Sword Art Online (ソードアート・オンライン Sōdo Āto Onrain ) is a Japanese light novel series by Reki Kawahara, with illustrations by Abec. It has been adapted into three manga, an anime, and a video game.[2]
In the year 2022, the Virtual Reality Massively Multiplayer Online
Role-Playing Game (VRMMORPG), Sword Art Online (SAO), is released. With
the Nerve Gear, a virtual reality helmet that stimulates the user's five
senses via their brain, players can experience and control their
in-game characters with their minds.
On November 6, 2022, all the players log in for the first time, and
subsequently discover that they are unable to log out. They are then
informed by Kayaba Akihiko, the creator of SAO, that if they wish to be
free, they must reach the 100th floor of the game's tower and defeat the
final boss. However, if their avatars die in-game, their bodies will
also die in the real world. The story follows Kirito, a skilled player
who is determined to beat the game. As the game progresses for two
years, Kirito eventually befriends a female player named Asuna with whom
he eventually falls in love. After the duo discover the identity of
Kayaba's avatar in SAO, they confront and defeat him, freeing themselves
and the other players from the game.
Upon returning to the real world, Kirito learns that Asuna and a
small group of SAO players has still not awakened yet. Following a clue
about Asuna's whereabouts in another VRMMORPG called Alfheim Online
(ALO), Kirito also logs in there. Helped by his sister Suguha, he learns
that the trapped players in ALO are part of a plan devised by Nobuyuki
Sugō to perform illegal experiments on their minds to put them under his
control including Asuna, whom he intends to marry in the real world in
order to take over her family's company. After Kirito stops Nobuyuki's
plans, he finally reunites with Asuna in the real world.
Episodes:
Sword Art Online Episode 1
Sword Art Online Episode 2
Sword Art Online Episode 3
Sword Art Online Episode 4
Sword Art Online Episode 5
Sword Art Online Episode 6
Sword Art Online Episode 7
Sword Art Online Episode 8
Sword Art Online Episode 9
Sword Art Online Episode 10
Sword Art Online Episode 11
Sword Art Online Episode 12
Sword Art Online Episode 13
Sword Art Online Episode 14
Sword Art Online Episode 15
Sword Art Online Episode 16
Sword Art Online Episode 17
Sword Art Online Episode 18
Sword Art Online Episode 19
Sword Art Online Episode 20
Sword Art Online Episode 21
Sword Art Online Episode 22
Sword Art Online Episode 23
Sword Art Online Episode 24
Sword Art Online Episode 25 (Final)
Mirai Nikki
Yukiteru "Yuki" Amano is a loner who spends most of his time writing a diary on his cell phone or talking with his imaginary friends Deus Ex Machina, the God of Time and Space; and Murmur, Deus' servant. One day, Deus gives Yuki a special diary, mentioning something about a game. Strangely, Yuki's new diary has entries in it spanning the next 90 days—entries about the future that come unnervingly true. Deus, the not-so-imaginary God of Time and Space, then forces Yuki to participate in a battle royale with eleven other people, each of whom also has a diary that can predict the future in some unique way. The rules of this "Diary Game" are simple: the contestants must try to find and kill all the other contestants before the world ends on Day 90, and only the last one standing can prevent the Apocalypse and become the new God of Time and Space.
Episodes:
Mirai Nikki Episode 1
Mirai Nikki Episode 2
Mirai Nikki Episode 3
Mirai Nikki Episode 4
Mirai Nikki Episode 5
Mirai Nikki Episode 6
Mirai Nikki Episode 7
Mirai Nikki Episode 8
Mirai Nikki Episode 9
Mirai Nikki Episode 10
Mirai Nikki Episode 11
Mirai Nikki Episode 12
Mirai Nikki Episode 13
Mirai Nikki Episode 14
Mirai Nikki Episode 15
Mirai Nikki Episode 16
Mirai Nikki Episode 17
Mirai Nikki Episode 18
Mirai Nikki Episode 19
Mirai Nikki Episode 20
Mirai Nikki Episode 21
Mirai Nikki Episode 22
mirai Nikki Episode 23
Mirai Nikki Episode 24
Mirai Nikki Episode 25
Mirai Nikki Episode 26 (Final)
Code Breaker
Riding the bus one day, Sakura Sakurakouji looks out the window to see people being burned alive with a blue fire as a boy her age remains unharmed and stands over the people. When she goes back to the site the next day, there are no corpses or evidence of any kind of murder, just a small fire. When Sakura goes to class, she discovers the new transfer student is the same boy she saw the day before. Sakura soon learns that he is Rei Ogami, the sixth "Code: Breaker," a special type of assassin with a strange ability and a member of a secret organization that serves the government.
Episodes:
Code Breaker Episode 1
Code Breaker Episode 2
Code Breaker Episode 3
Code Breaker Episode 4
Code Breaker Episode 5
Code Breaker Episode 6
Code Breaker Episode 7
Code Breaker Episode 8
Code Breaker Episode 9
Code Breaker Episode 10
Code Breaker Episode 11
Code Breaker Episode 12
Code Breaker Episode 13 (Final)
BTOOOM!
Selasa, 15 Januari 2013
Ryōta Sakamoto is an unemployed 22-year-old who lives with his mother. In the real world, there may be nothing really special about him, but online, he's one of the world's top players of the combat game called Btooom!. One day, he awakes in what appears to be a tropical island, though he has no memory of how or why he has come to be there. While wandering around, Ryōta sees someone and calls out for help. The stranger responds by throwing a bomb at him. Ryōta soon realizes both that his life is in danger and that he has somehow been trapped in a real-life version of his favorite game. In the game Ryota meets Himiko, who is another Btooom! gamer — and supposedly Ryota's in-game wife.
Episodes:
BTOOOM! Episode 1
BTOOOM! Episode 2
BTOOOM! Episode 3
BTOOOM! Episode 4
BTOOOM! Episode 5
BTOOOM! Episode 6
BTOOOM! Episode 7
BTOOOM! Episode 8
BTOOOM! Episode 9
BTOOOM! Episode 10
BTOOOM! Episode 11
BTOOOM! Episode 12 (Final)
Another
Episodes:
Another Episode 1
Another Episode 2
Another Episode 3
Another Episode 4
Another Episode 5
Another Episode 6
Another Episode 7
Another Episode 8
Another Episode 9
Another Episode 10
Another Episode 11
Another Episode 12 (Final)
Behind Those Tears
moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang
didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World
School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*Behind Those Tears By
Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor,
(slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual,
Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya
bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC,
slight yaoi and yuri*~
.
“Sekarang… aku tak
akan segan-segan lagi padamu!” ujar Seiji.
“Kita bereskan semua
ini… sekarang juga!” sahut Hana.
“Kemarilah dan hadapi
aku… jika kalian memang bisa!” tukas Ochi sambil mengeluarkan senyum sinisnya.
WHUSH..
Ochi melompat beberapa
meter ke belakang. Kemudian, dia menodongkan telapak tangannya yang kanan, dan
mengucap mantra, “Raser!”
Dan keluarlah laser
petir (?) dari telapak tangan Ochi!
SRET
Seiji langsung berdiri
di depan Hana, dan mengayunkan tongkatnya sambil membaca mantra, “Sirude!”
CRING
Sebuah perisai yang
terbuat dari kumpulan serabut akar pohon pun muncul, dan digenggam tepat di
tangan Seiji.
DUAR
Seiji berhasil
menghadang serangan Ochi dengan perisainya itu. Tapi Seiji yakin, itu bukan
kekuatan yang benar-benar Ochi ingin tunjukkan. Kekuatannya yang jauh lebih
dahsyat dibanding ini pasti masih tersembunyi. Dan dapat dipastikan, dia akan
mengeluarkannya kali ini.
Namun, Hana tiba-tiba
berdiri di samping Seiji lalu memegang tongkat Seiji. Seiji yang heran, reflek
menoleh ke arah Hana.
“Kenapa, Hana?” tanya
Seiji.
Hana berbicara, namun
pandangannya tetap fokus pada Ochi, “Biarkan aku saja yang melawan Ochi. Kau
sudah terlalu banyak berinteraksi dengannya..”
“Tapi, kau bisa-bisa
celaka lagi!”
“Tidak kali ini. Aku
akan segera menghabisinya…”
“Apa kau yakin? Kau
baru saja pulih..”
“Aku bosan melihatmu
hanya bertarung dengannya terus..”
“Tapi Han—tunggu..
heee, jangan katakan padaku kau cemburu..”
BLUSH
“T-tidak! Jangan kau
pikir kau tahu segalanya tentangku!”
Seiji kembali menoleh
ke arah Ochi yang terlihat sudah compang camping, “Baiklah, jika itu maumu.
Tapi aku tetap akan membantumu dari belakang.”
“Terserah…”
“Yosh…” Seiji melompat
kurag lebih dua meter ke belakang Hana dan kembali melemparkan tongkatnya ke
langit. Kemudian, Niiji pun muncul kembali setelah tadi lenyap akibat terkena
kobaran api Hiruma dan semburan air Puti.
“Auuu..” Niiji seolah
mengisyaratkan, bahwa pertarungan yang sebenarnya baru akan dimulai. Seiji
memejamkan matanya sejenak. Lalu ketika dia kembali membuka matanya, sepasang
pentagram muncul di bola mata yang indah itu.
“Kau siap, Niiji?”
tanya Seiji.
“Rwrr..” jawab (?)
Niiji.
“Kuanggap itu sebagai
‘iya’…”
*sementara itu…*
Di pihak agen Himitsu
yang lain, semua juga sedang bertarung dengan sekuat tenaga. Dengan siapa?
