K-On Ritsu Tainaka

Welcome

Semoga semua informasi yang saya berikan, bisa bermanfaat untuk kita bersama...

Ganbatte ne~

Perkembangan Sena (Chapter 1: Suzuna's Plan)

Jumat, 02 Maret 2012

apabila ingin menggunakan cerita ini, harap cantumkan nama situs ini.. terima kasih dan selamat membaca...
.

~*An Eyeshield 21 Fanfiction*~
~*Perkembangan Sena by Mayumi Koyuki*~
~*Chapter 2: Sena The Maid*~
~*Rated: T*~
~*Disclaimer: Riichiro Inagaki and Yusuke Murata*~
~*Pair: SenaxSuzu*~
~*Warning! Gaje, abal-abal, OOC, typo(s), gila, dll etc dsb*~
.
 Don’t Like, Don’t Read!
Tombol back menanti anda!
.Di sebuah pagi yang cerah, seperti biasa, tim football paling terkenal di dunia (lebih tepatnya sih hanya di Jepang. *digorok tim DDB*), Deimon Devil Bats, sedang berlatih dengan serius bersama kapten tim mereka yang memiliki aura negatif begitu kuat dan diketahui bernama Hiruma Youichi, untuk menghadapi lawan mereka berikutnya di musim panas nanti, yang akan mulai dalam waktu 2 minggu.
“Bisakah kalian latihan dengan benar?! Payah sekali kalian! Heh, anak pendek! Lari lebih cepaat!” sahut sang kapten dengan berteriak sekencang-kencangnya dan menembakkan AK-47 miliknya ke arah anak pendek yang sedang berlari itu, yang tidak lain adalah Sena.
“I-iya, aku mengerti!” maka dia lari sekencang-kencangnya, sambil menutup mata agar tidak mudah merasakan lelah. *itu salah satu teknik pribadinya ketika sedang lari dengan perasaan takut (?)*
Tanpa disadari, seorang gadis cantik dan manis sedang berjalan menuju lapangan tempat Deimon berlatih. Seorang cheerleader Deimon dengan rambut pendek biru tuanya yang mungkin nyaris hitam dan memakai inline skate kemana pun ia pergi, yaitu Suzuna.
Sena yang tengah berlari dengan mata tertutup pula, tentu tidak bisa mengendalikan kecepatannya dengan baik. Alhasil, Sena otomatis menabrak Suzuna yang tengah berjalan tepat berada didepannya.
BRUK! *kira-kira begitu suaranya (?)*
Sena terjatuh diatas tanah lapangan bersama Suzuna. Dengan posisi Sena yang berada diatas Suzuna.
Sena berusaha bangkit, lalu membuka matanya perlahan. Suzuna pun melakukan hal yang sama. Ketika mereka berdua berhasil membuka mata masing-masing, tampaklah wajah kaget dan jantung yang berdebar kencang satu sama lain. Bagaimana tidak?
Sena saat ini tepat dengan posisi beku yang terus di atas tubuh mungil Suzuna, begitu pula Suzuna yang tidak bisa bergerak karena terlalu kaget dengan keadaan seperti ini. Wajah mereka pun hanya berjarak beberapa senti saja. Mereka hanyut ke dalam lamunan masing-masing dengan posisi yang tetap seperti itu.
Suasana di lapangan hening seketika...
Semua terpaku melihat kejadian yang menimpa Sena dan Suzuna.
“Ng?” hanya itu yang bisa dilontarkan Hiruma. Bahkan, kapten seperti dia pun tidak menyangka kejadian seperti ini dapat terjadi pada running back-nya itu. Hiruma menghampiri Mamori, sang manajer, yang tengah duduk terpaku melihat adegan itu juga. Hiruma membisikkan sesuatu pada Mamori.
“Hey, Manajer Sialan!”
“Apa?” sahut Mamori dengan pandangan tetap fokus ke arah Sena dan Suzuna.
“Cepat hentikan adegan konyol ini! Ini memuakkan!”
“Kalau begitu jangan suruh aku! Kau saja yang menyuruh mereka segera menghentikan adegan yang menurutmu konyol itu!”
“Hey, kenapa harus aku?!” Hiruma menaikkan sebelah alisnya.
Nampaknya pertengkaran tidak jelas antara mereka akan dimulai kembali.
“Karena kau kaptennya!” sahut Mamori dengan nada bicara yang kali ini lebih tinggi.
“Hah? Seharusnya kau, karena kau manajernya!” nada bicara Hiruma tak kalah tinggi dari Mamori.
“Huh, ya seharusnya kau, karena yang memegang kuasa di tim kan kau, Hiruma!”
“Tapi ini tugas dan tanggung jawabmu sebagai manajer, Manajer Sialan! Kau tidak boleh membiarkan anggota tim melakukan hal tidak senonoh seperti itu!
“Eh? Hal tidak senonoh?”
Hiruma memalingkan wajahnya dari Mamori. Nampak semburat pink muncul di wajahnya. Dia sendiri heran, kenapa sampai harus mengatakan ‘hal tidak senonoh’? Toh, Sena dan Suzuna belum melakukan apa-apa. *Belum?!*
“Tch! Ya sudah!” sahut Hiruma sambil menenteng AK-47 miliknya, dan berjalan mendekati Sena juga Suzuna.
Sena yang merasakan jantungnya semakin berdebar cepat, langsung berdiri dan memalingkan wajahnya dari Suzuna. Suzuna pun melakukan hal yang sama dengan Sena. Nampak dengan jelas, wajah kedua orang itu merah padam.
Hiruma yang tengah berjalan mendekati Sena dan Suzuna, otomatis menghentikan langkah kakinya. Ia mendadak mengeluarkan seringai khas miliknya.
“Yosh! Sudah selesai, acara mesra-mesraannya, cheer sialan? Anak pendek?”
“Kami tidak bermesraan Kak Hiruma!” sahut Suzuna dan Sena kompak, plus wajah merah merona terpampang jelas diantara keduanya.
“Kekeke, dasar anak-anak bodoh! Baiklah, lupakan saja adegan super menjijikan tadi! Sekarang kembali latihan, anak-anak sialan! Ya-Ha!” sahut Hiruma lantang dengan menembakkan AK-47 miliknya ke udara. Semua pun kembali berlari mengelilingi lapangan, begitu pula dengan Sena. Suzuna duduk di bangku pemain cadangan bersama Mamori.
*skip time nyooo~*
Kobayakawa Sena, sang running back dari tim Deimon itu kali ini sedang berjalan pulang ke rumahnya dengan perasaan berkecamuk. Bingung, senang, dan malu berat! Ya, mengingat kejadian yang menimpanya tadi pagi bersama Suzuna.
Dan beruntungnya, hari ini Hiruma meliburkan latihan sore mereka, katanya dengan alasan akan pergi membeli peralatan amefuto bersama Mamori, karena yang lama sudah mulai usang dan beberapa diantaranya sudah rusak oleh Kurita yang terlalu bersemangat ketika latihan. Monta saat itu terlihat agak kecewa dan kesal mendengarnya. Sena merasa lega, karena dengan begitu, ia bisa menyendiri dan menenangkan dirinya dari semua perasaan berkecamuk miliknya itu.
“Haaaah....” Sena menghela nafas pelan. “Kalau mengingat kejadian tadi pagi...”
Wajah Sena mendadak merah sendiri.
“Arrggghh! Kenapa aku bisa seceroboh itu? Baik Sena! Ini sudah kesekian kalinya kau membuat malu dirimu sendiri dan orang lain, akibat kecerobohanmu! Ah, kalau sudah begini, aku sendiri jadi malu jika harus bertemu Suzuna,” Sena menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Meratapi nasibnya yang selalu ceroboh itu.
Dan kemudian...
“Yaa! Hey Sena!”
“Eh?”
Suzuna nampak mendekati Sena dengan wajah cerianya, seperti biasa. Seperti tidak ada beban pada diri Suzuna akibat kejadian tadi pagi.
“Hm? Sena, kau kenapa? Nampaknya raut wajahmu terlihat... agak kusut?” tanya Suzuna dengan memasang muka cute-nya (menurut Sena).
Jantung Sena berdetak cepat tidak karuan.
“Eh? A-ano.. umm... a-aku tidak apa-apa kok! Hehehe..” Sena tertawa garing.
“Kau punya masalah?”
“Ah? Apa? Masalah? Umm.. rasanya tidak...” Sena nyengir ga jelas.
“Hmm, begitu. Baguslah. Eh iya, Sena..” sekarang giliran Suzuna yang jantungnya berdebar cepat tidak karuan.
“Ada apa?”
“Umm, s-soal yang tadi pagi..”
“Eh?” wajah keduanya sontak memerah.
“A-aku minta maaf ya, Suzuna! Aku tidak bermaksud melakukan itu! Aku tidak sengaja, sungguh! Aku tidak bermaksud membuatmu malu! Aku... aku memang ceroboh! Maafkan aku!”
“Ah, tidak Sena! Aku yang seharusnya minta maaf, kalau saja aku tidak berjalan di depanmu, mungkin kau tidak akan menabrakku,” Suzuna tersenyum malu-malu.
“Tapi pada dasarnya, aku juga yang salah. Untuk apa coba berlari dengan mata tertutup? Hahaha, aku benar-benar bodoh,”
“Sena..”
Suzuna berhenti bicara. Kalau dipikir, benar juga. Untuk apa coba berlari dengan mata tertutup? Yang ada malah hanya mencelakakan dirimu mungkin. Kalau hanya berlari untuk menghindari rasa takut dari Hiruma, hanya tinggal menambah kecepatan, dan tak perlu menutup mata bukan?
Suzuna tak bisa memungkiri, kalau dia seharusnya menyalahkan Sena. Tapi...
Dia tak sanggup.
Semua perasaan anehnya pada Sena sudah tidak bisa ia tahan. Ia sudah tak tahan dengan perasaan yang mengganjal pada dirinya itu. Dia sudah tidak kuat lagi!
Ingin dia berteriak dihadapan Sena, bahwa dia-
“Suzuna?”
“Eh iya?”
Sena membuyarkan Suzuna yang tengah melamun.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Sena.
Suzuna menggeleng pelan sambil tersenyum.
“Baguslah. Umm, kau tidak marah kan, gara-gara kejadian tadi pagi?”
“Marah?”
Suzuna berpikir sejenak. Marah? Dia tidak bisa marah pada Sena. Kenapa? Entahlah, Suzuna pun tidak mengerti dengan dirinya sendiri ketika sudah ada sangkut pautnya dengan Sena.
‘Marah?’ batin Suzuna. ‘Hehehe, aku rasa aku punya ide!’ Suzuna menyeringai ala Hiruma.
Sena bergidik melihatnya.
“Ke-kenapa?” tanya Sena mulai ketakutan melihat sikap Suzuna yang tiba-tiba berubah.
“Asal, kau tahu ya Sena..” Suzuna merubah raut wajahnya menjadi sedikit marah (yang tentu dia lakukan dengan sengaja).
“AKU MARAH PADAMU, BODOH!”
“A-apa?!”
Sena kaget mendengar penuturan Suzuna. Sena memang sudah menyadarinya sejak awal, semua ini salah dia. ‘Ternyata benar...’ batin Sena dengan penuh rasa bersalah.
“Aku marah padamu, Sena! Kau dengar! A-ku-ma-rah-!” sahut Suzuna sambil berkacak pinggang.
“Ba-baiklah, Suzuna! Sebagai permintaan maafku, aku rela melakukan apapun untukmu!” ujar Sena dengan ekspresi paniknya.
Suzuna menyeringai lebih seram.
“Benarkah?”
“I-iya! Benar!”
“Janji?”
“Janji!” Sena berdiri tegap, sambil hormat dihadapan Suzuna. Bukti, bahwa dia bersungguh-sungguh.
Suzuna, ingin tertawa melihat tingkah Sena yang konyol itu. Tapi, dia harus menahannya, agar tidak menghancurkan aktingnya saat ini.
“Baiklah, kalau begitu...”
“Eh?” Sena hanya mengedip-ngedipkan matanya.
“Besok kan hari Minggu, datang ke rumahku tepat jam 8 pagi!”
“U-untuk apa?”
“Katanya kau mau melakukan apapun untukku!”
“I-iya, baiklah! Aku mengerti!” Sena hanya bisa pasrah.
“Kukuku, baguslah! Aku tunggu ya Sena! Sampai jumpa!”
Suzuna kembali melaju dengan inline skate-nya, dan berlalu meninggalkan Sena.
“Apa yang Suzuna rencanakan ya?” pikir Sena dengan perasaan yang sangat tidak enak.
*sementara itu...*
Sepasang setan dan malaikat sedang bersembunyi dibalik pohon yang besar, dengan jarak tidak terlalu jauh dari tempat Sena dan Suzuna mengobrol tadi. Sang setan mengeluarkan seringai khas miliknya.
“Suzuna kira-kira merencanakan apa ya?” pikir sang malaikat.
“Kekekeke, ini akan menjadi bahan ancaman yang bagus!” aura setan dari sang setan semakin menguat. 
“Hiruma, aku tidak akan membiarkanmu macam-macam dengan Sena!”
“Keh! Apa peduliku, manajer sialan? Kau tidak punya hak untuk mengaturku!”
“Tentu aku punya, karena aku manajermu!”
“Manajerku? Maksudmu, manajer pribadiku? Kekekeke,” sang setan yang tidak lain adalah Hiruma itu, menggoda sang malaikat yang sudah pasti adalah Mamori.
“Mou, maksudku manajer tim!”
“Ah, begitu,” Hiruma menyeringai jahil.
“Huh, pokoknya, aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Sena! Aku akan mengawasimu Hiruma! Ingat itu!”
“Kekeke, coba saja kalau kau bisa manajer sialan!”
“Aku pasti bisa!”
“Ckckckck, seorang malaikat lemah sepertimu, tak akan bisa menghentikan rencana hebat dari setan yang kuat sepertiku! Kekeke,”
“Enak saja! Aku bukan malaikat lemah tahu!”
“Hey, kau ini lemah tahu! Sangat lemah! Kekekeke,”
“Tidak!”
“Iya!”
“Tidak!”
“Iya!”
Dan akhirnya, hari itu ditutup dengan pertengkarang tidak jelas antara setan dan malaikat yang tengah bersembunyi dibalik pohon itu.
.
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep spirit up!
Mayu-chan

0 komentar:

Posting Komentar