moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang
didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World
School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*Vampire’s True Power, AWS in Danger! By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor,
(slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual,
Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya
bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC,
slight yaoi and yuri*~
.
Suasana nampak sangat
hening dan mencekam. Tak ada yang berbicara, baik Kaori maupun Arie. Mereka
hanya mengayunkan tongkat masing-masing tanpa ada yang mengeluarkan mantra.
“Kenapa?” tanya Kaori
tiba-tiba.
“Eh?” sahut Arie
bingung.
“Kenapa kau tak
langsung mengeluarkan mantramu?”
“Kau sendiri?” Arie
menyeringai kecil.
“Bukan urusanmu..”
“Oh, jangan bilang kau
takut.. haha..”
“Tch, takut? Tidak
sama sekali..”
“Kalau begitu,
tunjukkan kekuatanmu!”
“Dengan senang hati!”
Kaori pun melompat
dengan tinggi, dan mengucapkan mantranya, “Puhu ahniu!”
Sebuah cambuk terbuat
dari api pun muncul! (Catatan, cambuknya terhubung dengan tongkatnya sendiri.
Bisa kalian bayangkan?) Dan dengan sigap serta kilat, Kaori menghempaskan
cambuk apinya ke arh Arie!
WHUSSH
CTAR!
Satu cambukan panas
melayang tepat hampir mengenai Arie jika saja dia tidak segera melompat untuk
menghindar. Alhasil, lantai yang tadinya terlihat begitu mewah dan mahal gosong
terkena sentuhan api dari cambuk Kaori.
“Fyuh, nyaris!” ucap
Arie sambil sejenak mengelap peluh di keningnya. “Kau ternyata cukup… panas!
Hahaha…”
“Tch, berhenti
main-main denganku!” Kaori mengucap mantra kembali, “Doragon o oe!”
Cambuk api tersebut
lepas dari tongkat milik Kaori dan api yang panjang itu berubah menjadi seekor
naga api yang berukuran lumayan besar! Tapi mungkin jika di ukur, masih belum
sebanding dengan Aoma dan Akama.
“Apa itu?!” Arie
langsung menyiapkan tongkatnya, dan mengucapkan mantra, “Denki-teki shirudo!”
CRIING
BZZ BZZ
Sebuah perisai listrik
pun muncul dan Arie genggam tepat di tangannya!
“GROAAA!” naga api itu
menukik dengan tajam ke arah Arie, dan..
BZZ BZZ
BLEDAR!
Api dan listrik itu saling berbenturan, hingga terbentuklah sebuah ledakan besar!
BRUK BRUK
Baik Arie maupun Kaori
saling terhempas dan masing-masing menubruk tiang penyangga istana, hingga efek
mantra mereka hilang.
“Api dengan listrik..
tidak, ini tak akan berhasil…” pikir Arie. “Aku butuh yang berelemen air di
sini.. elemenku tak ada gunanya di depan vampire ini..”
“Fyuh, untung saja kau
berelemen listrik..” Kaori pun beranjak berdiri, “Dengan begini, aku akan terbantu
dalam membunuh dirimu!”
“Jangan banyak omong
kau, dasar vampire!”
Arie kembali
mengayunkan tongkatnya. Tidak, bukan mengayunkan, mungkin lebih tepatnya
memutar tongkatnya ala mayoret (?). Dan perlahan listrik pun keluar dari
tongkatnya, hingga akhirnya ia mengucap mantra, “Ame supure!”
BZZ BZZ
Listrik pun keluar
dari putaran tongkat Arie, dan menyembur (atau mungkin menyemprot) ke arah
Kaori dengan begitu kencang dan menggelegar! Di samping itu, Arie masih tetap
memutarkan tongkatnya. Karena jika ia berhenti memutarnya, maka habislah sudah
riwayatnya karena mantranya terhenti.
Sedangkan Kaori sudah menyiapkan semprotan api miliknya, yang ia gunakan
untuk menangkis semprotan listrik milik Arie. Imbang, tak ada yang kalah.
Biasanya, dalam
keadaan begini ada Seta di samping Arie yang akan membantunya untuk melindungi
Arie yang tengah melancarkan jurus yang paling melelahkan ini. Sayangnya, dia
saat ini sendiri, tapi untunglah, Kaori juga sendiri. Jadi, sepertinya mereka
berdua akan terus mengeluarkan jurus mereka hingga salah satu di antara mereka
kelelahan.
Terlihat, Kaori mulai
lebih dulu lelah. Jelas saja, secara logika, ketahanan fisik jauh lebih unggul
laki-laki. Tapi kalau sudah begini, Kaori juga tak akan kehabisan ide.
“Kalau begini terus….”
Kaori menggigit bibirnya sedikit dan kemudian menarik nafas panjang untuk
meneriakkan nama yang sedari tadi ia harusnya sebut, “YOGIIIIII!! TOLONG
AKUUUU!!”
“Eh?!” Arie sontak
panik.
*Sementara itu…*
~Kastil lantai 3~
Yogi langsung
merespon. Dia merasa kaori memanggilnya dari bawah sana. “Kaori!!”
Yogi langsung melirik
ke lantai bawah, terlihat Kaori sedang saling beradu mantra dengan Arie. Dan
terlihat pula, ia sudah kelelahan. Dan juga, di tambah lagi anggota Himitsu
yang sedang menaiki tangga hampir sampai di lantai tempat Kaori dan Arie
bertarung. Kesimpulannya, istrinya itu sedang dalam bahaya!
“Tunggulah, sayangku!”
WHUSH
Yogi langsung melompat
turun dari lantai tiga menuju lantai dua.
“Gawat! Arie!!” Seta
pun langsung berinisiatif melompat turun juga, yang pada akhirnya..
TAP TAP
Seta sudah berada di
samping Arie, dan Yogi sudah berada di samping Kaori.
PSYUU
Kekuatan mantra milik
Kaori perlahan mengecil.
‘Oh tidak, dia sudah
mencapai batasnya..’ pikir Yogi.
BZZ BZZ
‘Arie, berjuanglah…’
pikir Seta. Karena terlihat Arie juga mulai kelelahan.
Hingga akhirnya…
SPLASH
BRUK BRUK
Arie dan Kaori pun
jatuh dan masing-masing mantra mereka pun lenyap hingga ketika Arie dan Kaori
terjatuh, Yogi dan Seta menangkap mereka. Setidaknya bedanya, cara menangkap
Yogi terlihat mesra. Seta? Biasa saja, layaknya pada seorang partner.
“Arie, kau tak apa,
kawan?” tanya Seta harap-harap cemas melihat Arie yang terengah-engah begitu.
“Sayang, sayang
bertahanlah!” Yogi nampak begitu khawatir pada Kaori.
Namun kedua insan yang
di tanya itu tak ada yang menjawab. Hanya lenguhan nafas berat mereka lah yang
terdengar.
TAP
Tepat pada waktunya,
agen Himitsu datang di lokasi!
“Seta-sama!” panggil
Fuji.
Seta reflek menoleh,
“Kalian!”
Hiruma langsung
mengambil posisi di samping Seta bersama Fuji dan Inglid. Sedangkan Shujin
mengangkut (?) Arie ke jarak yang agak jauh dengan musuh agar lebih aman.
Kemudian Mizu dan Puti saling bekerja sama untuk memulihkan Arie. Shujin
bertugas untuk menjaga para gadis yang tengah menyembuhkan para gadis ini.
Seta tersenyum kecil,
“Kerja sama tim mereka menjadi lebih baik di banding dulu…”
Yogi terlihat sangat
geram. Dengan datangnya bantuan, pertarungan pasti akan lebih sulit. Bagaimana
langkah selanjutnya? Oh, tentu saja Yogi menyadari satu hal. Dia adalah vampire
terkuat dalam sejarah, dia bertarung seorang diri pun pasti dia akan tetap
menjadi pemenangnya. Such a wonderful
power to be proud!
“Hehehe, kalian pikir
dengan bertambahnya jumlah kalian, kalian bisa mengalahkanku? Keh, itu tak
mungkin!” Yogi langsung menidurkan Kaori di jarak yang cukup aman juga, dan
kemudian dia mengucap mantra, “Yami no hira!”
CRIING
Sebuah bola cahaya
berwarna hitam muncul dari tangan Yogi, dan kemudian memancarkan sinarnya yang
cukup terang namun beraura hitam pekat di atas tubuh Kaori yang terbaring
lemah. Sepertinya, itu semacam jurus penyembuh milik Inglid, namun versi
kegelapannya (?).
Sementara bola cahaya
itu terus bersinar dan berusaha memulihkan Kaori, Yogi beranjak bertarung.
“Siapapun yang telah berani menyakiti istriku, tak akan pernah kumaafkan!”
GREP
Yogi menggenggam
tongkatnya erat, dan menodongkannya tepat ke arah Shujin. Aura kegelapan
memancar kuat darinya. Ia pun langsung membaca mantra, “Ubhara, pisaca!”
DRR…
Sebuah tanah liat
muncul dari dalam tanah (?), dan langsung membentuk wujud seorang vampire tepat
di hadapan Shujin!
Shujin yang kontan
panik, langsung reflek menyerang vampire tersebut. Ia pun membaca mantra sambil
meletakkan telapak tangan kanannya di atas lantai kastil tersebut, “Roka mara!”
SRET SRET SRET
Puluhan batu raksasa
muncul dari dalam tanah, dan langsung menyerbu vampire itu!
BUAK BUAK BUAK
Vampire itu pun hancur
berkeping-keping!
“Huh, ini urusan
mudah!” Shujin nampak bangga. Namun sepertinya, rasa bangga itu tak akan
bertahan lama.
BLUP BLUP BLUP
Serpihan tanah yang
hancur bekas vampire tadi menyatu kembali, dan menjadi lengket layaknya tanah
liat! Dan tanah liat itu pun kembali membentuk vampire itu seperti semula tanpa
ada cacat sedikit pun!
“Apa?!” Shujin kontan
saja kaget tak percaya.
WHUUSH
Vampire itu langsung
mendekati Shujin, dan menyerang Shujin dengan pukulan bertubi-tubi. Seperti
balas dendam saja.
DUAK DUAK
Shujin berusaha sekuat
tenaga menahan pukulan vampire itu yang luar biasa kerasnya. ‘Kekuatannya tiga
kali lipat lebih kuat daripada aku!’ batin Shujin di tengah acara menahan
serangan vampire itu.
“Senpai!” Fuji, dan
Inglid langsung reflek membantu Shujin. Inglid melemparkan tongkatnya, dan
mengucapkan, “Henge!”
BUFT
Tongkatnya pun berubah
menjadi sebuah pedang. Bersama dengan Fuji, Inglid menggunakan taktik andalan
mereka. Menyerang dari dua arah yang berlawanan. Fuji sebelah kiri, sedangkan
Inglid sebelah kanan.
“Hiyaaa!”
SRET SRET!
Inglid dan Fuji
membelah perut sang vampire dari dua arah secara menyilang.
BRUK
Tubuh bagian bawah dan
atas vampire itu terbelah!
Tapi nihil, pada
akhirnya, menyatu kembali. (Jika sulit di bayangkan, tonton saja Naruto
Shippuden saat pertarungan Naruto dalam Kyuubi mode ekor empat melawan
Orochimaru).
“Sial…” gerutu Fuji
sebal. “Bagaimana ini?”
“Entahlah…” sahut
Inglid dengan tampang seriusnya, “Dia pasti sulit di kalahkan..”
“Setidaknya, aku
lumayan terbantu…” Shujin beranjak berdiri kembali setelah tadi terjatuh akibat
pukulan dari sang vampire, “Terima kasih…”
Di lain pihak, Yogi
memukul lantai kastil dengan tongkatnya, yang kemudian dia todongkan ke arah
Mizu dan Puti. Kedua gadis itu langsung bersiaga sambil terus berusaha
memulihkan Arie. Yogi pun membaca mantra, “Yami
no kosatsu no tochi!”
DRR DRR DRR
Tanah pun langsung
berguncang! Mizu dan Puti spontan saja
panik.
SREK SREK SREK!
Tiga tangan berwarna
hitam keunguan muncul dari dalam tanah, dan..
GREP GREP GREP
Langsung mencekik
Mizu, Puti, dan Arie tanpa ampun! Ketiga penyihir itu mencoba untuk
memberontak. Tapi, semakin mereka mencoba memberontak, semakin kuat juga
cekikan yang di berikan. Kalau begini, mereka akan mati perlahan.
“S-sial…” gerutu Puti
sebal di sela-sela nafasnya yang semakin ia sulit keluarkan. Yang sangat ia
sayangkan adalah, tngkatnya dan Mizu terpisah dari pemiliknya masin-masing,
jadi mengakibatkan mereka tak bisa menggunakan sihir mereka.
“Hngg…” Mizu nampak
sudah tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya terus memegang pergelangan tangan
kegelapan itu dan mencoba terus untuk melepaskannya.
Sedangkan Arie hanya
diam, tak menunjukkan reaksi apa-apa. Tapi bukan berarti dia sudah mati! Dia
berusaha mengalirkan energi listrik ke dalam dirinya lalu merambat ke jantung
dan paru-paru agar tetap bisa bernafas di mana elemennya ini sudah sangat
menyatu dengan aliran darah dirinya sendiri. Ion tubuhnnya pun memberikan
respon baik akan datangnya energi positif dari elemen Arie tersebut. Ini adalah
salah satu kekuatan spesial Arie yang tidak di miliki oleh yang lain ketika
dirinya berusaha untuk tetap bertahan hidup di tengah situasi yang
mempertaruhkan nyawa seperti sekarang ini. Di samping itu, dia sadar bahwa dia
tak akan bisa mengandalkan siapapun lagi selain dirinya sendiri dalam situasi
saat ini. Ia membuka matanya sedikit, dan memperhatikan situasi.
‘Shujin, Fuji, dan
Inglid pasti akan di sibukkan dengan vampire itu. Puti dan Mizu juga sudah tak
akan bisa melakukan apa-apa. Seta dan Hiruma pasti terfokus pada Yogi. Ah, aku
sendiri pun pasti tak akan bisa apa-apa lagi. Kekuatan mengalirkan listrikku
ini pun ada batasnya. Apakah… hidupku tak lama lagi? Apakah.. aku harus
berakhir di sini? Apakah… aku harus mati dengan cekikan tangan seperti ini?
Hahah.. sangat… tidak elegan…’ batin Arie dalam hatinya yang terdalam.
Di lain pihak, Yogi
sudah menyeringai dengan gagahnya (?). “Hahaha! Kau siap untuk merasakan
seranganku yang berikutnya?”
“Tak akan kubiarkan!”
Hiruma langsung mengeluarkan ratusan (atau bahkan ribuan) senjata apinya, dan
mengarahkannya tepat ke arah Yogi!
TREK
DUAAAR
Berbagai tembakan
serta panasnya api menyeruak keluar dari senjata Hiruma!
“Kubantu!” Seta
langsung menayunkan tongkatnya dan menodongkannya ke arah Yogi. Kemudian, ia
membaca mantra, “Supairaru hi!”
Keluarlah api dengan
cara spiral dari tongkat Seta dalam ukuran yang cukup besar!
Yogi hanya tetap diam
di tempatnya, sambil terus memegang tongkatnya dengan erat. Kemudian dia
menodongkan tongkatnya ke arah kobaran api besar nan panas yang mendekatinya
itu, lalu membaca mantra, “Menimienai
shirudo!”
WHUSSH
Api tersebut tiba-tiba
menghentikan pergerakkannya, namun kobarannya tetap bergerak. Akan tetapi,
tidak mengenai Yogi sedikit pun!
“Apa? Sialan!” gerutu
Hiruma sebal.
“Perisai tak terlihat!?
Tch, orang itu..” Seta dapat di pastikan tengah menyumpah-nyumpah tak jelas
saat ini.
Yogi tersenyum puas,
dan mulai menggerakkan tongkatnya lagi. “Waktunya finishing!”
CLEB
Yogi menancapkan
tongkatnya ke lantai kastil istana dan kemudian menggenggam tongkatnya erat.
GLUDUK GLUDUK
Langit cerah pun
berubah menjadi hitam pekat. Mendung tiba-tiba datang. Yogi langsung
menggenggam tongkatnya dengan erat, dan berkomat kamit yang sepertinya sedang
membaca mantra, “Ulka andhera!”
DRR DRRR
“Whoa!” semua agen Himitsu
nampak panik. Tanah tiba-tiba saja berguncang dengan sangat keras, dan
ternyata…
~Kastil lantai
teratas~
“What…”
“The…”
“Hell…”
Seiji, Hana, dan Ochi
mengucapkannya dengan berurutan. Seperti biasa, mereka semakin kompak.
“Oh Tuhan…” Seiji
nampak menatap langit dengan takjub. “Kekuatan ini…”
“…..” Hana hanya
menatap langit dengan dingin, tak berkomentar apa-apa.
“Ayah… tidak.. AYAH!!”
Ochi langsung panik, dan bergegas keluar dari ruangan. Namun..
WHUUSH~
Angin kencang
tiba-tiba datang menerpa, dan..
KREK!
Membelah atap kastil,
yang kemudian menghancurkannya hingga berkeping-keping dan membuat kastil
Nowheresville tak memiliki atap lagi sekarang! Sedangkan serpihan atap kastil
itu semakin terbang melambung jauh entah kemana terbawa angin. Seiji menahan
tamparan angin yang datang ke wajahnya dengan tangan kirinya yang bebas tak
memegang tongkat. Sama halnya dengan Ochi, hanya saja, Hana tetap diam tak
berekspresi.
“Anginnya kencang,
sampai bisa menghancurkan atap kastil!” gumam Seiji takjub. “Mantra yang luar
biasa..”
“Tidak, aku harus mencegah
ayah merapalkan mantranya lebih jauh lagi!” pikir Ochi yang kemudian langsung
berlari ke lantai bawah.
TAP TAP TAP
~Kastil Nowheresville
lantai 2~
“Ayah!!” sahut Ochi
ketika melihat Ayahnya begitu puas merapalkan mantranya yang terhebat.
WHUSH WHUSH
Gara-gara angin
kencang itu, mantra Yogi yang sebelumnya ia rapal untuk membuat tangan pencekik
dan vampire alot hilang.
Agen Himitsu selamat? Tidak.
Justru bahaya yang
lebih besar menanti mereka.
“Hahahaha! Akan
kubereskan kalian semua sekarang juga!” tawa Yogi membahana di tengah hembusan
angin yang begitu kencang ini.
“Ayah! Hentikan! Kau bisa
membunuh dirimu sendiri! Aku juga ingin menguasai dunia ini secepatnya, tapi
tak begini caranya!” Ochi nampak mulai sebal pada Ayahnya ini.
“Diam kau! Tahu apa
kau soal menguasai dunia? Ini merupakan bagian dari rencanaku, yang akan segera
berjalan dengan mulus! Hahaha!”
“Ayah, kendalikan
dirimu! Kau gila, apa?! Jika kau menggunakan mantra ini, tidak hanya para
penyihir bodoh itu, tapi kau, ibu, dan aku juga akan tersingkir!”
“Tch, berisik!! Aku harus
segera membersihkan kastil ini agar bisa langsung menempati kerajaan baruku,
AWS! Hahaha!”
GREP
Yogi mempererat
genggamannya pada tongkatnya itu, dan kemudian mengucap mantra kembali, “Kururu radi yos amhae!”
BUM BUM
Meteor-meteor besar
muncul dari langit, dan perlahan mulai mendekati bumi!
“Gawat!” Seta mulai
menjaga jarak bersama Hiruma dari Yogi. Semua agen Himitsu berkumpul di pojok
ruangan bersama dengan Mizu, Puti, dan Aie yang masih mencoba membangkitkan
kesadarannya setelah mendapat cekikan yang hampir merenggut nyawa mereka. Di samping itu, Shujin, Fuji, dan Inglid juga
ikut menepi ke pojokan karena vampire yang mereka tadi lawan sudah menghilang
entah kemana akibat terbawa angin kencang.
PSSSH
Sebuah meteor kecil
jatuh ke lantai kastil, dan membakar lantai tersebut hingga tercipta sebuah
lubang kecil karena lantai itu meleleh terkena panasnya api dari meteor
tersebut.
“Kekuatan macam apa
yang dia keluarkan ini? Sungguh, luar biasa sekali! Seolah-olah dia memanggil
alam untuk mengikuti kemauannya…” pikir Fuji.
“Masih ada banyak
meteor yang akan jatuh! Semuanya! Tetap berada di belakangku!” ujar Seta yang
kemudian mengayunkan tongkatnya lalu memutar-mutarnya hingga membentuk pola
lingkaran. Ia pun mengucap mantra, “Kekkai!”
CRING
Sebuah perisai yang
terbuat dari cahaya berwarna merah merekah menyelimuti agen Himitsu dan
membantu mereka terlindung dari hujan meteornya Yogi.
*sementara itu…*
~Kastil Nowheresville
lantai teratas~
Seiji memeluk Hana
dengan erat. Mumpung tak ada Ochi, dia berinisiatif untuk melindungi Hana dari
hujan meteor yang datang ke bumi. Ia tahu,
percuma saja melakukan hal ini. Namun apa daya, rasa sayangnya pada Hana
mengalahkan logikanya itu.
“Hana! Tenanglah, kau
aman bersamaku!” ujar Seiji mantap.
PSSH PSSSH
Meteor perlahan
membakar kastil lantai teratas itu!
“Sial! Ayo pergi dari
sini Hana!”
GREP
Seiji memegang tangan
Hana erat, lalu beranjak menuruni tangga menuju ke lantai bawah sambil sesekali
berusaha menghindari meteor yang jatuh hampir tepat mengenainya. Sedangkan hanya
diam. Masih dengan tampang dingin, dan datar. Dia hanya diam saja di
seret-seret oleh Seiji seperti itu.
~Kastil Nowheresville
lantai 2~
“Ayah!” sahut Seiji
melihat Seta dan yang lain tengah berlindung dalam perisai milik Seta. Seta yang
ada di dalam perisai menoleh, dan menghilangkan perisainya.
“Seiji! Syukurlah, kau
selamat!” betapa bahagianya Seta ketika dia melihat Seiji selamat. Dan terlebih
lagi, membawa Hana bersamanya!
“Ayo, ayah! Kita pergi
dari sini! Kastilnya akan hancur, percuma kau menggunakan pelindung!”
“Baiklah! Arie, Puti,
Mizu, kalian bisa berlari sendiri?”
Ketiga orang itu
berdiri perlahan, dan sedikit mengelus leher mereka yang masih agak pegal. Mereka
pun dengan mantap mengatakan, “Bisa dong!”
Seta tersenyum puas, “Bagus,
ayo!”
Akhirnya agen Himitsu
memutuskan untuk keluar dari kastil.
Sementara itu, Ochi
masih tak habis pikir dengan apa yang tengah Ayahnya lakukan ini. Terlihat,
tubuh Yogi semakin mengurus. Sangaaaaat kurus, karena efek dari mantranya ini. Inilah
sebabnya Ochi tak pernah setuju Ayahnya menggunakan mantra yang sangat
terlarang ini. Ayahnya bisa mati karena mantranya sendiri.
“Ayah… hentikan…” Ochi
rasanya sudah tak sanggup untuk teriak.
“Ngh..” Kaori beranjak
bangun, dan terlihat dia udah agak pulih. Namun, betapa kagetnya dia ketika
melihat Yogi berusaha keras berjuang untuk menaklukan dunia ini. Kaori akhirnya
hanya tersenyum simpul, dan memegang tangan Yogi yang tengah menggenggam
tongkatnya ini.
Yogi menoleh ke arah
istrinya, “Kau sudah baikan?”
Kaori hanya tetap
tersenyum, “Kau sendiri?”
“Seperti yang kau
lihat…”
“Sudah, hentikan.. ini
cukup..”
“Tapi—“
“Jika kau tak mau
menghentikkannya…” Kaori memejamkan matanya, dan perlahan muncul cahaya dari
kedua tangannya yang menyelimuti tangan Yogi juga. “Aku akan ikut mati, bersama
dengan mantra mu…”
“Tidak..”
“Ya…”
“Tidak..”
“Ya…”
“Tidak, Kao—“
“Shaishin pururu…”
CRIIING
DUAR!
Cahaya yang begitu
menyilaukan muncul mengelilingi kastil Nowheresville!
“AYAH!! IBU!!!” Ochi
berusaha mencegah perbuatan nekat Ayah dan Ibunya itu. Namun langkahnya
terhenti karena dia tidak mungkin mendekati orang tuanya. Cahayanya terlalu
menyilaukan. Dan tentu kita semua tahu, cahaya adalah musuh terbesar vampire.
Kaori melirik anak
gadisnya, dan ia tersenyum lalu berkata, “Raihlah AWS, demi kami… Ochi…”
“Tidak…” Ochi mulai
meneteskan air matanya, “Tidak, jangan bercanda!! Aku tak mungkin mendapatkan
AWS sendirian!! Selama ini aku mencoba, mencoba dan mencoba, tapi apa yang
terjadi? KALIAN MELIHAT SENDIRI BAHWA AKU TELAH GAGAL!!!”
“Jaga baik-baik
tongkat pemberian ayahmu, itu akan sangat membantumu. Karena sepertiya, kami
sudah mencapai batas kekuatan kami… kami sudah hidup terlalu lama, kini saatnya
pembakaran diri,..”
“Tidak, jangan bicara
begitu!! Kenapa kalian tiba-tiba memutuskan untuk pergi meninggalkanku?!”
“Sayonara, Ochi…” Kaori
menggenggam tangan Yogi dan perlahan api mulai muncul dari bawah tubuh mereka,
dan membakar diri mereka masing-masing.
“Kaori… kau bodoh…”
gumam Yogi sambil mencoba tersenyum.
“Kau juga.. Yogi…”
Kaori juga hanya tersenyum pahit.
“Jika ini memang jalan
yang harus kita ambil.. maka aku tak ada pilihan.. I love you..”
“Aku juga, mengambil
jalan ini untuk kebaikan kita semua.. I love you too…”
Perlahan mereka pun
saling menempelkan bibir mereka satu sama lain. Dan seiring dengan berakhirnya
ciuman itu, sang api pun total membakar mereka berdua. Hingga mereka pun
akhirnya…
Lenyap..
…
Kastil perlahan mulai
roboh, Ochi hanya menunduk tanpa tahu harus berekspresi apa. Dia tak pernah
habis pikir dengan sifat kedua orang tuanya ini. Ia pun [erlahan berjalan
mendekati abu bekas embakaran kedua orang tuany itu. Lalu ia menaburkan
serpihan abu itu di atas tongkatnya.
CRIIING
“Eh?” Ochi kaget
ketika melihat tongkatnya bersinar. Memancarkan warna hitam dan merah. “Ini…
ah, aku mengerti sekarang! Terima kasih ayah.. ibu… aku akan menjaga tongkat
ini dengan segenap kekuatanku!”
Ochi pun berjalan
menuruni tangga, sambil tidak menghiraukan reruntuhan kastil yang hampir
mengenainya. Hingga ketika ia berhasil keluar dari Nowhersville, ia langsung
menghentikan langkahnya, sambil tak berpaling pada kastilnya yang sudah rata
dengan tanah itu.
“Hilang…” gumam Ochi
sambil menunduk dalam-dalam. “Sekarang, semua kenanganku sudah hilang.. aku
sendiri, tak memiliki siapa-siapa lagi..”
Ochi melirik sekilas
ke arah kastilnya yang sudah hancur lebur itu, “Sayonara…”
Agen Himitsu yang
berdiri bersama di depan Ochi yang tengah merenung itu hanya bisa merasa
sedikit kasihan. Tapi bagaimanapun juga, dia musuh. Kewaspadaan tetap nomor
satu!
Kini Ochi menatap agen
Himitsu yang ada di depannya. “Puas? Puas kalian sekarang? Puas kalian karena
telah menghancurkan kastilku? Puas kalian, karena telah membunuh kedua orang
tuaku? Hahaha, bagus. Sekarang, adalah giliranku! Hana!!”
TAP TAP TAP
Hana langsung berjalan
mendekati Ochi, dan melepaskan genggamannya dari Seiji.
“Eh? Hana!!” ujar
Seiji panik.
GREP
Ochi dan Hana pun saling
berpegangan tangan, dan kemudian, mereka pun mengangkat tangan mereka yang
bebas di mana sedang memegang tongkat, kemudian merapal mantra bersama, “Estoria lasefala!”
CRIIING
Hana dan Ochi
melepaskan pegangan tangan mereka, dan kemudian perlahan terbang melayang.
WHUUUSH!
Mereka langsung
terbang dengan cepat! Kemudian, saat mereka melewati agen Himitsu yang tengah
tercengang, mereka mengatakan sesuatu.
“Sampai jumpa di AWS,
pangeranku!” ucap Ochi yang kemudian terbang dengan cepat mendahului Hana.
“Sampai jumpaaa…” Hana
mengucapkannya dengan dingin, lalu terbang mengikuti Ochi..
Menuju AWS…
“SIALAN!!! Ayo cepat
bergegas!!” Seta nampak panik, lalu ia bersama agen Himitsu pun segera menuju
AWS tanpa basa basi lagi. Kini AWS benar-benar terancam, karena kekuatan Ochi
sudah bertambah!
*sementara itu…*
Langit di AWS juga
mendadak menjadi mendung. Agung, Lia, dan Hanamura yang tengah mengobrol di
kelas memperhatikan ada keganjalan pada alam.
“Kenapa? Apa yang
terjadi?” pikir Hanamura.
“Aku juga tak tahu…”
sahut Lia.
“Perasaanku tak enak…”
gumam Agung. Datar tentunya.
Di lain pihak, Riku
dan Kanou yang tengah melakukan eksperimendi lab juga merasa ada yang ganjal
dengan alam.
“Kenapa tiba-tiba
mendung?” pikir Riku bingung.
“Sepertinya akan… ‘hujan’…”
gumam Kanou serius.
Sementara itu, di
ruang guru Pak Shimichi, Pak Ryo, dan Satsuki tengah membicarakan nilai pelajaran
Satsuki yang agak menurun.
Namun pembicaraan itu
kontan berhenti akibat keadaan alam yang tiba-tiba berubah..
“Apa yang terjadi?”
pikir Pak Ryo.
“Aku baru tahu iklim
bisa mengalami perubahan begitu drastis..” ucap Pak Shimichi.
Satsuki menatap langit
dengan tajam, “Ada yang aneh…”
Di lain tempat, Tobi
yang tengah berlatih amefuto di lapangan juga melirik ke arah langit dengan
sama herannya. “Apa yang terjadi? Langitnya mendadak mendung… ah, sepertinya
aku memang tak harus percaya pada permala cuaca lagi.. hahahaha..”
Ochi dan Hana pun
akhirnya sampai tepat di gerbang AWS, dan mereka menatap AWS dengan wajah yang
sangat dingin serta aura kegelapan mereka menyeruak begitu kuat.
“Kita bereskan
sekarang, Hana…”
“Baik…”
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan