu…” jelas Seta.
“Apa tidak apa-apa?” tanya Fuji.
“Seharusnya sih baik-baik saja… tapi mungkin murid-murid lain akan banyak yang tidak percaya…” pikir Shujin.
“Tch, ini mulai menyebalkan…” gerutu Hiruma.
Maka malam itu pun berakhir, dengan penghitungan daftar biaya renovasi sekolah oleh Seta dan Arie serta guru-guru dan para arsitek.
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan

 

0 komentar:

Posting Komentar