Siapa lagi jika bukan naga milik Ochi. Meski kedua matanya sudah dibutakan oleh
Agung dan Lia sebelumnya, tapi kekuatan naga itu tak hilang sedikitpun. Justru
dia malah mengeluarkan semua kekuatannya secara membabi buta. Dan hal inilah
yang menjadi penghambat agen Himitsu untuk mendekatinya dan melancarkan mantra
padanya.
“Bagaimana ini… kita
tak akan pernah selesai jika terus seperti ini…” ucap Fuji sambil mengelap
peluh di keningnya. Tak lupa juga, tangan Kuroma yang super besar itu masih
melayang-layang tepat di belakangnya, di balik pintu gerbang kematian.
“Satu hal yang pasti,
kita harus bisa membuatnya tenang dulu…” pikir Puti. Di samping itu, Puti juga
kembali memanggil Dewi Air untuk membantunya dalam pertempuran kali ini.
“Tapi bagaimana
caranya?” tanya Inglid. Cahaya milik Tenshi yang begitu terang itu terus
bersinar di atas kepala Inglid. Membuatnya seperti malaikat yang baru turun
dari surga.
“Itulah yang ingin
kutanyakan dari tadi..” Mizu menyetujui.
Hiruma nampak masih
memikirkan sebuah strategi penyerangan yang akurat sambil menaiki tubuh Akama.
“Hmm…”
“Bagaimana? Apa kau
punya ide, Hiruma?” tanya Shujin.
Hiruma berkata sambil
mengusap-ngusap dagunya, “Sebenarnya tanpa harus menenangkan dia pun, kita
masih bisa melawannya. Caranya, kita harus bisa menghindari semua titik
serangannya, lalu begitu ada celah, kita buat dia jatuh!”
“Bodoh…” tukas Fuji,
“kita sudah coba itu berapa kali, hah? Naga itu sudah gila! Kita bertarung
dengan hewan liar, bukan hewan peliharaan lagi!”
“Yang terpenting
sekarang…” Puti terlihat siap dengan tongkatnya, “kita coba dulu saja semua
yang kita bisa.. selagi ada celah, langsung keluarkan kekuatan kalian!”
Semua mengangguk tanda
setuju. Sebenarnya, Hiruma juga mengiyakan, hanya saja, dia tetap diam tak
memberi respon apapun.
“GROAA!!”
“Naganya mengeluarkan
listrik!”teriak Inglid panik.
“Serahkan padaku!”
Shujin melompat sangat tinggi, tepat ke depan mulut sang naga. “Rasakan ini!! Broku moot!”
CRIING DUAR
Shujin menonjokkan
batu yang begitu besar di depannya, tepat kemulut sang naga.
HAP (?)
Aliran listrik yang
akan keluar dari mulut naga itu pun terhambat karena ada batu raksasa yang
menyumbatnya.
“Yeah!” Shujin nampak
bangga.
“Sekarang!!” perintah
Hiruma.
Inglid melayang tepat
di belakang sang naga, dan mengeluarkan cahaya yang begitu terang bersama
Tenshi. Cahaya itu berfungsi sebagai penambah kekuatan pada mantra
teman-temannya yang lain.
“Sekarang saatnya
untukmu pergi!” Mizu menodongkan tongkatnya ke arah bagian atas dari kepala
sang naga, dan mengucap mantra, “Zestro
fure!”
BRUK
Beribu-ribu ton
salju—mungkin—menindih seluruh tubuh sang naga, hingga ia kesulitan bergerak.
Sedikit catatan, sumpalan batu raksasa dari Shujin sudah mulai melemah akibat
terkena sengatan listrik dari dalam mulut sang naga.
“Dewi air… bantulah
aku…” Puti melayang dibantu oleh Dewi Air yang merangkul pinggangnya dari
belakang, dan Puti pun memutar tongkatnya dengan cepat, sambil mengucap mantra,
“Bame shoot!”
Peluru air yang begitu
besar dan banyak muncul menyerbu tubuh sang naga! Sepintas, tubuh sang naga
hanya tersakiti sedikit, dan hanya terlihat basah. Padahal, tujuan dari peluru
air itu untuk menyerap tenaga sang naga, agar semakin melemah.
“Baiklah, saatnya
mengakhiri semua ini!” Hiruma menepuk kepala Akama, dan mengucap mantra, “Elfeim las vetroz!”
“GROAA!”
WHUUSSH
Kobaran api yang
begitu panas menyerbu sang naga dan mengelilinginya hingga mengurungnya dalam
sebuah bola api yang panas.
PSSH..
“GROAAA!”
Seperempat tubuh dari
naga itu mulai terbakar!
“Bagus… ayo terus!”
Hiruma nampak harap-harap cemas.
Inglid nampak makin
memperkuat sinarnya, agar efek serangan Hiruma lebih kuat juga.
“Ayo… berhasilah..”
Hiruma masih nampak berharap.
PSSSH..
“Setengah badannya
sudah habis terbakar!” ujar Mizu kagum.
“Grr… GROAA!”
PRANG!
Bola api buatan Hiruma
pecah karena naga itu berhasil meretakkan batu milik Shujin, dan listriknya menyembur
keluar bola hingga membuatnya pecah! Dan tidak hanya itu, listrik itu juga
mengenai Hiruma, Mizu, Shujin, Puti, dan Inglid.
“Belum selesai!” Fuji
melompat tinggi dibantu angin topan yang ia buat tadi.
CLEB
Dia menancapkan
pedangnya tepat di atas kepala naga itu, dan segera berteriak, “Kuroma!!”
GREP
Tangan Kuroma langsung
menyeret naga Ochi perlahan menuju gerbang kematian.
WHUSH
Pedang yang
ditancapkan Fuji di atas kepala sang naga dibuat untuk menciptakan pedang
angin, yang menyayat-nyayati setiap senti dari permukaan tubuh naga tersebut.
Tentu saja, agar dia melemah, dan Kuroma semakin mudah menyeretnya ke gerbang
kematian.
Namun…
BZZ BZZZZ!!
Pergelangan tangan
Kuroma pun belah, akibat terkena sengatan listrik dari sang naga! Fuji pun
berinisiatif mundur sambil menarik kembali pedangnya.
“Sekarang… bagaimana…”
sahut Mizu sambil menahan rasa sakitnya akibat terkena sengatan listrik tadi.
“Entahlah…” gumam Fuji
bingung.
*kembali ke arena sebelumnya…*
SRET
Hana menodongkan
tongkatnya pada Ochi. Tatapan kebencian sangat terlihat jelas di kedua bola
mata Hana.
“Hahaha, sok jagoan
sekali kau ini! Mau mencoba melindungi pangeranku? Jangan kau pikir kau bisa
melampaui kemampuanku!” ejek Ochi mentah-mentah pada Hana.
“Ya, mungkin untuk
saat ini tidak. Tapi aku hanya ingin bisa melakukan sesuatu yang berharga untuk
Seiji sekali-kali…” tukas Hana dingin.
“Hoo… baiklah, kita
lihat apa yang kau punya dengan tubuh lemah seperti itu!”
SRET
Ochi menempelkan kedua
telapak tangannya di tanah, dan kemudian membaca mantra, “Appy rokku!”
DUAR DUAR DUAR
Bebatuan yang runcing
dan besar muncul dari dalam tanah! Dan tempatnya keluar selalu tepat dibawah
Hana dan Seiji! Reflek, kedua penyihir itu saling melompat untuk menghindari resiko
tertancap di atas batu itu dan mati konyol. Namun tak selang beberapa lama,
Ochi menghentikan mantranya, dan menghela nafas sejenak.
‘Sepertinya dia sudah
lelah..’ pikir Hana. “Sekarang kesempatanku!”
WHUSH
Hana memutar
tongkatnya, lalu mengucap mantra, “Aisu
durry!”
CRIIING
DUAR!
Sebuah laser es pun
muncul dari putaran tongkat Hana, dan mengenai tubuh Ochi langsung! Terlihat
asap dari hasil es yang meleleh di tubuhnya mengepul hebat.
“Ini masih belum
apa-apa!” Hana melompat tinggi, dan kemudian mengayunkan tongkatnya sambil
membaca mantra, “Vuruuvu radii!”
CRING
Sebuah tombak es yang
begitu besar dan tajam muncul! Namun karena tombak itu muncul di atas tanah,
maka tombak itu akan segera jatuh. Dan jika jatuh ke tanah, maka tanah akan
membuat retakan yang amat besar, dan yang habis bukan hanya Ochi, tapi
semuanya.
“Hana, apa yang kau
lakukan?!” Seiji nampak panik melihat hasil mantra Hana.
“Hanya ini
satu-satunya cara…” gumam Hana, “Jika hanya Ochi yang mati, dia masih bisa
mereinkarnasi dirinya menjadi vampire lagi, dan menggunakan tubuh orang lain
lagi untuk dia kendalikan. Tapi jika kita semua mati, tak akan ada yang bisa
dikendalikan oleh Ochi lagi…”
“Hana…”
“Selamat tinggal
Ochi.. kita bertemu lagi, di alam sana…” Hana memberikan seulas senyum.
Sedangkan Ochi hanya bisa menggerutu kesal.
Hiruma melirik duri es
yang begitu besar itu hampir jatuh tertancap tepat di atas permukaan tanah,
“Bodoh! Manajer Sialan, apa yang kau lakukan?!”
Puti juga bereaksi
kaget, “Hana, jangan lakukan itu!”
“Kita semua bisa
mati!” teriak Inglid ketakutan.
“Hana, apa yang kau
pikirkan?!” bentak Mizu sambil berlari menghampiri sahabatnya itu.
Fuji menarik tangan
Mizu, dan berkata, “Sudah, terima saja.. pada akhirnya, setiap manusia pasti
akan mati juga…”
“Itu hanya duri es…
ukurannya yang besar tak akan membahayakan kita semua, ‘kan?” tanya Suichi pada
Arie.
“Iya, durinya memang
tidak pernah berbahaya…” Arie terlihat memasang muka kaget dan takut.
“Lalu?”
“Yang berbahaya adalah
tempat dimana duri itu akan menancap…” sahut Seta serius, “Duri itu berukuran
sangat panjang dan besar, jika menancap di tanah, bisa-bisa menembus hingga
ratusan meter dalamnya dan membuat tanah di sekitarnya retak. Tidak hanya itu,
kemungkinan yang jauh lebih buruk adalah….”
“Adalah?” Suichi makin
penasaran.
“Kau ingat soal biji
yang kutanam di bawah gedung AWS yang selalu mengeluarkan darah itu?”
“J-jangan-jangan…”
“Kau tepat.. duri itu
akan menancap, pada biji emas yang kutanam… jika biji itu hancur, maka darahnya
akan meluap keluar lalu habis… sisanya, duri itu akan…..”
CLEB
Duri es milik Hana
sudah tertancap tepat di tanah yang ditanami biji emas.
KREK
Tanah di sekeliling
duri itu mulai retak…
“Akan apa, Seta?!”
tanya Suichi. Berharap dia bisa mencegah kejadian ini sebelum terlambat.
Seta kembali
meneruskan kata-katanya, “Akan… meretakkan tanah AWS, lalu terus
menghancurkannya hingga membuat lubang besar yang akan mengubur semua warga AWS
hidup-hidup..”
“Tidak mungkin.. itu
berarti, kita juga bisa mati!”
“Begitulah…” Seta
menunduk pasrah. Ia tahu, pada akhirnya dia akan menghadapi situasi ini ketika
dia menceritakan soal biji emas itu pada seluruh agen Himitsu tempo dulu.
DUAR!!
Akhirnya biji emas itu
kehabisan darahnya, dan membuat lubang yang menghisap seluruh warga AWS!!
“KYAAAA! AKU TAK MAU
MATI SEKARAAAANG!” teriak Ai ketakutan. Sedangkan badannya sendiri sudah
terhisap ke dalam lubang yang dibuat oleh biji emas itu.
“Aaaggh! Sial kau…
SIALAN KAUUUU! TERKUTUK KAUUU!” teriak Ochi marah, sambil berusaha melawan
hisapan biji itu. Namun usahanya sia-sia.
Agen Himitsu yang lain
beserta naga Ochi juga sudah terhisap.
Semua.. sudah hampir
terhisap…
-Hana’s POV-
Sekarang… semua
selesai…
Akhirnya, akhirnya aku
bisa melakukan sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Kuharap dengan ini, tak
akan pernah ada lagi peperangan… cukup… cukup ini yang terakhir..
…
“Hana….”
Siapa di sana? Siapa
yang memanggilku? Ah, mau tak mau aku harus membuka mataku yang sudah siap
untuk terpejam selamanya beberapa detik yang lalu.
Dan ketika kubuka
mataku…
Seekor kuda terbang
menghampiriku. Apa aku bemimpi? Apa aku sebenarnya sudah di surga?
“Ah, sepertinya, aku
sudah sampai di surga…” ucapku senang.
“Belum Hana… tugasmu
belum selesai!” ucap kuda itu.
“Apa yang kau
bicarakan? Aku sudah mengalahkan Ochi dan naganya sekaligus…”
“Ya, itu memang
benar.. tapi masih ada satu tugas lagi yang belum kau selesaikan..”
“Apa itu?”
“Menyelamatkan nyawa
teman-temanmu…”
“Hah? Tapi, bagaimana
kalau Ochi hidup kembali dan—“
“Tenang saja.. dia dan
naganya sudah kukirim ke gerbang kematian.. sudah kupastikan, mereka tak akan
bisa keluar lagi..”
“Gerbang kematian?
Jangan-jangan…”
“Ya, aku adalah
Shittesuki. Aku juga monster dari Darkness Hole..”
“Tapi, bagaimana
caranya aku menyelamatkan mereka semua? Aku tak bisa menggendong mereka satu
persatu keluar lubang..”
“Itulah gunanya ada
aku… sadarlah Hana, yang kau lakukan ini, belum sepenuhnya benar!”
Aku terdiam sejenak.
Memang benar, aku mengorbankan nyawa teman-temanku hanya demi pertarungan ini.
Jika Ochi dan naganya sudah tak ada lagi, itu berarti semua sudah selesai. Dan
tugasku sekarang hanya memperbaiki kesalahanku. Aku harus menyelamatkan
teman-temanku! Mereka semua… mereka semua berharga bagiku!
Aku melihat ke sekitarku.
Semua teman-temanku sudah pingsan akibat kehilangan oksigen. Ini berarti, kami
sudah setengahnya masuk ke dalam lubang. Tak ada lagi oksigen di sini. Aku
harus memperbaiki semua ini sebelum terlambat!
“Shittesuki… bantu
aku!” ucapku pada akhirnya.
“Baiklah.. sekarang,
pejamkan matamu…” ujarnya.
Aku pun memejamkan
mataku. Tak lama kemudian, aku merasa badanku terangkat. Oksigen yang awalnya
mulai berkurang, kembali terhisap oleh indra penciumanku. Aku kembali bernafas
normal!
Dan saat kubuka
mataku…
“Lu-lubangnya besar!”
teriakku kaget. Aku memandang pantulan dari diriku di tanduk Shittesuki yang
sedang kutunggangi karena tanduknya terbuat dari berlian yang mengkilat. Dan…
apa ini?! Kenapa di mataku ada pentagram?! Ah, jika aku ingat lagi, Fuji, Seiji,
Hiruma, dan Inglid juga memiliki mata ini saat bertarung bersama monster
Darkness Hole masing-masing. Ah, sepertinya hanya aku saja yang mengeluarkan
mata ini dengan reaksi yang tidak keren.
“Cepat, berikan
tongkatmu padaku!” perintah Shittesuki.
Aku mengangguk dan
memberikan tongkatku padanya. Dia menggigit tongkatku, dan seketika tongkatku bersinar
sangat terang!
Dan aku terkejut untuk
kedua kalinya, karena beberapa warga AWS melayang terangkat keluar dari lubang
itu!
Kenapa aku bilang
beberapa? Karena untuk penyihir yang memiliki monster Darkness Hole, dia sudah
diselamatkan oleh monsternya sendiri, tepat seperti aku ini. Dan yang
diselamatkan oleh Shittesuki adalah warga AWS yang tidak mempunyai monster
Darkness Hole seperti Mizu, Shujin-senpai, dan Arie sama, juga yang lainnya.
“B-bagaimana dengan
lubangnya?” tanyaku cemas.
“Serahkan
padaku!” Shittesuki memberikan kembali
tongkatku. Dan dia pun menyemburkan nafas es pada lubang yang terbentuk itu.
lubang itu pun hilang, tergantikan oleh es yang menutupinya, dan perlahan
berubah menjadi tanah kembali!
Wow, esnya bisa
berubah menjadi tanah!
Selang beberapa lama,
tanah AWS utuh kembali. Dan semua mendarat dengan selamat di atas tanah yang
sempat menjadi lubang raksasa itu. Hanya saja, sekarang gedung AWS sudah
hilang. Semuanya.. habis…
Aku turun dari badan
Shittesuki, dan mengelus rambut birunya perlahan, “Kenapa ini harus terjadi?
Ugh…”
“Nggh… di mana aku…
sekarang…” tanya Seiji yang mulai sadar sambil berusaha bangun. Ada Niiji di
sampingnya yang membantunya keluar tadi.
“Seiji….”
-Normal POV-
Seiji melirik ke arah
suara yang memanggilnya, “Hana! Kau selamat!”
Hana langsung berlari
menghampiri Seiji, dan…
GREP!
Dia memeluk tubuh
Seiji dengan sangat erat. Tentu saja, itu membuat Seiji kaget. “Tidak hanya
aku.. tapi kita semua... kita semua selamat!”
“Apa maksudmu?” tanya
Seiji. Tapi kemudian ia sadar, bahwa yang menyelamatkan semua warga AWS adalah
Shittesuki. Ia pun mengeluarkan seulas senyum.
“Maafkan aku, Seiji…”
Hana menangis dalam pelukan pria yang memiliki mata warna hijau emerald itu,
“Aku.. aku sudah bertindak bodoh! Aku menghancurkan bijinya, dan aku nyaris
membunuh kalian semua! Aku.. aku payah!”
Seiji mengusap
punggung Hana, dan berkata, “Tidak.. kau sudah melakukan hal yang benar… aku
bangga padamu…”
“Seiji….”
“Sudah, berhentilah
menangis…” Seiji melepaskan pelukannya, dan memegang bahu Hana. Tangannya yang
kanan menyeka air mata yang mengalir dari pipi Hana, “Kau hebat… Aku jadi
semakin sayang padamu.. Hana..”
CUP
Kecupan dari bibir
Seiji terasa jelas di bibir Hana. Dia juga bisa merasakan wajahnya memanas.
Ciuman itu berlangsung cukup lama, hingga…
“Aduh, anak muda jaman
sekarang.. beraninya di depan umum…” ucap Arie sambil berlagak menggelengkan
kepalanya.
Hana yang kaget
langsung mendorong badan Seiji menjauh dan sesi romantis itu pun terhenti,
“I-ini tidak seperti kelihatannya!” ujar Hana panik. Sedangkan Seiji hanya
tersenyum santai.
“Ah, Seta… kurasa
anakmu sudah dewasa..” Suichi melirik adiknya yang tengah menghampiri kerumunan
bersama Purento.
“Ya, dia sudah dewasa,
tanpa kusadari…” pikir Seta.
“Huh, aku bisa
melakukan yang lebih daripada ciuman…” ucap Seiji yang sukses mendapatkan
jitakan dari Hana.
“Sekarang bagaimana?”
tanya Hiruma.
“Apanya?” tanya Hana
balik.
“Klub amefuto kita, bodoh!!
Semuanya hancur gara-gara kau!”
“Jangan salahkan aku,
aku sudah memperbaiki semuanya! Lagipula, semuanya hancur karena Ochi!”
“Jangan suka
menyalahkan orang lain, Manajer Bodoh!”
“Aku tidak bodoh!”
“Kau bodoh!”
“Tidak!”
Baik, tinggalkan dulu
mereka berdua, sekarang kita lihat percakapan Seiji dan yang lain.
GREP
Fuji dan Shujin
merangkul bahu Seiji dari sisi kiri dan kanan.
“Aduh, kenapa kalian
ini?” tanya Seiji sambil menahan beban kedua laki-laki di sampingnya ini.
“Hey, Seiji…” Fuji
nampak berbisik, “Katakan padaku, bagaimana rasanya?”
“Hah? Apanya?” Seiji
nampak bingung.
“Bibir Hana!” Shujin
juga ikut berbisik.
“Ah…” Seiji
mengeluarkan senyum jahilnya, “Rasanya sangat manis! Dan sensasi yang diberikan
juga begitu panas! Bisa membuatmu terangsang dengan mudah!”
“Huooo!!” kedua
laki-laki itu nampak berbinar.
BRUK!
Fuji langsung
tertindih oleh salju yang ditimpakan padanya dari Mizu, “Sejak kapan kau jadi
seorang pervy, eh?”
“Hahaha! Makanya,
jangan punya pacar!” Shujin nampak bangga.
BLETAK
Seketika, Shujin
merasakan jitakan yang familiar. “Kuberikan kau SP lagi nanti…”
“Sialan kau, Kagami…”
“Seiji…” Puti menatap
Seiji serius. Seiji yang tengah menertawakan kedua temannya itu, langsung
menoleh ke arah Puti.
“Apa?” tanya Seiji.
“Jaga Hana baik-baik…
jangan sampai kau mengulangi kesalahanmu untuk yang kedua kalinya…”
“Kesalahan?”
“Kesalahan.. karena
sudah meninggalkan orang yang begitu menyayangimu..”
Puti memberikan seulas
senyum, dan pergi meninggalkan Seiji yang tengah merenung.
“Bagaimana sekarang,
Seta?” tanya Arie sambil memandang lahan kosong di depannya.
“Yah, kita harus re-build AWS…” jawab Seta.
“Kurasa kau benar..
haha, sepertinya kita harus merogoh kocek lebih dalam lagi sekarang…”
“Iya… hahaha..”
Dan dengan itu,
pertempuran pun berakhir, dan AWS kembali dibangun.
*skip time…*
~6 Bulan kemudian~
AWS yang megah itu
sudah kembali lagi setelah di bangun kembali. Dan sekarang, AWS bukanlah
sekolah biasa lagi. Malah beralih fungsi, jadi sekolah sihir. Ini dikarenakan
warga AWS yang ikut bertarung tempo hari, iri pada para penyihir yang bisa
sihir. Maka Seta memutuskan beralih profesi jadi wakasek dan Suichi menjadi
kepala sekolah yang baru. Arie menjadi guru yang khusus mengajarkan pelajaran
sihir pada setiap kelas bersama Seta.
Dan bicara soal
penyihir lain, kita lihat keadaan di UKS..
“Aw aw aw…” Ai
mengelus-ngelus dadanya terus. “Sakiiit…”
“Ini karena kau
mengeluarkan perisaimu terlalu sering! Makanya penyembuhanmu lama!” tegur Riku.
“Selain itu, jangan
mengelus dadamu sembarangan di depan laki-laki…” Kanou nampak membuang muka
sambil berusaha mengalihkan perhatiannya pada cairan kimia yang sedang dia
teliti.
“Huh, tapi ‘kan dadaku
sakit! Kau tak akan tau bagaimana rasanyaaaa~” rengek Ai. Kagami yang ada di
sebelahnya hanya bisa sweatdrop.
KLEK
Ada suara pintu yang
terbuka.
Lia yang masih
terbaring di tempat tidur menoleh, “Ah, Hanamura! Agung!”
“Bagaimana keadaanmu?”
tanya Hanamura sambil menghampiri tempat tidur Lia.
“Sudah lebih baik..
Riku bilang, aku bisa beraktifitas lagi lusa..” jelas Lia.
“Syukurlah…” Agung
nampak lega. Dan intonasinya yang datar tetap tidak hilang.
Baik, kita lihat atap
sekolah sekarang.
“Hana….” Seiji
berbicara di belakang Hana yang tengah melihat pemandangan dari atap sekolah
yang selalu indah itu.
“Iya, Seiji?” sahut
Hana tanpa berbalik menatap wajah Seiji. Dia masih asyik dengan aktivitasnya.
“Aku, ingin bicara
denganmu…”
“Bukankah memang itu
alasanmu memanggilku kemari?”
“Iya.. memang…”
“Lalu? Apa yang ingin
kau bicarakan?”
“Ini.. soal kita
berdua..”
“Maksudmu?”
“Hana.. aku..
menyukaimu..”
“Bukankah kau selalu
bilang begitu? Aku menyukaimu, dan bla bla bla..”
“Tidak…” Seiji memeluk
Hana dari belakang, yang kontan membuat Hana kaget, “Kali ini.. tak ada
candaan.. aku serius…”
“A…ahahaha.. j-jangan
bodoh kau! Kalau Kagami melihatmu dan salah sangka lagi, dia bisa memberikanmu
SP!”
“Maukah kau… menikah
denganku?”
“APA?!”
DUAK!!
Hana langsung menonjok
pipi Seiji, dan Seiji memasang muka memelas andalannya.
“Sudah kuduga, kau
hanya mau mempermainkanku!!”
“Aku serius!” Seiji
bangun dari duduknya akibat terkena tonjokan Hana tadi. Dia kembali berjalan
mendekati Hana.
KREK
Dia membuka kotak
merah yang sedari tadi ia genggam. Dan ada cincin dengan permata biru di
atasnya. Itu cincin Hana saat ia jadi penyihir! Sedikit catatan, karena misi
mereka telah berhasil, cincin itu akhirnya bisa lepas dari jari mereka. Jadi
sekarang mereka hanya bisa sihir, tapi tak bisa berubah. Cincin itu hanya
sebagai aksesoris sekarang.
“Aku tanya sekali
lagi, Hana…” Seiji kembali menatap Hana dengan serius, “Maukah kau menikah
denganku?”
“B-bodoh! Bercandamu
itu tak lucu!” Hana nampak membuang muka.
“Aku serius! Untuk
sekarang, aku beri kau cincin ini. Sebagai tanda bahwa kau hanya milikku! Tapi
jika sudah menikah nanti, bukan cincin ini yang kuberi.. tapi ini…”
Seiji mengeluarkan
satu kotak merah lagi. Dan saat dibuka, ada cincin emas di dalamnya!
“K-kau sudah
mempersiapkannya dari sekarang?!” Hana nampak kaget.
Seiji mengangguk, “Aku
menyayangimu… tidak… aku mencintaimu, Hana…”
Hana terdiam beberapa
saat.
“Seiji bodoh…” Hana
tersenyum, lalu mengambil cincin berpermata birunya. Dia pun memakainya, dan
membelakangi Seiji lagi, “A-aku… aku… aku juga men…menc..mencinta—“
PUK
Seiji menepuk kepala
Hana dengan pelan dan lembut, “Tanpa kau katakan pun… aku sudah tahu bagaimana
perasaanmu padaku…”
“Ya, kau memang tahu
segalanya..” Hana tersenyum simpul.
Mereka berdua saling
berhadapan kembali, dan saling mendekatkan wajah masing-masing.
Semakin dekat…
Dekat…
Dekat..
Hingga…
“YAAAA-HAAAA!!”
DRRT DRRRT
Hiruma datang sambil
menembakkan senapannya kemana-mana!
“Eh?” Hana nampak
menoleh ke arah pintu masuk atap sekolah. Ada agen Himitsu yang lain di sana!
“Sepertinya berciuman
sudah jadi kebiasaan kalian ya sekarang…” pikir Puti sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Moment romantisnya
jadi berhenti gara-gara Hiruma!” Mizu nampak berlinang air mata.
“Iya.. hiks… padahal
momen tadi yang paling kutunggu…” Inglid juga nampak berlinang air mata.
“Coba saja aku bisa
menahan Hiruma lebih kuat dari perbuatan jahilnya!” Shujin nampak sangat
menyesal.
“Iya, kita kurang kuat
menahannya!” Fuji juga nampak sangat menyesal.
“Kekekeke! Itu hukuman
kalian karena mau mengintip orang pacaran!” Hiruma berkekeh ria dengan puasnya.
“Ternyata kalian dari
tadi mengintip ya…” Seiji memasang wajah kesal karena terganggu.
“Hahaha, kalian ini!
Ada-ada saja!” Hana pun tertawa melihat tingkah teman-temannya itu.
Dan akhirnya, semua
selesai. AWS atau Anime World School, sekarang sudah menjadi aman, damai,
tentram, dan sejahtera (?).
Seiji dan Hana juga
sudah hidup bahagia bersama selamanya (?).
~*OWARI*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan