moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang
didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World
School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*A Lot of Mysteryous Skills Appeared! By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor,
(slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual,
Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya
bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC,
slight yaoi and yuri*~
.
Hana dan Ochi langsung
mengeluarkan kedua tongkat mereka. Mereka pun bersiap untuk segera
menyelesaikan misi utama mereka sekarang; menghancurkan AWS. Sejujurnya, dalam
diri Hana, yakni hati paling kecilnya, dia bertanya-tanya. Kenapa dia harus
melakukan semua ini? Badannya ingin menolak, tapi tak bisa. Seolah-olah
tubuhnya ini dikendalikan oleh Ochi.
“Hana…” sahut Ochi
pada Hana yang tengah asyik dengan renungannya.
“Iya?” jawab Hana
sambil memperhatikan gedung AWS yang indah itu. Tempat di mana teman-temannya
tinggal dan menghabiskan waktu bersama dirinya.
Tempat indah itu…
Kini hanya akan
menjadi kenangan…
“Ayo, kita segera
mulai aksi kita..” ujar Ochi dengan nada serius.
“Baik..”
WHUSH
Hana langsung terbang
ke atas atap gedung AWS dan menancapkan tongkatnya.
CRIING
Tak lama setelah itu,
tongkatnya pun memancarkan sinar merah merekah. Hana pun menggenggam batang
tongkatnya dengan erat, dan mengucapkan mantra, “Zastitnik! Blok je aktivan!”
Dan tak lama kemudian,
muncullah sebuah perisai bening berwarna merah yang perlahan muncul dari bawah
tanah.
Sementara itu, agen
Himitsu yang tengah menuju ke gerbang AWS, melihat AWS nyaris tertutup oleh
perisai pengunci milik Hana!
“Oh tidak! AWS akan
tertutup!” sahut Mizu panik.
“Bagaimana ini? Kalau
kita tidak cepat, bisa-bisa…” Inglid mulai terlihat cemas.
“Ayo, berlari lebih
cepat lagi!” perintah Seiji sambil menaikkan kecepatan berlarinya bersama yang
lain. Di situasi seperti ini, Inglid bisa saja menggunakan tongkatnya, lalu
merubahnya menjadi sapu terbang untuk mempercepat dirinya menuju AWS. Tapi ia
tak bisa. Ia ingin semua susah dan senang ditanggung bersama-sama.
Itu semua karena dia
sadar akan satu hal.
Bahwa mereka semua
adalah teman..
CRIIING
Jarak mereka sudah
hampir dekat dengan AWS. Tapi, melihat kecepatan tertutupnya pelindung itu
terbangun, sepertinya mereka tak akan bisa masuk ke dalam AWS tepat pada
waktunya.
“Sial! Bagaimana
ini?!” Shujin juga mulai nampak cemas.
“Bagaimana kalau memutar?”
saran Fuji.
“Tak bisa, itu memakan
waktu lebih lama!” tungkas Puti.
“Dasar pelindung
sialan!” Hiruma hanya menggerutu dan menyumpah-nyumpah tak jelas.
“Kita harus mencari
kendaraan atau alat bantu apapun untuk menuju AWS lebih cepat! Jika terus berlari
seperti ini, tak ada gunanya!” pikir Arie.
“Bagaimana kalau kita
panggil monster Darkness Hole?” tanya Seiji.
Seta langsung mendelik
tajam pada anak angkatnya itu, “Kau gila?! Itu tak mungkin! Lagipula, monster
itu hanya bisa keluar ketika sedang bertarung. Mereka dibuat hanya sebagai
petarung, di luar pertarungan seperti ini mereka tak akan keluar. Mereka tak
akan berguna!”
Seiji berpikir
sejenak, ‘Kenapa dia tahu sejauh itu?’
“Yang terpenting
sekarang adalah…” Seta kembali berbicara, “kita harus segera menuju AWS sebelum
terlambat!”
“Tapi, bagaimana
caranya? Lihatlah, pelindung itu sudah hampir menutup gerbang AWS sepenuhnya!”
sahut Arie.
‘Tch. Andai kau ada di
sini…’ batin Seta.
Seiji juga nampak ikut
membatin, ‘Kalau begini terus… Hana akan... dan AWS juga akan… akan…’
….
