Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*Side Story: The Story Between Us By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor, (slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual, Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC, slight yaoi and yuri*~
.
~Kelas 2-2~pkl. 08.00~
Hana, Inglid, dan Mizu tengah berbincang bersama.
Tiga sekawan ini tengah membicarakan tugas-tugas yang semakin hari semakin banyak, padat, dan menggunung.
Dan ketika tengah asyik-asyiknya membicarakan si tugas yang nista itu, mereka menangkap sosok seorang gadis cantik yang tengah memandang keluar jendela, namanya Heartfilia, atau akrab disapa Lia.
“Hey,tidakkah menurutmu aneh? Belakangan ini, Lia jadi agak sedikit menutup diri lho..” ujar Hana membuka percakapan baru.
Melupakan sejenak obrolan mengenai si tugas yang nista itu memang tak ada salahnya.
“Iya, menurutku juga begitu... apakah dia punya masalah?” pikir Mizu.
“Satu-satunya alasan yang bisa membuat seseorang murung ya masalah...” jelas Inglid. “Aku jadi penasaran.. bagaimana jika kita tanyakan saja?”
“Kau yakin? Maksudku, kita bicara soal Lia disini, anak paling tertutup di AWS! Mana mungkin dia mau menceritakan masalahnya?” sahut Mizu dengan full expression.
“Justru disitu lah untungnya! Mengetahui satu masalah saja tentang kehidupan Lia, pasti akan sangat luar biasa!” Hana nampak mendukung.
“Ya sudah, kalau begitu aku yang akan bicara dengannya!” sahut Inglid sambil beranjak menuju meja Lia. Hana dan Mizu nampak tetap diam di tempat sambil memperhatikan dengan harap-harap cemas.
~Inglid’s side~
“Ano.. Lia...”
Lia menoleh ke arah Inglid dengan ekspresi agak kaget. “Oh, ada apa, Inglid?”
“Ano.. err.. begini... aku mau bertanya...”
“Silahkan saja.. soal apa?”
“Begini... umm... aku lihat, kau belakangan ini murung terus.. apakah ada sesuatu yang terjadi? Ada yang ingin kau ceritakan? Jika ada, ayo.. cerita saja padaku...”
Lia memalingkan wajahnya dari Inglid dengan muram dan bingung. “Emm.. bagaimana ya...”
“Ayolah... sebuah beban itu tak enak jika kau pendam sendirian.. terkadang, kau juga akan butuh seseorang untuk dijadikan tempar curhat...”
~Hana and Mizu’s side~
“Hoho, pintar juga dia merayunya...” celetuk Hana sambil tetap memperhatikan.
“Inglid jagonya... hehehe...” sahut Mizu.
~Inglid’s side~
“Tapi...” Lia akhirnya bersuara. “Kau janji kan, tak akan pernah mengatakannya pada siapapun?”
“Iya, aku janji...” Inglid nampak berbinar.
“Hmm, bagaimana ya...” Lia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
‘Aduuuh, lelet amat! Cepet Liaaa!’ batin Inglid menggebu-gebu.
Apakah rahasia yang mungkin dimiliki oleh seseorang yang sangat tertutup seperti Lia?
Dan ternyata...
“Aku sebenarnya...”
“Sebenarnya....?”
“Aku....aku...” wajah Lia tiba-tiba memerah. Ok, Inglid mulai takut.
“Kau kenapa?”
“Aku... aku sebenarnya....”
“Intel?!”
“Bukan!!”
“Oh, lalu?”
“Aku... aku menyukai seseorang... di kelas 2-1...”
“APA?!”
“Sssst!! Jangan keras-keras!!”
“Oh, m-maaf.. habisnya, rasanya aneh kalau kau bisa menyukai seseorang.. hahaha...”
“Tak apa.. karena aku sendiri juga tak tahu kenapa.. rasa suka itu datang begitu saja saat aku melihatnya..”
“Waw, kau pintar menggombal.. hahaha...”
“Ah, bu-bukan begitu maksudku!”
“Hehehe, iya iya.. aku mengerti.. jadi.. siapa laki-laki yang beruntung itu, eh?”
“Di-dia.. dia itu... Ha-Ha—“
BRAK!
“Pagi, kelas 2-2!!” seorang pria dengan perawakan tinggi dan memiliki rambut pirang kecoklatan datang sambil menggebrak pintu kelas 2-2. Ya, itulah dia orang yang Lia sukai...
“Hanamura-kun! Ups!” Lia langsung menutup mulutnya sendiri dengan tangannya.
“Hoo.. jadi dia yang telah membuatmu galau? Fufufu, kita lihat bagaimana orangnya...” Inglid menyeringai.
“Hey guys...” sapa Hanamura pada teman-temannya di kelas 2-2. Teman-temannya pun menyapa ia kembali dengan ceria dan semangat. Sepertinya Hanamura merupakan open minded person.
“Wah, sepertinya dia punya banyak teman...” gumam Inglid sambil terus memperhatikan. Hana dan Mizu juga sama.
“iya, Hanamura orangnya pandai bersosialisasi.. tidak seperti aku yang cenderung pendiam..” Lia nampak muram.
“Eh, kau tak boleh begitu..” Inglid menepuk bahu Lia. “Hm, bagaimana kalau aku bantu kau untuk mendekatinya?”
“A-apa?! Ti-tidak! I-itu... a-aku belum siap!”
“Jangan begitu... aku akan selalu ada disampingmu, percayalah... paling tidak, kita bisa mengetahui, bagaimana perasaan dia padamu! Iya kan?”
“I-iya.. tapi—“
“Kau memangnya mau, hah? Hidup dengan penuh kesuraman begitu? Kita harus cari tahu! Kalau hanya diam saja percuma!”
“Inglid...”
“Wanita juga berhak tahu bagaimana sebaliknya perasaan laki-laki yang ia sukai kepada dirinya, kan? Ayo, kubantu! Mau ya?”
“Emm...”
“Ayolah...”
“Kenapa kau begitu semangat sih?”
“Karena aku tak suka melihat seseorang sedih atau murung! Jika aku melihat orang seperti itu, maka bagaimanapun caranya, dan apapun resikonya, akan aku bantu kembalikan keceriaannya!”
“Pfft.. hahahaha!”
“Lho? Kenapa tertawa?”
“Kau... kau... pftt.. hahahaha! Kau kedengarannya seperti pejuang pembela wanita saja! ini kan Cuma masalah cinta, kenapa sampai begitunya? Hahahaha!!”
Terlihat Lia tertawa sampai keluar air mata. Puas sekali nampaknya.
“Huh dasar...” Inglid sukses memajukan bibirnya. “Tapi.. aku senang... jika aku bisa kembali melihatmu tertawa lepas begitu...”
Rona pink di wajah Lia muncul.
Inglid yang menyadari hal itu segera meluruskan, “Err... maksudku, senang dalam artian sahabat lho..”
“Oh..”
“Memang kau pikir apa?” Inglid sweatdrop.
“Ah, tidak.. lupakan saja...”
Ketika tengah asyik berbincang, Hanamura mendadak menoleh ke arah Lia. Lia dan Inglid yang menyadari hal itu, langsung memandang Hanamura kembali.
BLUSHED
Wajah Lia sudah merah padam saat Hanamura tersenyum padanya dan melambaikan tangannya pelan ke arahnya. Namun kejadian itu tak berlangsung lama, karena Hanamura sudah harus kembali ke kelasnya.
Sedangkan Lia masih dengan kondisi panas dan wajah memerah.
Inglid iseng menggodanya, “Ciee... dia melirik ke arahmu tadi..”
“A-aah.. Inglid! Apa sih ah...”
“Wah, kau panas sekali! Hahahaha!”
“Huh, jangan menggodaku!”
“Hehe, iya, maaf maaf.. jadi, bagaimana? Mau menerima jasa perjodohanku?”
“Umm.. setelah kupikir... iya, aku terima..”
“Bagus! Maka aku tinggal mengatur strategi nya sematang mungkin!”
“Mohon bantuannya ya...”
“Hu’um!”
Maka seusai sekolah, Hana, Inglid, dan Mizu membicarakan rencana mereka untuk mendekatkan Lia dengan Hanamura.
*siang harinya...*
~ruang loker AWS~pkl. 13.00~
Inglid, Lia, dan Mizu tengah berbincang di ruang loker AWS. Hana sudah pergi lebih dulu meninggalkan mereka untuk menjalani latihan amefuto bersama Hiruma. Yah, mereka yang tahu seperti apa Hiruma itu, pasti dapat memaklumi Hana.
Dan tak lama kemudian, datanglah Hanamura. Lia yang menyadari hal itu, langsung memperhatikan Hanamura secara sembunyi-sembunyi.
Mizu pun iseng menggodanya. “Hey, pangeran tercinta mu sudah datang tuh...”
Lia otomatis menunjukkan blushing miliknya yang manis itu.
Inglid nampak berpikir. “Hmm, mungkin ini memang saat yang pas!”
“Saat yang pas? Untuk apa?” tanya Lia bingung.
“Untuk membuatmu bicara empat mata dengan Hanamura! Cepat pergi sana!”
“A-apa? Tapi—“
BRUK
Terlambat, Lia sudah didorong oleh Inglid hingga ia menubruk tubuh Hanamura.
Dan setelah Lia lihat kembali, Inglid dan Mizu telah menghilang entah kemana.
Salah satu trik kuno untuk mendekatkan seseorang. Not bad, though.
DEG DEG DEG DEG DEG
Lia hanya berdua dengan Hanamura sekarang. Sedangkan Hanamura hanya terus memperhatikan Lia dengan wajah bingung.
‘Aku harus apa sekarang? Ya Tuhan, aku harus bilang apa? Aduh, pasti wajahku merah sekali!’ batin Lia gugup.
“Kau...”
“Eh?”
Hanamura akhirnya bersuara.
“Kau.. Heartfilia dari kelas 2-2 kan? Yang tadi pagi aku lihat...”
“I-iya... a-aku.. Heartfilia.. panggil saja aku Lia.. s-salam kenal..”
“Hahaha...”
“Ke-kenapa tertawa?”
“Tidak apa-apa... hanya saja, kau ternyata orangnya lucu ya...”
BLUSHED!
“A-aku? Lucu?”
“Iya.. jarang ada wanita sepertimu..” Hanamura terenyum.
Wajah Lia semakin panas.
“Oh iya...” Hanamura seakan teringat sesuatu. “Aku Hanamura.. dari kelas 2-1.. salam kenal ya..”
“I-iya...”
‘Tanpa kau perkenalkan dirimu, aku sudah tahu siapa kau, Hanamura-kun...’ batin Lia sambil terus berusaha menghilangkan rona merah di wajahnya.
“Hanya saja...”
“A-ada apa, Hanamura?”
“Aku heran... kenapa dari tadi wajahmu merah? Apa kau sakit?”
PUK
Hanamura meletakkan tanganya di kening Lia.
BLUSHED HARDER
“Etto... a-aku baik-baik saja! Aaaa... aku harus segera pergi! Sampai jumpa, Hanamura!”
PSYUUU~
Lia pun berlari meninggalkan Hanamura dengan kecepatan kilat.
“Yah.. mungkin dia sedang sakit...” gumam Hanamura lalu beranjak ke asrama.
~gerbang AWS~
Lia nampak menghampiri Inglid dan Mizu dengan wajah merah padam dan nafas yang memburu
“Kau kenapa?” tanya Inglid sambil menjilat es krimnya.
“Huh, apanya yang kenapa? Ini kan gara-gara kalian!” Lia sukses memajukan bibirnya kesal.
“Gara-gara kami? Tapi itu kan idenya Inglid..” ujar Mizu sambil tetap menjilati es krimnya. Bahkan ia tak sadar ada aura suram disampingnya.
“Maaf ya Lia.. aku tak bermaksud..” ucap Inglid pada akhirnya.
Lia tersenyum manis. “Sebenarnya... aku justru sangat berterima kasih...”
“Apa?”
“Berkat kalian, aku bisa bicara berdua dengan Hanamura.. itu.. itu adalah hal yang paling kuimpikan selama ini..”
“Wah.. hehehe, berarti memang berhasil!”
“I-iya.. mohon bantuannya lagi ya...”
“Pasti! Fufufu..”
*sore harinya...*
TAP TAP TAP
Hana tengah berjalan lunglai ke kamarnya. Tentu saja, ia lelah karena sudah latihan amefuto bersama Hiruma.
Dan ketika sedang berjalan dengan lunglai, tiba-tiba—
BRUK
—Tubuh Hana menabrak seseorang tanpa ia sadari.
“Eh, maaf... “
Orang itu tersenyum.
“S-seiji...”
“Apa kau kelelahan lagi, nona muda?”
“Berhenti bicara begitu padaku..”
Hana melirik orang disebelah Seiji. Siapa dia?
“Ano.. kau... siapa?”
Orang itu mengulurkan tangannya untuk berjabatan. Hana menanggapinya dengan baik.
“Agung..”
“Oh... aku Hana..”
Jabatan tangan pun dihentikan.
“Jadi.. apa yang kalian lakukan?” tanya Hana pada dua laki-laki di depannya ini.
“Hanya diskusi...” jawab Agung datar.
“Oh.. b-begitu..” Hana sweatdrop. ‘Orang ini dingin sekali.. aku pikir Seiji adalah orang terdingin, ternyata ada yang lebih dingin lagi...’
“Gung..” Seiji nampak akan mengatakan sesuatu pada temannya ini.
“Hn?” hanya itu respon Agung.
“Bagaimana kalau besok kita ajak Hanamura untuk membantu penggambaran sistem rancangan proyek kita? Aku yakin pasti dia akan banyak membantu.”
“Eh, kau kenal Hanamura?!” ujar Hana memotong.
“Dia sahabatku...” jawab Agung.
“Kebetulan, ayahku juga mengikut sertakan dia untuk membantu kami dalam proyek pembangunan sekolah AWS yang akan datang.. selain itu, Hanamura memang lumayan dalam hal mendesain, jadi kami akan mencoba meminta bantuannya untuk merancang....” jelas Seiji.
“Benarkah itu?” mata Hana berbinar mendapati tambang emas—ralat—jalan keluar masalah Lia ada di depannya sekarang.
“Memangnya kenapa?” tanya Agung kembali.
“Bagus kalau begitu! Agung, boleh aku minta nomormu?” Hana langsung to the point.
“Oi oi, kenapa ini? Kenapa tiba-tiba kau meminta nomornya begitu?” ujar Seiji agak kesal.
“Tenang saja Seiji... aku meminta nomornya bukan tanpa tujuan...” ujar Hana selagi bertukar nomor dengan Agung. “Aku meminta nomornya, untuk membantuku menjodohkan Lia dengan Hanamura!”
“Apa? Kau mau menjodohkan anak yang super tertutup itu?”pikir Seiji heran.
“Kau tak boleh begitu, Seiji! Dia tidak tertutup! Justru Lia orangnya sangat baik dan menyenangkan!”
“Hmm, apa menurutmu, aku juga bisa ikut membantu?”
“Wah, boleh saja!” Pertukaran nomor pun selesai. “Itu akan sangat membantuku lebih dari cukup...” sahut Hana sambil sedikit meninggalkan semburat pink di wajahnya. Seiji tersenyum simpul melihat reaksi Hana.
“Jadi...” Agung membuka percakapan baru. “Apa yang bisa kubantu?”
“Kumohon, nanti malam kau kirimkan pesan padaku.. isinya, semua yang kau ketahui tentang Hanamura! Ya? Kumohon.. “
“Hmm, kenapa tidak kita langsung bicarakan saja disini sekarang? Itu lebih simpel..”
“Aku terlalu lelah.. aku ingin segera beristirahat...”
“Baiklah kalau begitu..”
“Infomu kutunggu malam ini....”
“Hn..”
Maka Hana pun beranjak pergi meninggalkan kedua laki-laki itu.
...
Tak lama setelah kepergian Hana, Seiji dan Agung saling bertatapan.
“Maaf...”Agung yang lagi-lagi memulai pembicaraan. “Kau cemburu?”
“Entahlah...” ujar Seiji dengan tampang yang tak kalah datar.
“Kau kekasihnya kan?”
“Jika dia kekasihku.. aku tak mungkin berbuat sampai sejauh ini...”
Seiji pun beranjak pergi ke arah kamarnya. Agung hanya melihatnya dengan ekspresi datar yang heran.
Dan tak lama kemudian, Agung juga segera kembali ke kamarnya.
*malam harinya...*
CKLEK
Hana baru saja selesai mandi, dan tak lama setelah ia kembali menutup pintu kamar mandinya, ponselnya berdering. Ia segera membuka ponsel flip flop nya itu, dan menemukan tulisan ‘1 new message’ di layar ponselnya.
Ia membuka pesan itu... dan ternyata..
...
Seringai muncul seketika di wajah Hana.
*esok paginya...*
~Minggu~lapangan basket~pkl. 07.00~
Hana, Agung, dan Seiji tengah berbincang di tempat latihan orang-orang super tinggi di AWS ini.
“Agung, terima kasih ya! Semua yang kau kirimkan tentang Hanamura sangat membantuku untuk menyusun ide!” ujar Hana membuka percakapan pagi hari mereka.
“Iya, tak masalah Hana...” sahut Agung sambil asyik menyeruput kopi panasnya yang ia pesan di kantin tadi.
“Jadi, apa rencanamu?” tanya Seiji.
“Fufufu.. aku punya banyak sekali rencana!”
“Salah satunya?”
“Salah satunya—”
*skip time...*author dibunuh*
Lia tengah berjalan-jalan menyusuri AWS. Ketika ia sampai di taman, ia melihat Hanamura tengah duduk di bangku taman sambil mendengarkan lagu dari mp3 playernya.
DEG!
Jantung Lia kembali berdetak tak karuan. Wajahnya memanas lagi.
“A-ada dia.. bagaimana ini?” gumam Lia.
Hanamura tak sengaja melihat sekeliling, dan ia mendapati Lia tengah berdiri tak jauh darinya seorang diri.
Hanamura hanya cengar cengir pada Lia. Wajah Lia semakin memanas. Tentu Lia tahu, bahwa itu adalah salah satu kebiasaan Hanamura untuk menyapa seseorang dengan cara lain.
Namun tak lama kemudian, Hanamura mendelik ke atas dengan tampang serius, lalu berlari mendekati Lia hingga—
“AWAS!!”
BRUK
BYURR!!
Hanamura mendorong Lia hingga mereka berdua jatuh bersama ke tanah. Dan air yang cukup banyak ternyata hampir saja mengenai Lia tadi.
“Kau.. tidak apa-apa?” tanya Hanamura dengan memasang wajah yang serius.
Wajah Lia semakin bertambah merah. “I-iya...”
Hanamura baru menyadari posisi mereka berdua. (Hanamura menindih tubuh Lia diatasnya)
Mereka pun beranjak berdiri.
“Err.. m-maaf..” ujar Hanamura sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“T-tidak.. seharusnya, aku berterima kasih...”
“Ah, tak usah sungkan.. hehehe...”
“Hihihi...”
“Etto... lain kali.. hati-hati..”
“I-iya, aku mengerti..”
*sementara itu...*
~atap sekolah~
“Salah satu trik pendekatan paling kuno, sukses!” ujar Hana dan tak lupa seringainya yang tak hilang.
“Bagaimana kau tahu kalau Hanamura itu tipe orang yang cepat tanggap pada suatu keadaan?” tanya Mizu sambil membereskan ember-ember yang mereka pakai untuk menyiram Lia tadi.
“Aku tahu dari Agung.. temannya Seiji.. fufufu...” ujar Hana dengan seringai yang makin berkembang. “Kita lanjutkan rencana berikutnya!”
*siang harinya...*
~kantin AWS~pkl. 14.00~
Lia tengah membawa secangkir jus jeruk untuk ia minum. Dan baru saja ia membalikan badannya untuk segera menuju ke bangkunya, tiba-tiba—
BRUK
—ia menubruk tubuh seseorang.
“Ah, m-maaf... S-Seiji...” ujar Lia takut-takut ketika mengetahui orang yang ia tabrak. Lia memang tak begitu kenal dekat dengan Seiji, maka dalam bayangannya, Seiji itu tipe orang yang cuek, angkuh, dan sombong, karena ia anak kepala sekolah.
“Aku mau tanya...” ujar Seiji dengan wajah menyeramkan dalam pandangan Lia.
“A-apa?”
“Kau punya mata?”
“I-iya...”
“Lantas kenapa tak kau pakai matamu untuk berjalan dengan benar?”
“I-itu—“
“Aku mau tanya lagi.. apa kau buta?”
“Ti-tidak...”
“Lantas kenapa kau melihat layaknya orang buta?!”
“M-maafkan aku—“
“Apakah kau tak punya cara lain untuk meminta maaf? Kau tahu tidak? Kau sudah mengotori bajuku... dan baju ini harganya tak mungkin kau ganti dengan uang sakumu!”
“Maafkan aku Seiji!”
“Kau tahu kan siapa aku? Aku anak kepala sekolah.. dan aku bisa saja mengadukanmu pada ayahku..”
“I-iya.. aku tahu.. silahkan.. jika.. jika kau ingin mengadukannya, adukan saja.. a-aku yang salah...”
Tak terasa air mata mengalir jatuh di pipi Lia.
“Hoi, brengsek..” suara yang familiar terdengar di telinga Lia.
Tiba-tiba saja, ia baru sadar bahwa Hanamura merangkul bahu Seiji dengan aura kegelapan yang pekat.
“Apa hak mu membuat seorang gadis menangis, eh?” ujar Hanamura dengan seringai yang tak hilang.
Seiji hanya mendelik malas ke arah Hanamura. “Aku anak kepala sekolah.. aku bebas melakukan apapun..”
“Oh, apakah hanya karena kau memiliki jabatan tertinggi diantara murid-murid yang lain di AWS, kau berhak berperilaku seenaknya? Aku kira tidak begitu..”
“Kau temanku, harusnya kau membelaku...”
“Untuk apa aku membela seorang teman yang jelas-jelas sudah berani membuat gadis seperti Lia menangis hanya gara-gara hal sepele?”
“Hanamura.. kau—“
BUAGH!
Tonjokan keras mendarat tepat di pipi Seiji.
“Jika aku melihat Lia menangis lagi gara-gara kau, aku tak akan segan-segan membuat mu babak belur...”
Hanamura melirik ke arah Lia. Perlahan ia menghapus air mata di pipi Lia dengan tangannya. “Apa kau baik-baik saja? Sudah, kita makan di tempat lain saja.. aku traktir ya?”
“Tapi—“
“Sudah, ayo!”
Maka Hanamura menarik tangan Lia dan mereka berdua beranjak pergi dari kantin.
*kemudian...*
Seiji tengah bersandar di bawah pohon yang rindang. Ia mengelus pipinya perlahan. “Lumayan sakit juga tonjokanya..”
Hana pun datang menghampiri. “Seijiiii! Kerjamu bagus sekali! Aktingmu kereeen!”
“Tapi lihat hasilnya...” Seiji menunjuk pipinya.
“Oh.. m-maaf ya... tak kukira, sifat Hanamura yang protektif itu ternyata bisa sampai berlebihan...”
“Maaf saja tak cukup...”
“Eh?”
BRUK
Seiji menyenderkan Hana di batang pohon yang rindang itu. Ia mendekatkan wajahnya ke arah hana.
“Seiji....” wajah Hana memerah.
Ketika bibir Seiji berhenti tepat di belakang telinganya Hana, ia membisikkan, “Kau harus ganti rasa sakit ini.. dengan...
KRUYUUUK~
...makanan..”
“Pfft.... hahahaha!! Kau lapar ya? Haha, baiklah, baiklah! Aku traktir deh...”
“Terima kasih..”
“Tak usah sungkan.. ngomong-ngomong... bisakah kau menyingkir dulu? Aku tak bisa berjalan ke kantin kalau begini caranya...”
“Tidak...”
“Apa?”
“Tidak... aku tak bisa menggerakkan badanku dulu... untuk sementara...”
Seiji meletakkan dagunya di atas bahu Hana.
“Ugh.. Seiji bodoh...”
Tanpa sadar, Hana menarik pelan kaos Seiji. Seiji tersenyum senang dengan reaksi Hana padanya.
“Seiji...”
“Hn?”
“Kaosmu basah..”
“Ini kan sesuai perintahmu..”
“Iya.. tapi.. cepatlah ganti, nanti kau masuk angin..”
“Terima kasih sudah perhatian padaku.. tapi sudah kubilang, aku tak bisa bergerak dulu..”
“Pervert...”
“Itulah aku...”
Hana tersenyum kecil mendengar tanggapan Seiji.
*malam harinya...*
~kamar Lia~
Lia tengah membereskan kamarnya. Ketika sedang asyik-asyiknya beres-beres, ponselnya berbunyi.
Ia mendapati sebuah pesan baru dari Hana. Lia tersenyum dan segera bersiap-siap pergi.
~kamar Hanamura~
Hanamura tengah iseng-iseng menggambar di kertas HVS. Ketika tengah asyik menggambar, ia mendapat pesan masuk dari Seiji.
Selesai membaca pesan itu, Hanamura memasang tampang heran dan bergegas pergi.
*kemudian...*
~AWS Cafè~pkl. 19.00~
TAP TAP TAP
Lia berjalan dengan santai menuju satu meja, dan ketika sampai di meja tersebut, alangkah terkejutnya dia mendapati Hanamura disana!
“Ha-Hanamura?!” sahut Lia kaget.
“Lia?!” Hanamura pun tak kalah kagetnya.
Lia beranjak duduk di depan Hanamura. “A-ada apa kau disini?”
“Justru seharusnya aku yang berkata begitu, karena aku kesini diundang Seiji...”
“Aku kesini karena diundang Hana!”
“La-lalu.. mereka dimana?”
“Aku juga tak tahu...”
...
“Selamat datang, tuan dan nona muda...” ujar kedua pelayan yang melayani Lia dan Hanamura.
“Hana? Seiji?” ujar Lia dan Hanamura kompak.
Terlihat Hana dan Seiji memakai baju ala pelayan restoran mahal. Lia dan Hanamura hanya tercengang antara kaget, tidak percaya, dan lain sebagainya.
Seiji menghampiri Lia.
“Permisi, nona muda.. apakah ada yang ingin anda pesan? Mungkin sebuah seafood untuk dimakan berdua bersama kekasih anda?”
“Seiji, kau apa-apaan?”
Hana mendekati Hanamura.
“Permisi, tuan muda.. adakah yang ingin anda pesan? Mungkin segelas jus untuk diminum berdua di malam romantis anda ini?”
“K-kau ini.. apa-apaan sih ah...”
Terlihat Lia dan Hanamura saling tersipu satu sama lain.
“Jadi...” Seiji kembali berbicara. “Apa yang bisa kami lakukan untuk anda?”
“Kami disini adalah pelayan...” jelas Hana. “Tugas kami adalah melayani para tau hingga mereka puas dengan apa yang dihidangkan dan tentunya juga dengan pelayanan kami..”
“Kalian sudah gila ya? Maksudku, apa tujuan kalian melakukan ini? Dan bagaimana bisa kalian bekerja di café milik AWS begini?” berbagai pertanyaan keluar dari mulut Lia.
“Tujuan kami? Tujuan kami hanya satu.. yaitu membuat pelanggan bahagia..” ujar Hana dengan seulas senyum.
Wajah Lia semakin bertambah merah. Sekarang dia mengerti maksud Hana dan Seiji. Begitu juga Hanamura.
“Jika tidak ada yang akan ada pesan, kami akan meninggalkan kalian disini... jika butuh sesuatu, anda tidak hanya bisa memanggil kami, tapi juga teman kami yang lain..” jelas Seiji dengan senyum menggoda sambil menunjuk Inglid, Mizu, dan Agung yang juga berpakaian ala pelayan restoran kelas atas.
Hanamura dan Lia makin tercengang.
Oh ya, ditambah sweatdrop juga.
Lalu tak lama kemudian, Hana, Seiji, dan yang lain pergi ke dapur untuk meninggalkan Lia dan Hanamura berdua.
...
Hening...
Baik Lia maupun Hanamura tidak ada yang mengeluarkan suara.
Hingga akhirnya..
“Hanamura...” Lia bersuara.
“Iya?”
“Emm.. sebenarnya.. dari dulu ada yang ingin kutanyakan...”
“Apa itu?”
“Apakah... kau.. sudah... punya pacar?”
“Hmm, belum sih.. memangnya kenapa?”
“Apakah.. ada gadis yang sedang kau sukai saat ini?”
“Pasti dong...”
“Oh ya? Ceritakan padaku, seperti apa orangnya...”
“Dia itu cantik.. manis, pintar, penyayang, pengertian, perhatian, selalu ada di sampingku kemanapun aku pergi, dan selalu memperhatikanku dimanapun aku berada..”
“Wah, sepertinya dia sangat menyayangimu..”
“Iya.. dia juga orangnya menggemaskan, ceria, menarik, yang jelas perfect sekali buatku!”
‘Sepertinya bukan aku..’ batin Lia. “Memangnya, orang itu siapa? Bisa kau beri tahu?” Lia memasang senyum palsu. Senyuman dibalik kesedihan.
“Tentu..” Hanamura tersenyum simpul, dan...
GREP
“EH?”
Ia menggenggam tangan Lia erat. “Kau lah orangnya.. Heartfilia...”
“A-aku? Tapi.. kenapa?”
“Sudah kujelaskan bukan?”
“Tapi.. aku kan tidak menarik.. aku tidak ceria, aku tertutup.. semua orang tahu itu.. bagaimana mungkin kau bisa melihatku sebagai pribadi yang sedemikian sempurna?”
“Jika sudah jatuh cinta, apapun menjadi sah dan akan selalu berlaku sekalipun itu tidak masuk akal.. lagipula, itukan menurut pandangan orang-orang yang tidak kenal dekat dengamu.. sekarang coba pikir... Hana, Seiji, dan yang lain yang sudah membantu kita menjadi sedekat ini.. menurutmu, apakah mereka melihatmu sebagai Lia sang wanita paling tertutup dan seorang loner di AWS?”
“Tidak... mereka melihatku seperti seorang.. teman... bahkan Seiji juga..”
“Itu karena mereka telah mengenalmu sangat dalam...”
“Jadi.. apakah itu artinya.. kau juga akan melihatku sebagai seorang teman?”
“Tidak...”
“Oh, begitu..”
“Tidak hanya sekedar teman...”
“Apa?!”
“Tapi seorang kekasih...”
“Hanamura.. kau...”
“Lia.. maukah kau menjadi kekasihku? Jujur saja, selama ini, aku juga selalu memperhatikanmu lho... hehehe...”
“Benarkah?”
“Iya.. kau berbeda dibandingkan yang lain.. makanya, aku tertarik padamu, dan lama-lama menjadi suka.. hehehe..”
“Ah, Hanamura...”
“Jadi? Bagaimana?”
Lia perlahan tersenyum dengan semburat pink di wajahnya. Ia mengeratkan genggamannya pada tangan Hanamura dan berkata, “Iya.. aku mau menjadi kekasihmu...”
“Benarkah?!”
“Hu’um...”
Wajah Lia semakin merah padam.
“Terima kasih, Heartfiliaku...”
SRET
Hanamura beranjak berdiri dari kursinya, dan...
CUP
Dia mencium kening Lia denganlembut.
Rona merah sudah tidak dapat Lia sembunyikan lagi.
“Itu adalah tanda.. bahwa kau sudah menjadi milikku...” ucap Hanamura dengan seringai.
“Ah, kau ini! Malu dilihat yang lain...”
“Tak apa, biar mereka tahu, bahwa kita sudah bersama! Hihihi...”
Entah sudah semerah apa wajah Lia, author sendiri tak dapat menggambarkannya.
Tiba-tiba, Agung, Inglid dan Mizu dengan pakaian butler dan maid mereka datang menghampiri.
“Permisi, maaf mengganggu...” ujar Agung dengan muka datarnya. “Ini adalah kue yang direkomendasikan khusus untuk kalian oleh cafe kami..”
Agung menyimpan sebuah kue dengan bentuk hati yang sangat besar.
Ia pun pergi berlalu.
“Silahkan dinikmati hidangan spesial kami!” ujar Mizu ceria sambil menyimpan sebuah kue dengan bentuk persegi panjang dibawah kue yang berbentuk hati.
Mizu pun berlalu.
“Silah dinikmati! Kami harap anda berdua puas dengn hidangan yang kami sajikan!” Inglid tersenyum manis sambil menyimpan satu lagi kue berbentuk hati dibawah kue berbentuk persegi panjang.
Inglid pun pergi berlalu.
“Apakah ini tidak terlalu banyak?” pikir Hanamura sweatdrop.
“Tapi bentuknya lucu..” pikir Lia gemas.
Lalu, Seiji dan Hana datang.
Seiji meletakkan dua buah cangkir dengan gambar wajah Lia dan Hanamura yang terpampang jelas.
“Aih, imutnya...” sahut Lia sambil melihat secangkir teh hangat yang ada gambar wajahnya di cangkir tersebut.
“Bahkan wajahku terlihat lebih bagus disini..” pikir Hanamura suram.
“Silahkan dinikmati...” sahut Seiji yang kemudian pergi berlalu.
“Biar saya tambahkan tulisan menarik di atas kue nya ya? Supaya tuan dan nona bisa lebih menikmatinya dengan cita rasa yng berbeda..” sahut Hana dengan senyumya.
Kemudian, di kue hati yang pertama, ia tuliskan nama ‘Hanamura’. Lalu di kue yang berbentuk persegi panjang, ia menuliskan ‘Love’. Terkahir, di hati yang palih bawah, Hana menuliskan, ‘Heartfilia’.
Hingga jika dibaca...
“Hanamura Love Heartfilia.” ucap Hana dengan senyum menggodanya. “Saya permisi ya, tuan dan nona muda...”
Hana membungkuk, lalu pergi.
Lia dan Hanamura hanya bisa tercengang.
“Tak kukira mereka akan berbuat sejauh ini...” gumam Lia dan Hanamura bersamaan.
*tak lama kemudian...*
~gerbang AWS~pkl. 21.00~
“Wah, tak kusangka selesai juga! Ternyata mereka berdua punya perasaan yang sama satu sama lain!” ujar Hana sambil membersihkan sisa-sisa serbuk kue di seragam maid yang ia pakai dengan tangannya.
“Iya.. dan tak kusangka, Agung juga rela ikut berpartisipasi dalam hal seperti ini..” ujar Seiji sambil melirik ke arah Agung. Yag dilirik hanya memasang muka datar.
“Tapi dengan begini, sudah terbukti! Bahwa mereka saling mencintai!” ujar Inglid senang.
“Iya.. pernyataan cintanya romantis sekali! Hihihi..” ucap Mizu sambil mengingat kejadian tadi.
Dan tak lama kemudian, Hanamura juga Lia datang menghampiri.
“Kalian belum mengganti seragam kalian?” sindir Hanamura melihat teman-temannya berpakaian ala pelayan restoran begitu.
“Nanti saja, itu bisa diurus...” ujar Seiji dengan senyum misterius.
“Tapi jujur saja, akting kalian bagus sekali tadi.. hahaha...” ucap Lia.
“Terima kasih.. dan adegan kalian yang tadi juga bagus kok.. hahaha...”
“Ah, tidak juga...” Lia memerah lagi.
“Haha, sudah ya.. aku dan Lia duluan..” ujar Hanamura sambil merangkul bahu Lia dengan mesra.
“Oh iya, Hanamura.. soal kejadian di kantin..”
“Tak apa Seiji... sudah kumaafkan.. kalau tidak begitu, kedekatanku dengan Lia tak akan bertambah... haha, terima kasih ya kawan! Kau juga Agung! Terima kasih ya...”
“Tak usah sungkan...” ujar Agung yang lagi-lagi datar.
“Semuanya, kami duluan ya! Terima kasih sekali lagi!” sahut Lia yang kemudian pergi berlalu bersama Hanamura.
...
“Baiklah, kurasa ini sudah wkatunya aku mengganti seragamku... aku duluan ya... bye..” ujar Agung sambil berbalik meninggalkan yang lain dan melambaikan tangannya perlahan.
“Terima kasih ya, Gung...” teriak Hana agak keras.
“Yo.. tak usah sungkan...” sahut Agung hingg akhirnya ia benar-bear menghilang masuk ke dalam asrama.
“Kurasa kita juga sebaiknya pergi, Nglid!” sahut Mizu sambil melirik ke arah Seiji dan Hana.
Inglid yang mengerti akan hal itu, langsung menyetuju dan pergi bersama Mizu.
Tinggallah Hana dan Seiji berdua.
“Ayo, kita juga sebaiknya segera ke kamar...” sahut Hana yang kemudian beranjak pergi.
Baru juga satu langkah ia berjalan, tangannya sudah digenggam erat oleh Seiji.
Hana berbalik, dan menatap Seiji heran.
“Ada apa?”
“hana...”
“Hm?”
“Tahukah kau? Kau terlihat begitu cantik...”
“T-terima kasih.. err.. sudahlah, sebaiknya kita bergegas pergi...”
“Tapi...”
“Apa lagi?!”
“Kau akan lebih cantik, jika kau menurunkan rok mu yang terangkat ke atas itu...”
“A-apa?!”
Hana melihat ke bagian belakang, dan ternyata benar! Rok nya terkait salah satu benang pita seragamnya.
“KYAA!!”
Hana buru-buru melepas genggaman tangan Seiji dan menutup rok nya lagi.
Wajahnya sangat merah.
“Makanya, pakai baju yang benar...” ujar Seiji.
“M-mungkin tidak sengaja terkait... karena seingatku, masih tetap normal seperti biasa! Etto.. sejak kapan rok ku terangkat?!”
“Sejak Hanamura datang ke depan gerbang...”
“Waah, berarti Agung juga melihatnya?!”
“Tidak.. karena itulah aku terus berdiri di belakangmu...”
“Oh, t-terima kasih...”
...
“Tapi... itu berarti kau saja terus yang melihat rok ku terangkat?!”
“Memang...” Seiji tersenyum jahil.
“Dasar pervert!! Kau ini memang tidak tahu diri!”
“Tapi lebih baik aku sendiri kan yang melihatmu? Dari pada ditambah Agung.. kau akan semakin malu..”
“I-iya juga sih.. ah, ya sudahlah... ayo kita pergi, Seiji bodoh!”
“Haha... aku senang sekali hari ini...”
“Itu menurutmu, pervert!!”
~*TO BE CONTINUED*~
. Keep Spirit Up!
Hana-chan
0 komentar:
Posting Komentar