“Lihat di atas sana!” ucap Mizu tiba-tiba,
yang sontak membuat semua agen Himitsu menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh
Mizu.
WHUSH!
“Razresenje vreme!”
CRING!
Pelindung itu pun
tiba-tiba berhenti mengutuhkan (?) diri!
SRET!
Orang yang merapal
mantra sebelumnya itu langsung berdiri tepat di depan pelindung yang sedang
mendadak berhenti, dan menahannya dengan kedua tangannya yang bercahaya silver
itu. Seta nampak kaget tak percaya melihat orang yang berada tak jauh beberapa
meter darinya tersebut, ‘Dia… ada di sini?’
“Cepatlah, Seta!”
perintah orang itu, “aku tak yakin bisa menahannya lebih lama lagi! Dimensinya
jauh lebih besar dan luas!”
“B-baiklah!” Seta yang
nampak masih agak syok langsung mempercepat kecepatan berlarinya bersama yang
lain. Dan ketika jarak mereka tak jauh lagi dari gerbang AWS…
“Cepatlah… SETA!!”
“Semuanya, lompat!”
perintah Seta pada seluruh agen Himitsu, yang membuat mereka semua melompat
masuk ke dalam gerbang AWS yang menyisakan ruang kecil untuk mereka masuk satu
per satu dikarenakan pelindung yang Hana buat.
“Bagus!” orang yang
menahan pelindung buatan Hana langsung melepaskan tangannya yang sedari tadi
bertugas menahan penghalang menyebalkan itu. Dan…
WHUSH!
Dia pun ikut masuk ke
dalam gerbang AWS, lalu..
CRING!
Pelindung itu pun
akhirnya kontan menutup seluruh wilayah AWS.
BRUK!
Orang itu langsung
terjatuh tepat pada jarak yang tak jauh dari agen Himitsu. “Yah, setelah sekian
lama. Aku melakukan tugasku kembali. Tapi, sepertinya aku tak akan bisa keluar
lagi..”
TAP TAP TAP
SRET
Seta menyodorkan
tangannya pada orang yang telah berjasa pada dirinya dan AWS secara tak
langsung ini, “Bukan hanya tak bisa keluar, tapi juga tak akan ada yang bisa
menolong. Baik dari pihak luar sekalipun. Benar ‘kan, Suichi?”
GREP
Orang yang dipanggil
Suichi itu langsung meraih tangan Seta dan beranjak berdiri, “Ya, itu benar.
Haha…”
*sementara itu…*
BRUK
Hana jatuh terduduk
sambil tetap berpegangan pada tongkatnya, “Hah.. hah.. hah… kenapa? Kenapa
mantraku tadi sempat terhenti? Luar biasa sekali orang yang bisa menahan
mantraku itu!”
*kembali pada agen Himitsu….*
“Suichi?” tanya Puti
heran. Karena dia merasa asing dengan Suichi yang memang bukan warga AWS.
“Perkenalkan, dia
Suichi. Dia adalah kakakku. Oh, dan dia juga penyihir, sama seperti kita.”
“APA?!” semua nampak
kaget, termasuk Hiruma.
“Aku Suichi. Salam
kenal…” Suichi tersenyum dengan tampannya.
“Jadi…. Jadi… ayah
punya seorang Kakak?! kenapa kau tak pernah cerita padaku?!” tanya Seiji.
“Ayah?” Suichi
memandang heran pada Seiji, “Hey Seta. Sejak kapan kau menikah? Di luar dugaan,
kau melangkahiku! Hahaha, sebesar itukah keinginanmu untuk memperdalam
pengetahuanmu tentang wanita hingga kau memilih menikah muda? Hahaha!”
“Hoi hoi, dia bukan
benar-benar anakku…” Seta nampak sweatdrop,
“dia anak angkatku, namanya Seiji. Dan perlu ditegaskan, aku tak menikah muda! Aku
masih suci, tahu!”
“Hoo… bagaimana
ceritanya?”
“Terlalu panjang untuk
diceritakan. Itu nanti saja, yang penting sekarang adalah, kita harus segera
mencari dua vampire yang menjadi dalang semua kekacauan ini!”
“Vampire lagi? Aku
kira kau sudah memusnahkan mereka. Bukankah kau sudah janji?”
“Itu tak mudah.
Lagipula, aku belum mengingkari janjiku, ‘kan?”
“Ah, benar juga…”
Hiruma memperhatikan
Suichi sejenak, ‘Teknik yang dia pakai tadi itu bukan teknik sembarangan.
Teknik memberhentikan waktu itu tak bisa dikuasai dengan mudah. Itu ‘kan yang
diberitahu si wakasek sialan? Tapi… kenapa dia bisa melakukannya? Dengan lihai
pula… tch, saingan lagi..’
“Hn?” Suichi yang
merasa diperhatikan, langsung menoleh ke arah Hiruma, “Yo. Kau pasti murid
didik Seta. Senang bertemu denganmu..”
“Tch..” hanya itu
respon Hiruma.
“Sekarang… bagaimana?”
tanya Inglid.
“Jika kalian bertanya
bagaimana..,” Ochi tba-tiba sudah muncul di atas atap AWS dan menghadap agen
Himitsu beserta Suichi, “akan aku jawab!”
Ochi mengayunkan tongkatnya,
dan merapal mantra, “Magiku Bist!”
DRR DRR
Seekor makhluk raksasa—yang
sepertinya—perpaduan antara tubuh leopard, sayap kelelawar, dan ekor setan muncul
dari langit dan langsung terbang di antara Ochi dan agen Himitsu.
“Ambil darah mereka!”
perintah Ochi yang kemudian..
CRING
Menghilang dari
pandangan semua orang.
“Grrr…”
Mizu nampak agak
panik, “Bagaimana ini? Kalau kita terkena serangannya sedikit saja, darah kita
akan berkurang karena sudah dia serap!”
“Kita pasti bisa
mengalahkannya!” ujar Seta. “Arie, Mizu, Inglid, dan Fuji tetaplah di sini
untuk mengalahkan monster itu! Aku, Seiji, dan yang lain akan masuk ke dalam
untuk mengevakuasi warga AWS yang lain!”
“Mengerti!” sahut
keempat orang yang telah diberi perintah itu. maka dengan segera, agen Himitsu
yang lain beserta Suichi masuk ke dalam gedung AWS.
“Baiklah…” Fuji segera
mengeluarkan pedang kebanggaannya itu, “kita selesaikan sekarang juga!”
Mizu juga nampak
bersiap-siap dengan tongkatnya, “Aku juga ingin segera mengakhiri semua ini. Aku
sudah lelah!”
Inglid dan Arie juga
melakukan hal yang sama, mengeluarkan tongkat mereka.
TAP TAP TAP
“Wakasek, ada apa
ini?!”
“Eh?”
Arie spontan menoleh
ke arah orang yang memanggilnya. Ternyata itu Tobi! Dan ada Satsuki, Kagami,
Ai, Pak Ryo, juga Pak Shimichi.
“Tobi?” ucap Arie. Ia
kaget. Begitu juga agen Himitsu yang lain. Wujud mereka dalam bentuk penyihir
akhirnya ketahuan!
“Apa yang…. Anda
lakukan dengan pakaian itu?” tanya Pak Ryo heran.
“Anda terlihat muda!”
puji Pak Shimichi sempat-sempatnya.
“Yang terpenting…”
Satsuki mulai bicara, “ makhluk apa itu? Besar sekali!”
“Itu monster…” jelas
Mizu, “agak sulit untuk menjelaskannya sekarang. Yang penting, kalian harus
segera mengevakuasi warga AWS yang lain! Biar kami yang tangani ini!”
“Mizu benar!” Fuji
juga ikut berbicara, “situasi AWS sekarang sangat berbahaya! Jika tidak
hati-hati, maka nyawa kalian bisa—“
“GROAA!”
WHUSH!
TRING
Sebelum monster itu
menyerang dan memotong kata-kata Fuji, Inglid sudah menahannya dengan kekuatan miliknya.
“Cepatlah! Lari! Sudah
tak ada waktu lagi!” ucap Inglid di sela-sela menahan monster itu.
“Pak Ryo! Pak
Shimichi!” tukas Kagami dengan tegas, “maaf aku bicara tak sopan dalam situasi
seperti ini! Tapi aku harap, anda berdua sebagai guru bisa masuk ke dalam dan
mencari warga AWS yang lain! Kalian lebih tahu gedung ini dibanding kami. Untuk
monster ini, serahkan saja pada kami!”
“Tapi, bagaimana kalau
kalian terluka?” tanya Pak Ryo cemas. Sejujurnya, agen Himitsu yang bertugas di
sana juga ingin menanyakan hal yang sama.
“Kam akan baik-baik
saja!” ucap Ai dengan senyum manisnya, “’kan ada Pak Arie, dan yang lainnya.
Hihi..”
“Tapi, kalau kami tak
sanggup melindungi kalian bagaimana?” tanya Fuji.
“Itulah gunanya ada
Tobi dan Satsuki di sini.” Ucap Kagami dengan pasti, sambil membetulkan letak
kacamatanya.
“Baiklah kalau
begitu.” Pak Shimichi dan Pak Ryo nampak mengangguk satu sama lain, “kami akan
segera mengevakuasi yang lain!”
“Aku mohon
bantuannya!” ucap Arie tegas.
Dan dengan itu, Pak
Ryo dan Pak Shimichi segeramemasuki gedung AWS dan mencari warga AWS yang lain.
“AGH!”
DUAAAR!
BRUK!
Inglid terlempar cukup
jauh, karena ia sudah tak kuat lagi menahan monster itu.
“Inglid!” Mizu segera
menghampiri sahabatnya itu dan menyembuhkan lukanya dengan kemampuan
mendinginkan luka miliknya.
“Terima ini, monster
jeleeek!” Fuji segera melompat tinggi dan menebas tubuh monsternya. Tapi
sayangna, tak ada pengaruh sedikit pun. “Apa?!”
“Bagaimana dengan
ini?!” Arie segera menancapkan tongkatnya di tanah sambil merapal mantra, “Raigu Shock!”
BZZ BZZ
Listrik yang mengalir
dari dalam tanah langsung merambat maju ke arah monster itu!
“Bagus, Pak!” Ai
nampak kagum.
“Oh tidak!” Kagami
nampak panik saat monster itu terbang untuk menghindari sengatan listrik yang
tengah menuju ke arahnya.
“Terima ini!” Tobi dan
Satsuki membawa satu batu besar berdua, dan segera melemparkannya sekuat tenaga
ke arah monster itu!
DUAK!
“GROAA!”
“Bagus!” Satsuki
nampak senang, “kena matanya!”
“Hahaha, lihat ‘kan?
Kita bisa jadi kombinasi hebat!” ucap Tobi dengan lebaynya.
“Aku tak akan pernah
mau jadi partnermu..”
“Yah…”
“Sekarang terima
iniii!” Fuji kembali melompat sangat tinggi, dan…
CLEB!
Menancapkan pedangnya
di badan monster yang sudah buta sebelah itu.
“GROAA!!”
WHUSH!
Fuji segera melompat
menjauh. Tak lupa juga mencabut pedangnya.
“Sekarang!” Arie
langsung mengeluarkan semua energi listriknya pada mantranya yang sudah diam
pada titik di mana monster itu akan jatuh.
Monster itu pun
terjatuh, dan..
BZZ BZZ
“GROAAA!” monster itu
terkena sengatang listrik Arie, dan langsung tak sadarkan diri!
“Pak Arie hebat!!”
ucap Kagami dan Ai.
*sementara itu…*
~Seta’s side~
Seta dan yang lainnya
sudah hampir sampai di atas atap sekolah. Dalam perjalanan yang melelahkan itu,
mereka bertemu dengan Ochi lagi!
“Hahaha!” Ochi tertawa
dengan angkuhnya, “Tak kusangka kalian memiliki strategi yang beresiko!
Baiklah, akan kubunuh sebagian lagi di sini!”
WHUSH!
Ochi langsung melesat
terbang ke lantai atas, diikuti Seta, Seiji, dan Suichi. Dan disusul agen
Himitsu lainnya di belakang mereka. Namun, terlambat…
Ochi menepuk tangannya
sekali, dan merapal mantra, “Vementer!”
CRING
Sekilas cahaya muncul,
namun langsung hilang kembali. Sejenak, para agen Himitsu yang mengikuti Ochi
itu berhenti berlari.
“Apa tadi itu?” pikir
Seiji bingung.
“Tak terjadi apa-apa…”
ujar Seta sambil melihat keadaan sekeliling.
“Tunggu…” Suichi
memicingkan matanya, dan perlahan berjalan ke arah Shujin yang berada satu
meter darinya.
TAP TAP TAP
BRUK!
“Aww…” Suichi
tiba-tiba menghentikkan langkahnya ketika ia melrasa menubruk sesuatu. “Ini…
kaca transparan!”
“Kaca transparan?”
tanya Puti bingung.
PUK
Hiruma menyentuh kaca
tak terlihat itu. “Memang benar, ada kaca sialan yang menghalangi jarak kita
dengan mereka.”
“Minggir…” Shujin
langsung mengambil ancang-ancang, “Hiyaaah!”
DUAK!
“….” Shujin terdiam
sejenak. “Sakit. Sial…”
“Kacanya tidak pecah!”
Puti nampak panik.
“Bagaimana ini?” tanya
Seiji pada Seta.
Seta berpikir, “Kita
tak bisa membuang waktu kita di sini. Kita harus segera menyusul Ochi agar bisa
menyelamtkan Hana!”
Suichi mengangguk,
“Akan aku bantu. Untuk kaca ini, serahkan saja pada mereka.”
“Baik!” ujar Puti dan
Shujin.
Dan tak lama kemudian,
Seta, Seiji, dan Suichi berlari menyusul Ochi.
…
“Sekarang… bagaimana?”
tanya Puti, “kita tak bisa apa-apa dengan kaca yang menghalangi kita sekarang.”
“Pasti ada cara…” ucap
Hiruma sambil mencoba berpikir.
TAP TAP TAP
“Ada yang mendekat!”
ujar Shujin yang lalu menyiapkan ancang-ancang (?). begitu pula Puti dan Hiruma
yang langsung siap dengan tongkat dan senjatanya ketika suara derap langkah
seseorang, tidak, eberapa orang, datang menghampiri mereka dari belakang.
Semakin dekat…
Makin dekat..
Dan…
“WHOA!”
Orang yang berlari
paling depan langsung berhenti, disusul dengan yang lain yang ada di
belakangnya.
“H-Hanamura?” ucap
Puti begitu melihat orang yang tengah berlari itu.
“Puti? Shujin-senpai? Hiruma-san?”
tanya Hanamura kaget. Melihat ketiga temannya itu dengan pakaian yang berbeda
dari biasanya.
“Hee, pakaian kalian
bagus! Dapat darimana?” tanya Lia.
“B-bagaimana ini…. Aku
tak bisa menjelaskannya..” bisik Puti di telinga Hiruma yang kontan membuat
telinga Hiruma merinding.
“Kau harus tahu satu
hal..” Hiruma berbisik balik dengan aura yang menyeramkan, “berani kau berbisik
lagi di telingaku, senapanku akan menembak jantungmu.”
Puti sweatdrop dengan sukses.
“Apa yang kalian
lakukan di sini? Semua warga sudah dievakuasi, seharusnya kalian ikut kami
untuk ke tempat pengevakuasian.” Tegas Agung meski wajahnya tetap datar.
“Kami bertugas
menyelamatkan AWS. Bukan untuk main-main.” Ucap Shujin dengan aura yang
menyeramkan.
“Ayo kita segera lari
dari tempat ini!” ucap Kanou dengan harap-harap cemas.
“Memangnya di mana
tempat pengevakuasian sialan itu?” tanya Hiruma.
Riku ikut menjelaskan,
“Tinggal lurus saja dari sini, lalu belok kanan. Kami sudah membuat pintu
rahasia yang kami bangun dibantu para guru dan arsitek sekolah seperti Agung
dan Hanamura.”
“Maaf saja, tapi
jalannya tertutup.” Ucap Puti, “Lihat?”
PUK
Puti menyentuh kaca
yang tak terlihat itu, “Ada kaca transparan yang menghalangi jalan kita.”
“Bohong..” Hanamura
mulai terlihat tegang. Ia berjalan perlahan,dan sama seperti Suichi tadi, ia
menubruk kaca itu, “K-kau benar.. apa ini ulah monster yang di luar itu juga?”
“Bukan..” Hiruma
angkat bicara, “Ini ulah dari dalang semua kekacauan di AWS sialan ini…”
“B-bagaimana ini? Kita
tak bisa menuju ruang evakuasi! A-apalagi, kita tak memegang senjata
sedikitpun!” Lia nampak sangat panik. Riku memegang kedua bahu Lia dari
belakang. Mencoba menenangkannya.
Kanou berpikir sejenak,
“Aku membawa cairan kimia yang bisa meledak. Apa mungkin kacanya bisa pecah
dengan itu?”
“Itu tak akan
berhasil…” Puti mengistirahatkan punggungnya sejenak di kaca itu, “kami sudah
mencoba sebelumnya, dan gagal.”
“Kalau begitu apa yang
harus kita lakukan?” tanya Riku cemas.
“Aku juga tak tahu.
Sepertinya kita hanya bisa menunggu semua ini hingga berakhir dengan
sendirinya. Lagipula, tak ada jalan memutar, ‘kan?” tanya Shujin.
Semua menggeleng
dengan kompak.
CRIING
“Eh?” Puti merasa di
belakangnya ada yang bergerak. Maka ia langsung melompat mundur, diikuti Hiruma
dan Shujin!
“Grr…”
“Sepertinya, monster
lagi.” Pikir Shujin.
Dan ternyata, benar
saja! Seekor ular raksasa berwarna hitam keunguan muncul dari balik kaca
transparan itu!
“Tch, semuanya lari!!”
perintah Hiruma yang langsung berlari bersama yang lain, diikuti ular yang
terus mengejar mereka.
“Ke arah sini!” ajak
Hanamura pada yang lain. Mereka pun berbelok ke kanan.
Mereka terus berlari,
sambil sesekali Shujin, Puti, atau Hiruma menembaki ular itu dengan lasernya.
SRET!
“Kyaa!”
“Lia!”
Lia tersandung entah
oleh apa, dan Hanamura spontan menghampirinya.
“Tidak, Hanamura,
jangan!” Puti langsung mengejar Hanamura yang berbalik kebelakang untuk
menolong Lia. Tapi, Puti menghentikan langkahnya, karena tangannya ditarik oleh
Agung. Puti hanya bisa diam.
“Ssss…” ular itu
mendesis, dan begitu ia berada dekat dengan Lia, dia langsung..
SRET
Melilit Lia dengan
tubuhnya!
“Gawat!” Shujin
terlihat panik. Tapi lagi-lagi Agung melarangnya untuk menolong Hanamura yang
nekat pergi menolong Lia di belakang sana.
“Pergi kau dari Lia,
ular jelek!” teriak Hanamura yang kemudian dia mengucap sebuah mantra, “Knock drop!”
DUAK!
BRUK!
Ular itu terkena
tonjokan keras milik Hanamura, dan dia pun tersungkur beberapa meter
kebelakang, lalu melepas Lia dari lilitannya.
BRUK!
Lia yang terlempar pun
langsung ditangkap oleh Hanamura.
“Kau baik-baik saja?”
tanya Hanamura.
“Aku baik-baik saja.”
Lia menjawab dengan seulas senyum.
“Ayo cepat! Ular itu
tak akan diam lebih lama lagi!”
“Baik!”
Mereka semua pun
kembali berlari menyusuri ruang demi ruang, dan koridor demi koridor, hingga
mereka kembali ke tempat semula di mana kaca transparan terletak.
“Kau bercanda? Kita
kembali ke jalur awal!” Puti nampak geram.
Hiruma masih terus
memikirkan sesuatu, “Ada yang aneh. Sepertinya, rute bangunan sekolah di
acak-acak oleh si vampire sialan itu!”
“Diacak? Bagaimana
bisa?” tanya Riku.
“Aku juga tak tahu,
tapi yang jelas, saat kita berlari, secara tak langsung dia mengubah rutenya
menjadi persegi. Lalu memutar balikannya kembali ke tempat ini. Kita ada di
dalam labirin buatannya!”
“Tidak mungkin!”
Puti mendelik tajam ke
belakang, “Agung, awas!”
Agung berbalik ke
belakang, dan…
CRING!
Agung menghalau pisau
tajam yang datang dari kejauhan dengan laser berwarna putih yang keluar dari
tangannya!
“White blade… laser active..” gumam Agung kembali dengan wajah
datarnya.
“A-apa… yang..” Puti
hanya menganga, tak bisa berkata apa-apa.
“Ssss!” ular raksasa
itu kembali datang untuk menerkam Lia! Namun kali ini, Lia langsung
menghadangnya dengan pedang berwarna emas miliknya!
“Sword gold active…”
gumam Lia dengan senyum sinis yang ia tampakkan.
“Sekarang, Riku!”
perintah Kanou, yang kemudian merapal mantra, “Chemic potion!”
CRING
Sebotol cairan kimia
muncul di atas tangan Kanou. Lalu, ia melemparnya ke arah Riku yang sudah
melompat tepat ke depan mulut ular itu.
GREP
Riku meraihnya dengan
pasti, lalu ia juga merapal mantra, “Chemic art!”
WHUSH
Cairan kimia itu ia
lempar ke dalam mulut sang ular, dan hanya dalam hitungan detik…
BRUK
Ular itu pingsan.
“K-kenapa… kalian…
bisa….” Pertama kalinya dalam hidup, kalian mendengar Shujin terbata-bata.
“Terkejut, eh? Kami
juga.” Sahut Hanamura. “Kami mendapat kekuatan hebat ini ketika melawan vampire
yang ada di lantai dua. Kami juga mengatakan semua jurus itu secara tidak sadar
sih. Tapi kami tahu, bahwa kami tengah melakukan hal yang luar biasa.”
“Apa… maksudnya… ini…”
Hiruma juga ternganga!
*sementara itu, di gerbang AWS*
“Hey lihat!!” Mizu
memperhatikan monster itu sejenak, “Satsuki, awas!!”
WHUSH!
Monster itu langsung
terbang tinggi, dan menukik tajam ke arah Satsuki!
“Oh tidak!” Fuji
langsung bergegas menghampiri Satsuki, namun—
“Rasakan ini, monster
jeleeek!” Satsuki mengambil ancang-ancang seperti akan menendang bola, “Kiku winto!!”
DUAK!!
Satsuki menendang
perut monster itu! Author tegaskan, ia menendangnya!!
“GROAAA!”
BRUK!
Monster itu kembali
terjatuh, dan agak sedikit sulit untuk bangun kali ini.
“Kiku winto?” pikir Arie, “kau… penyihir?”
“Eh?” pikir Satsuki bingung.
“E-entahlah… aku juga tak tahu. Aku mengatakannya tanpa aku sadari.”
“Monsternya kembali
bangun!” sahut Tobi panik.
“Digi, activated!” Kagami memegang batang kacamatanya, dan muncullah
layar digital yang berisikan data-data tentang musuh di kacamatanya kali ini.
“Dia monster tipe kegelapan! Tobi, gunakan item
ini untuk membuatnya melemah! Dan pastikan kau melemparnya tepat di kakinya!”
KLIK KLIK KLIK
Kagami menekan
beberapa tombol yang ada di batang kacamatanya, dan…
CRING
Muncullah sebuah bola
amefuto yang bercahaya, dan Tobi genggam tepat di tangannya.
“Baiklah….” Tobi
mengambil posisi, seperti akan melakukan pass, “Rudal shoot!!”
WHUSH!
Bola maefuto itu
langsung melesat dengan cepat ke arah sang monster! Dan kemudian…
DUAK!
“GROAA!”
Langsung mengenai
kakinya! “Yosha! Aku tak pernah merasakan pass milikku sampai sehebat itu!
lihatlah, dia lumpuh sebelah!
“K-Kagami dan Tobi
juga?” pikir Mizu heran.
“Ngh…” Inglid yang
sedari tadi pingsan akhirnya sadar, “apa yang terjadi?”
“Nanti aku ceritakan! Sekarang
pulihkan dulu lukamu!” perintah Mizu.
“Baik!” Inglid langsung menggunakan mantra pemulihnya
untuk dirinya sendiri.
“Jangan kalian pikir
aku tak bisa melakukan apapun!” Ai nampak sebal karena ia sedari tadi belum
beraksi, “Boob shield!”
CRING!
Sebuah perisai
berwarna pink langsung muncul di depan Ai dan Kagami. Dan itu awalnya terbentuk
dari cahaya kecil yang keluar dari dadanya.
“Lihat ‘kan? Perisai
ini cukup untuk melindungi dua orang!” ujar Ai bangga.
“Err, apa tak ada
jurus lain yang lebih normal?” pikir Kagami sweatdrop.
“D-dasar wanita…”
Satsuki nampak blushing.
“WUOOO! Masa-masa
remajaku akan dipenuhi hal-hal indah kali ini!!” Tobi seperti girang dengan
muka yang merah juga.
“A..hahaha…” Inglid
dan Mizu juga ikut sweatdrop.
‘Apa yang terjadi?
Kenapa mereka bisa memiliki kekuatan sihir juga?’ pikir Arie bingung.
*di lain pihak…*
~Atap AWS~
Seiji, Suichi, dan
Seta akhirnya sampai di puncak gedung AWS. Mereka melihat pemandangan yang
sangat mengagetkan mata mereka. Ada Hana di sana yang sedang menggenggam tongkatnya
kuat-kuat, dan Ochi yang tengah menyerap entah apa itu dari belakang Hana
dengan meletakkan tangannya di atas kepala Hana.
“HANA!!” Seiji nampak
kaget. Sepertinya dia sedang menyerap darah dan kekuatan Hana!
“Tenanglah, Seiji!”
ucap Suichi mengingatkan. Takut-takut kalau Seiji nekat menyerang dengan
tiba-tiba.
“Ayah… bagaimana ini?”
“Serahkan padaku…”
Suichi pun melihat jam tangan yang ada pada pergelangan tangannya. Ia pun
menekan sebuah tombol, dan muncul layar digital tepat di depannya. Ia pun
menekan beberapa tombol yang ada pada layar tersebut, “Dia musuh yang cukup
kuat..”
‘Ada tulisan analyzed
di layarnya. Siapa dia sebenarnya?’ batin Seiji
Suichi pun menyeringai
kecil, lalu ia kembali menekan layar digitalnya untuk mengucap mantra, “Darkness hole! Kurozaki!”
DRR DRR
“Ssss….”
Seekor ular
raksasa—lagi—yang berwarna hitam legam dan memiliki lidah berwarna ungu serta
mata hijau tajamnya muncul perlahan dari sebuah cairan yang timbul di atas
langit!
“K-Kurozaki?!” Seta
menganga dengan sukses. “Monster miliknya Kurozaki?!”
“Ayah….” Seiji bicara
sambil tetap terpukau melihat Kurozaki, sesepuh dari semua monster Darkness
Hole, “Jika kau masih memiliki waktu untuk menganga seperti itu, sebaiknya kau
jelaskan padaku, siapa orang ini sebenarnya?!”
*Gedung AWS….*
“Aku mendengar suara
ular lagi!” sahut Puti.
“Suara ular…
jangan-jangan…” Shujin langsung melirik ke luar jendela, dan dia melihat bayang
seekor ular raksasa dari atap sekolah! “Siapa yang mengeluarkan ular itu?! Dia
gila!!”
*Gerbang AWS…*
“M-Makhluk apa itu?!”
Inglid nampak kaget melihat Kurozaki yang berukuran sangat besar di atas sana.
“I-itu… itu Kurozaki!
Siapa yang memanggil Kurozaki?!” gumam Arie tak percaya.
*Kembali ke atap AWS..*
“Sekarang kau akan
mati. Sebaiknya kau serahkan gadis bernama Hana itu atau ajalmu tiba…” ucap
Suichi dengan menyeramkan, “Aku tak akan segan-segan membunuhmu. Karena
kematianmu bukan urusanku, lagipula, ini memang sudah kewajibanku untuk
membunuhmu!”
Seringai dari pria
berjam tangan digital yang berdiri di atas Kurozaki itu terlihat sangat gagah
dan menyeramkan.
“Siapa kau ini…” tanya
Ochi dengan ragu.
“Panggil aku… Multidigi Wizard, Suichi!”
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan