~*Hana-chan Proudly Presents*~
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*More Than Just Water By
Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor,
(slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual,
Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya
bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC,
slight yaoi and yuri*~
.
PSYUU~
BLEDAR!!
Ochi menembakkan
mantranya ke arah Seiji, namun…
CRING
Seiji membuat perisai
yang terdiri dari akar serabut (?).
Seiring dengan
berakhirnya mantra Ochi, perisai milik Seiji pun hilang.
“Kenapa?” Ochi
tiba-tiba bertanya.
“Eh?” Seiji heran.
“Kenapa kau rela
bertarung hingga mati hanya demi dia?”
“……”
“Kenapa kau rela
mengorbankan nyawamu sendiri yang justru lebih berharga daripada dia?!”
“…..”
“Jawab aku, bodoh!”
“…….”
“Apakah…. Apakah aku
selama ini tak pernah berharga di matamu?”
“…….”
“Kouji—“
“Jangan panggil aku
dengan nama itu! Namaku sekarang adalah Seiji!”
“Kalau begitu jawab
aku! Apa aku berharga di matamu?!”
“Tentu saja…”
“Hah?”
“Tentu saja kau
berharga… tapi… itu dulu…”
“Kenapa? Kenapa
Seiji?! Apakah sebegitu besarnya cintamu pada gadis ini?!”
“Aku tidak terlalu mencintainya….
Aku hanya SANGAT menyayanginya….”
“Dalam artian apa?”
“Maksudmu?”
“Kau menyayanginya…
sebagai apa? Kekasih kah?”
Seiji diam sejenak,
lalu menghela nafas, “Itu pun… aku tak tahu….”
“Hah? Bukankah kalian
sepasang kekasih?”
“Aku tak berani
menjamin… aku tak tahu pasti perasaannya padaku…. Apalagi dengan kondisinya
sekarang, dia semakin menutupkan pintu hatinya rapat-rapat untukku… maka dari
itulah…” Seiji mengangkat tongkatnya dan menodongkannya pada Hana, “aku akan
mencoba menyadarkan Hana kembali, dan memastikan perasaannya padaku sebelum
terlambat!”
“Hahaha! Bodoh kau!
Kenapa tak kau lakukan sejak dulu, hah?!”
“Itu bukan saat yang
tepat. Aku mencari saat yang tepat. Seperti… sekarang…”
“Sayangnya menurutku
ini bukan saat yang tepat.. karena kau juga sebentar lagi akan mati…”
“Aku tahu itu.. aku
tak akan sanggup melawan kalian berdua yang levelnya jauh berada di atasku… aku
tahu aku akan mati… tapi…. Setidaknya aku ingin disaat aku berada di ambang
kematianku, aku bisa melihat wajahnya untuk yang terakhir kali.. meskipun
senyumnya berbeda, asalkan itu ditujukan untukku, aku senang melihatnya….”
“Kau pasrah sekali.
Padahal semangat hidup dan bertarungmu sangat tinggi tadi…”
“Tadi aku memang
bodoh. Belum menyadari situasi dan kondisi. Tapi sekarang, aku sadar….”
“Baguslah!”
“Tapi, bukan berarti
aku tak memberikan perlawanan…” Seiji menyeringai.
“Sudah kuduga…”
“Well, shall we begin?”
“Sure!”
Maka pertarungan pun
kembali dilanjutkan!
~Puti’s Battlefield~
Keheningan terjadi
antara Puti dan Schyte. Setelah pertarungan Hiruma selesai, tak ada lagi yang
bersuara setelah itu. Pertarungan mereka pun mendadak berhenti sejenak.
Hingga akhirnya, Puti
memilih untuk angkat bicara. “Jadi…. Kau menyerah?”
Schyte hanya tersenyum
kecil namun dingin, “Menurutmu?”
“Tumben sekali kau
merespon kata-kataku? Padahal dari tadi kau hanya diam…”
“Aku mencoba untuk
mencairkan suasana. Seorang gadis tak suka dengan suasana canggung bukan?
Lagipula, ini mungkin akan menjadi momen terakhirmu dalam melihat wajahku dan
mendengar suaraku…”
“Yah, tapi mungkin
saja justru sebaliknya. Saat terakhir bagimu untuk melihat wajahku yang cantik
ini, dan saat terakhirmu juga untuk mendengar suara indahku ini!”
“Jangan banyak
berlagak kau! Dasar wanita!”
“Apa yang salah dengan
wanita? Menjadi wanita bagiku merupakan suatu anugrah!”
“Ya sudahlah, aku tak
peduli kau mau laki-laki atau wanita! Yang jelas, kita segera selesaikan
pertarungan ini!!”
“Ayo!”
Author sendiri sempat
bingung, kenapa juga mereka jadi membahas jenis kelamin?
Maka akhirnya, percakapan
jenis kelamin (?) itu diakhiri dengan sebuah pertarungan.
Puti menggerakkan
tongkatnya, dan mengucapkan mantra, “Heghuk blue tarap!”
BYUUUR
Tornado berupa air pun
muncul dari bawah kaki Puti, dan mengangkat Puti ke atas.
Schyte menyeringai,
“Jadi, kau tak mau bertarung di atas tanah? Baiklah…” Schyte pun melempar
tongkatnya, dan mengucapkan mantra, “Henge!”
BUFT
Tongkatnya berubah
menjadi sebuah sapu terbang. Schyte menaiki sapu terbang itu, dan mensejajarkan
posisinya di udara dengan Puti.
“Sekarang, kita
seimbang…” ujar Schyte.
“Hmph! Tidak buruk!”
Puti langsung mengayunkan tongkatnya lagi, dan mengucapkan mantra, “Jri p’amp’ushtnery!”
BYUR BYUR BYUR BYUR
Ribuan peluru air
menyerbu Schyte!
“Jangan remehkan aku!”
Schyte pun langsung menggerakkan tangannya, seperti menyuruh berhenti ala lima
kelebihan dari bank Da*amon (?).
Bertepatan dengan
gerakan tangan Schyte, maka peluru-peluru air milik Puti pun berhenti dalam
sekejap seolah waktu diberhentikan oleh Schyte!
“A-apa?!” Puti heran
bukan main.
“Hmph! Begini sajakah
kemampuanmu? Lemah!” Schyte langsung mengepalkan tangannya, dan…
BYURRR!
CLAK.. CLAK..
Peluru air itu hancur,
dan jatuh ke lantai sebagai serpihan yang menyerupai hujan di dalam ruangan.
Puti hanya bisa
ternganga. ‘Kalau begini terus, serangan jarak jauh tak akan pernah berhasil.
Aku tak mungkin bisa menggunakan elemenku saat ini!’ batin Puti kesal sambil
terus memikirkan beberapa strategi.
“Sudah selesaikah?
Begitu saja? Hahaha! Jangan mempermainkanku!” Schyte langsung menengadahkan tangannya
ke atas, dan…
BUFT
Sebuah gulungan kertas
muncul dan jatuh tepat di tangannya.
“Apa lagi sekarang?”
gumam Puti sambil terus meningkatkan kewaspadaannya.
SRET
Schyte langsung
membuka gulungan itu, dan…
BOFT BOFT BOFT BOFT BOFT
Lima belahan diri dari
Schyte muncul! Nampak terlihat seperti jurus seribu bayangan Naruto, hanya saja
ini menggunakan gulungan untuk mengeluarkannya, bukan lewat rapalan jurus.
Puti tentunya kaget
bukan main. “A-apa?! Bagaimana mungkin aku menghadapi mereka berenam?!”
“Puti!”
Puti menengok ke
sumber suara. Ternyata, teman-temannya yang sudah selesai menghadapi lawan
mereka masing-masing mulai masuk ke dalam kastil. Terlihat juga Hiruma sudah
mulai pulih dari luka-lukanya.
Inglid melirik Schyte.
“Oh Tuhan, kau menghadapi mereka berenam sekaligus?!”
“Tidak, bodoh!” Puti
nampak geram, mau sampai kapan Inglid polos seperti itu? “Aku menghadapi mereka
semua sendirian? Tidak sampai satu menit, pasti aku sudah habis! Hehehe!”
“Kalau begitu, kami
datang tepat pada waktunya, ‘kan? Kekeke…” kekehan Hiruma keluar.
“Iya, iya! Te-terima
kasih sudah datang!” Puti nampak membuang muka. Sepertinya, dia sudah mulai
agak tsundere.
Inglid bersiap dengan
tongkatnya, “Baiklah, daripada berlama-lama lagi, ayo—“
WHUSH!
Salah satu ‘Schyte’
tiba-tiba sudah berada di depan Inglid dan tentu membuat Inglid kaget dengan
mudah!
BUAGH!
‘Schyte’ itu langsung
menonjok pipi Inglid, hingga ia terpental cukup jauh dan menubruk dinding! Yang
lain otomatis sedikit menjaga jarak dengan Inglid dan ‘Schyte’.
Ketika Inglid masih
mencoba untuk bangkit, ‘Schyte’ langsung mencoba untuk menonjok Inglid lagi!
DUAK
Tonjokkan ‘Schyte’
tertahan oleh tongkat Inglid!
“Hehe, aku tak akan
terkena serangan yang sama lagi hingga dua kali!” Inglid menyeringai. ‘Tapi,
kenapa harus serangan fisik? Sudah tahu aku ini lemah dalam urusan fisik! Harusnya
Shujin-senpai yang menghadapi dia! Tapi sepertinya itu tak mungkin, nampaknya
dia sudah mengunci targetnya padaku!’ batin Inglid sebal.
Inglid masih terus
mengerahkan tenaganya agar bisa menahan dorongan tangan ‘Schyte’ dengan
tongkatnya.
“Tenanglah Inglid, aku
akan menyelamatkanmu!” Shujin berlari menghampiri Inglid, namun…
WHUUUUSH!
Angin kencang
tiba-tiba meniup Shujin ke sudut ruangan!
BRUK
Kontan Shujin pun
terbentur ke dinding.
“Senpai!” Inglid
nampak panik sambil masih terus berusaha menahan serangan ‘Schyte’.
Terlihat, di depan
Shujin, seorang ‘Schyte’ juga berdiri di depannya dengan tampang menyeramkan
dan mengeluarkan beberapa hembusan angin dari tangannya.
“Tch, merepotkan!”
gumam Shujin kesal.
“Sial….” Fuji mencoba
berlari menghampiri Shujin untuk menebaskan pedangnya pada ‘Schyte’. Setelah
dirasa cukup dekat jaraknya, Fuji pun mengambil ancang-ancang..
WHUSSSSH
CLEB!
“Hah?!”
Betapa kagetnya Fuji
saat ia menyadari bahwa pedangnya menancap pada sebuah batu yang
melayang-layang tepat di depannya!
“Kuso…” Fuji berbalik, dan mendapati ‘Schyte’ yang lain berdiri di
belakangnya, sambil terus mempertahankan tangannya yang mengatur terbangnya
batu itu.
Sementara di lain
pihak, Mizu nampak begitu waspada dengan ‘Schyte’ yang begitu pekat
menyeruakkan aura panasnya.
“Tak akan kubiarkan
kau!!” ucap Mizu yang kemudian membaca mantranya, “Chedana tusara!”
WHUSH!
Badai salju pun
tiba-tiba datang dan kontan membuat situasi menjadi sangat dingin!
“…..” namun ‘Schyte’
yang lain itu nampak tak bergeming sedikitpun. Ia hanya tetap diam di tempatnya
sambil tetap mengeluarkan aura panasnya itu.
Dan tak lama kemudian,
‘Schyte’ menyemburkan aura apinya ke seluruh penjuru ruangan di lantai dasar
kastil itu!
Kontan, semua salju
itu meleleh. Mizu nampak kaget, dan mencoba melawan kembali dengan mantranya
yang menghasilkan ribuan bola salju yang siap menyerang ke arah ‘Schyte’! namun
‘Schyte’ lagi-lagi melelehkan semua mantra Mizu yang terbuat dari salju itu.
CRING
‘Schyte’ memunculkan
pedang api di tangannya, dan mengarahkannya tepat pada leher Mizu.
Mizu hanya diam sambil
terus memikirkan beberapa cara untuk bisa lolos dari lawannya ini. “Bagaimana
sekarang?”
….
Hiruma masih tetap
diam di tempatnya. Ia memperhatikan satu ‘Schyte’ lagi yang belum menyerang.
Terlihat dari wajahnya, Hiruma nampak mencoba berpikir sejenak.
‘Pasti, yang terakhir
itu…’
WHUSSSH
BYURR!
Hantaman pistol air
yang begitu dahsyat, nyaris mengenai Hiruma jika saja dia tidak langsung menghindar!
Sepertinya Hiruma
mulai sedikit mengerti akan sesuatu dibalik mantra Schyte.
Schyte yang asli,
seolah tak mau salah satu diantara mereka menyadari kelemahan jurusnya,
langsung memunculkan satu gulungan lagi di tangannya yang lain.
“Mati kau!” Schyte
melemparkan gulungannya itu ke arah Puti, dan gulungan itu…
BOFT
Berubah menjadi sebuah
pedang yang melesat cepat ke arah Puti! Puti tidak diam saja,ia langsung
menghentikan jalannya pedang itu dengan menggenggamnya melalui tangan raksasa
yang terbuat dari air.
“Fyuh, nyaris saja…”
gumam Puti. “baiklah, sekarang giliranku!”
SRET SRET SRET
Puti menggerakkan
tangannya, seolah memberi perintah.
‘Dewi air, bantulah
aku!’ batin Puti penuh harap.
SRET
Puti menggerakkan
tangannya ke kiri.
SPLASH!
Sebuah tentacle air menampar tubuh Schyte yang
asli, hingga terlihat ia sedikit oleng dari sapu terbangnya.
SRET
Puti kembali
menggerakkan tangannya. Kali ini, ke kanan.
SPLASH!
Lagi, Schyte terkena
tamparan dari tentacle air milik
Puti.
Namun, ia masih belum
jatuh juga dari sapu terbangnya.
‘Belum selesai!’ batin
Puti.
SPLASH SPLASH SPLASH
Ia terus
menampar-namparkan tentaclenya pada
Schyte tiada henti. Puti saat ini hanya memfokuskan diri untuk menjatuhkan
Schyte dari sapu terbangnya dulu.
Sementara, itu…
DUAR BUGH
Mantra Inglid tengah
beradu sengit dengan ‘Schyte’.
“Rasakan ini!!” Inglid
melempar tongkatnya dan berkata, “Henge!”
BOFT
Tongkatnya berubah
menjadi sebuah senapan!
TREK
Inglid memposisikan
senapannya, dan…
DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR
Inglid menembakkan
semua peluru yang ada pada senapan itu, namun ternyata ‘Schyte’ berhasil
menangkis setiap peluru yang datang kepadanya hanya dengan tangan kosong!
“A-apa?! Vampire macam
apa dia ini?!” Inglid nampak kaget tak percaya.
DUAK
‘Schyte’ menonjok perut
Inglid, hingga membuat Inglid terbang ke atas dan sejajar dengan Puti yang
tengah menaiki tornado airnya.
Namun…
GREP!
‘Schyte’ bergerak
cepat, dan langsung mencekik leher Inglid tanpa ampun!
WHUSSSH!
Ia mendorong tubuh
Inglid ke tanah dengan keras, sambil tetap tak melepaskan cekikannya itu!
BRUK!
Inglid pun menabrakkan
punggungnya ke darat, dan terpaksa menahan sakit sambil terus berusaha
melepaskan cekikan ‘Schyte’ yang terus menguat.
“Aagh…” Inglid nampak
mulai kehabisan nafas.
“Inglid!” Shujin nampak
ingin sekali menolong gadis yang secara tidak langsung sudah ia anggap sebagai
adiknya ini.
Namun apa daya, Shujin
sendiri masih sibuk dengan ‘Schyte’ yang lain.
WHUUUUSH
‘Schyte’ menghempaskan
tangannya, dan keluarlah angin yang sangat kencang sehingga menghancurkan
beberapa tiang penyangga yang ada di kastil itu.
Shujin berinisiatif
untuk melindungi dirinya, daripada harus terbawa terbang oleh angin yang luar
biasa ganas itu.
Shujin meletakkan
salah satu telapak tangannya di atas keramik kastil yang nampak begitu mahal
itu, dan mengucapkan mantra, “Stone schild!”
DRRR!
Sebuah perisai batu
nampak melindungi Shujin dari tamparan angin itu.
Namun, sepertinya…
KREK!
Itu tak akan cukup.
Perisai batu itu
perlahan retak, retak, retak…
“Sepertinya, ini tak akan
bisa bertahan lama lagi! Tch…” gumam Shujin sambil memikirkan beberapa
strategi.
Lalu..
DUAAAR
Perisainya langsung
hancur berkeping-keping!
WHUSSH~
Shujin pun terbawa
oleh angin itu, dan..
BRUK!
“AAAGH!!” kepalanya
menabrak keras ke salah satu tiang penyangga, dan ia pun kontan jatuh pingsan.
BUGH
“Ugh!” ‘Schyte’ nampak
menginjak perut Shujin yang tengah terkapar di bawah tiang penyangga kastil itu
dengan keras dan tanpa perasaan.
“Senpai!!” Fuji nampak
berlari untuk menolong Shujin, namun terlambat!
‘Schyte’ yang
lain—yang sudah menargetkan Fuji di matanya—langsung mengangkat bebatuan yang
tadi dikeluarkan Shujin dengan satu tangan tanpa menyentuhnya. Ia menggerakkan
tangannya yang tengah ‘menggenggam’ batu itu ke arah Fuji dengan cepat,
hingga..
DUAK
Kepala Fuji terkena
pukulan dari batu itu! Berdarah? Tentu saja, mana mungkin ada yang tidak
terluka dan mengeluarkan darah saat kepalanya dilempari oleh batu dengan sangat
keras?
“Sialan kau!” umpat
Fuji kesal. Ia langsung mengelap darah yang mengalir deras dari kepalanya
dengan tangannya. Kemudian, ia berbalik ke belakang, tepat menghadap ke arah
‘Schyte’ yang lain yang sudah siap menembakkan bebatuan yang lain.
SRET!
‘Schyte’ langsung mengayunkan
kedua tangannya, dan menerbangkan (atau mungkin melemparkan?) bebatuan yang
sudah ia kumpulkan sedari tadi ke arah Fuji!
DUAK DUAK DUAK
PRANG PRANG PRANG
Terdengar suara dari
bebatuan yang satu persatu hancur akibat tebasan Fuji untuk menghindari dirinya
yang bisa saja terkena serangan batu itu kapanpun.
Bukannya Fuji takut
akan batu, tapi yang jadi masalah adalah, batu yang dikeluarkan ‘Schyte’ adalah
bebatuan yang sudah dibentuk seruncing mungkin. Terkena satu saja, habislah
riwayat Fuji.
Dan jika boleh jujur,
Fuji tak pernah mau mati di kastil menjijikkan bernama Nowheresville ini.
Namun sepertinya, Fuji
sempat lelah beberapa detik, dan dia pun lengah..
CLEB!
Batu runcing itu pun
menusuk perut sang pengendali Kuroma ini.
Fuji hanya terduduk
lemas sambil menahan sakit yang amat sangat menyakitkan.
TAP TAP TAP
‘Schyte’ berjalan
perlahan mendekati Fuji yang hanya bisa meringis kesakitan saat ini.
SRET
‘Schyte’ menodongkan
pedangnya yang terbuat dari batu runcing tepat ke leher Fuji.
“……” tidak, ‘Schyte’
tidak berbicara apapun. Hanya tatapan dinginnya lah yang keluar.
“Brengsek kau…” ucap
Fuji di sela-sela rasa sakitnya.
“Matilah…” pada
akhirnya, ia mengucapkan sebuah kata
pada targetnya ini.
Maka, ‘Schyte’ pun
perlahan mengayunkan pedang batunya…..
SRET!
CLEB!!
Sementara itu, Mizu
juga masih terus melayani ‘Schyte’ lain yang memiliki elemen api ini.
Mizu terlihat sudah
lolos dari todongan pedang api milik ‘Schyte’ itu. Ia sempat melompat sejauh
mungkin agar tidak terkena tebasan ‘panas’nya itu. Dan untungnya, Mizu berhasil
melakukan lompat-hindar itu.
Dan Mizu juga tak bisa
berbuat banyak. Setiap mantra yang ia keluarkan, pasti selalu bisa digagalkan
dengan mudah, mengingat elemn mereka berbanding terbalik. Satu-satunya yang
bisa Mizu lakukan hanya menghindar, dan menghindar.
Itu pun tak akan
bertahan lama, karena dengan menghindar saja, Mizu pasti sudah kelelahan karena
tenaganya terkuras bukan karena mantra tapi melompat kesana kemari.
…
Di lain pihak, Hiruma
dan ‘Schyte’ yang lain masih asyik bertarung satu sama lain.
TREK
Hiruma menyiapkan 20 flame yang siap ditembakkan tepat ke
arah ‘Schyte’ yang lain itu.
“Kekeke, biar
kupastikan beberapa hal di sini!” ujar Hiruma beserta kekehan setan singkatnya.
“…..” ‘Schyte’ itu tak
memberikan respon apapun. Hanya diam dengan tatapan dingin.
“Kekeke, bersiaplah!!”
WHUUSSH
DUAR!!
Api panas pun
menyeruak di lantai dasar kastil Nowheresville itu! Suasana semakin memanas.
Ada beberapa bagian kastil yang sedikit terbakar juga.
Namun…
‘Schyte’ menyemburkan
air dari mulutnya, yang kontan membuat ruang lingkupnya basah kuyup. Kemudian,
ia mengarahkan semprotan airnya tepat ke arah Hiruma yang tengah diam.
BYUURRR!
DUAK!
Hiruma pun terkena
semprotan airnya, dan terseret hingga menubruk dinding kastil yang terbuat dari
beton itu.
Hiruma segera mengelap
air yang membasahi wajahnya itu.
“Kekeke, sesuai
dugaanku!” Hiruma menyeringai dengan seramnya.
“Du-dugaan apa?” tanya
Puti sambi terus bersiaga. Takut Schyte yang asli menyerang.
“Ternyata, tiap
belahan diri sialan dari si vampire sialan itu sudah di program untuk
mendeteksi elemen dan kelebihan targetnya masing-masing. Setelah masing-masing
dari mereka menemukan target yang ada di depan mata mereka, mereka langsung
mencocokkan elemen masing-masing yang tentunya berbanding terbalik dengan kemampuan
targetnya!” jelas Hiruma panjang lebar.
Inglid terbelalak,
seolah menyadari sesuatu, “Ah, aku mengerti! Pantas saja vampire ini terus
menerus memfokuskan diri untuk menyerangku! Karena aku lemah dalam fisik, maka
ia terus mencoba membunuhku dengan kekuatan fisiknya yang justru berbanding
terbalik denganku!”
“Begitu juga Senpai Sialan,
Earphone Sialan, dan Salju Sialan!”
“Terus, bagaimana cara
kita mengalahkan mereka?” tanya Fuji.
Jika kalian bertanya
apakah Fuji jadi tertusuk pedang batu ‘Schyte’ maka jawabannya iya.
Iya, dia tertusuk,
namun telapak tangannya yang tertusuk. Ia sempat menahan tebasan itu dengan
telapaknya. Hingga terlihat, pedang batu itu menembus telapak tangan sang
pengendali angin ini.
Sakit? Tentu saja.
Tapi Fuji hanya bisa
menahannya, sambil berharap Hiruma punya sebuah ide cemerlang agar ia bisa
segera melenyapkan vampire palsu ini.
“Bagaimana
ini….Hiruma?” Shujin juga terlihat berusaha bangun dengan kondisi masih diinjak
oleh ‘Schyte’. Tentu saja ia tak mungkin bisa membangunkan seluruh tubuhnya.
Alhasil, ia hanya bisa mendongakkan kepalanya saja.
Hiruma masih terlihat
berpikir. Otak jeniusnya yang setara dengan Seiji nampak mencoba menyusun
beberapa program (?).
…..
“Hanya ada satu cara!”
Hiruma tiba-tiba bersuara, memecah keheningan.
“Apa? Cepat katakan!”
sahut Mizu tak sabar sambil terus menghindar dari tebasan pedang api milik ‘Schyte’.
Hiruma tampak melirik
Puti.
BLUSHED
“A-apa kau
lihat-lihat?!” Puti nampak sedikit salah tingkah.
“Kekeke, sebaiknya kau
segera fokuskan dirimu pada vampire sialan di depanmu ini!” ujar Hiruma sambil
menunjuk Schyte yang asli.
“Eh? Memangnya
kenapa?”
“Satu-satunya cara
untuk mengalahkan vampire sialan ini adalah, kau harus membunuh yang asli,
karena dia adalah sumbernya atau pusat pengendali para belahan diri sialannya
yang lain!”
“Ah, aku mengerti!
Pantas saja…” Puti melirik ke arah gulungan pertama yang masih Schyte genggam
hingga sekarang. “dia tidak melepaskan gulungannya yang pertama itu! Beda
halnya dengan gulungan yang berubah menjadi pedang tadi!”
“Kekeke, ternyata kau
cukup pintar untuk membuat kesimpulan!”
“Tch, jangan remehkan
aku!”
“Kalau begitu cepat
habisi dia, Ketua Basket Sialan!!”
“Jangan panggil aku
dengan nama itu!!”
Schyte langsung
menggerakkan tangannya, seolah memberi komando terhadap dirinya yang lain itu.
BOFT
Sapu terbang Schyte
menghilang, dan berubah kembali menjadi tongkatnya.
CRING!
Begitu juga Puti, dia
langsung menghilangkan tornado airnya yang tadi ia buat sebagai pijakannya di
udara.
“Apa yang akan dia
lakukan sekarang?” pikir Puti. Terlihat ‘teman-teman’ Schyte berkumpul kembali
dan mereka membuat posisi yang menggambarkan sebuah pola pentagram dengan
Schyte yang asli berada di tengahnya!
“Sayang sekali ya…”
Schyte akhirnya mengeluarkan suara. “rahasia dari mantraku sudah ketahuan.
Kurasa, waktunya membunuh mereka yang sudah menguak rahasia terbesarku ini!”
CRIIING
Muncul cahaya dari
pola pentagram yang dibuat oleh Schyte dan belahan dirinya itu.
Di lain pihak, Hiruma,
Inglid, Shujin, Mizu dan Fuji perlahan tapi pasti menghampiri Puti. Mereka
berusaha mempertahankan kerja sama mereka, meski mereka semua sudah terlihat
babak belur.
“Teman-teman, jangan
memaksakan diri…” Puti nampak berusaha mencegah.
“Tenang saja Put!”
Inglid mengedipkan sebelah matanya.
“Sudah tugas kami!”
tambah Mizu.
“Kita teman, ‘kan?”
Shujin tersenyum bijak.
“Teman harus saling
membantu!” sahut Fuji.
“Dan daripada kita
terus menerus saling memberikan support
sialan, lebih baik kita segera habisi si vampire sialan itu!” Hiruma
menyeringai. Dia juga sebenarnya ingin memberikan support. Tapi, hey! Kita bicara tentang seorang Hiruma di sini!
“Ayo!” Puti pun
mengangguk mantap. Dia yakin, teman-temannya pasti bisa!
BZZT BZZT
Nampak sebuah bola
cahaya berwarna hitam dan memiliki aliran listrik terbentuk dari pola pentagram
yang dibuat oleh Schyte dan belahannya. Sepertinya, sebuah hantaman bola petir akan
segera datang!
Tak mau kalah, Puti
pun langsung memohon kepada yang dia tahu itu siapa, “Dewi air, berikanlah
kekuatan padaku. Buatlah duniamu, hancurkan dunia kegelapan!”
CRIIING
Puti menengadahkan tongkatnya
ke atas, dan perlahan sebuah bola air raksasa terbentuk!
“Ugh!” Puti masih
terus berusaha menambahkan serta menaikan level kekuatan bola airnya itu.
SRET
“Eh?” Puti sempat
kaget. Ternyata Inglid berdiri di sampingnya, dan ikut menengadahkan tongkatnya
juga kepada bola air Puti.
CRING
Cahaya kuning keemasan
kali ini ikut menyelimuti bola air itu.
“Inglid…” jujur saja,
Puti terharu.
Inglid sendiri hanya
bisa tersenyum sambil tetap membantu Puti menambah kekuatan bola airnya.
Di lain pihak, ‘Schyte’
yang tadi bertarung dengan Inglid juga melakukan hal yang sama kepada dirinya
yang asli.
…
SRET
Kali ini Shujin juga
kut membantu. Ia berdiri di samping Inglid, dan menengadahkan kedua tangannya
ke arah bola air itu.
CRING
Cahaya berwarna
abu-abu pun muncul, ikut menyelimuti bola air itu bersama dengan cahaya kuning
keemasan milik Inglid.
Puti tersenyum simpul.
SRET
Fuji mengarahkan
pedangnya kepada bola air itu, sedangkan Mizu mengarahkan tongkatnya. Bersamaan
dengan itu, warna hitam dan ungu pun ikut berputar menyelimuti bola air
tersebut.
Dan semua itu di
akhiri oleh Hiruma yang berdiri di antara Puti dan Mizu sambil menengadahkan
senjata apinya ke arah bola air Puti.
DUAR
Hiruma menembakkan
senjatanya itu, namun karena elemennya dan Puti berbanding terbalik, maka api
yang dikeluarkan Hiruma pecah (?), dan berubah menjadi serpihan api kecil yang
berputar mengelilingi bola air yang sudah mantap untuk di lemparkan.
Bersamaan dengan itu,
nampak Schyte dan belahannya pun sudah selesai membuat bola listrik mereka.
“AYO TEMAN-TEMAN!”
perintah Puti agar segera melemparkan bola air mereka itu.
“SERAAANG!!” Schyte
nampak memberikan perintah juga.
Maka..
DUAAAARRR
Seiring dengan
dilemparnya kedua bola itu, benturan dan ledakkan dahsyat pun tak bisa
dihindari!
BUAGH BRUK DUAR
Ada yang terpental
hingga dinding, menabrak tiang penyangga hingga hancur, tersungkur di lantai,
dan lain sebagainya.
BOFT BOFT BOFT BOFT BOFT
Kelima belahan diri
Schyte hilang, bersamaan dengan hancurnya gulungan mantra Schyte.
Terlihat Schyte hanya
bisa diam tergeletak di atas lantai kastil dengan tak berdaya. Namun masih bisa
dipastikan dia masih memiliki nafas.
“Ugh…” Puti masih
mencoba berdiri untuk melakukan pukulan terakhir. Ia menodongkan tongkatnya
tepat ke arah Schyte, lalu mengucapkan mantra, “Porutaru ekspuresu!”
JRENG
Sebuah portal muncul
dari balik Schyte, dan keluarlah seorang wanita cantik yang mengenakan bikini
dengan motif sisik ikan berwarna turqoise serta rok nya yang tampak pendek dari depan, namun menjutai
panjang kebelakang memiliki warna yang senada dengan atasannya. Tidak, dia
tidak menggunakan alas kaki apapun. Kakinya yang jenjang dan mulus itu berjalan
perlahan keluar dari portal, dan menoleh kepada Puti.
Puti mengangguk dengan
sisa tenaga yang ia miliki. Wanita dengan rambut biru dan kerang sebagai ‘jepit’
rambutnya itu tersenyum dengan cantik, dan segera menggiring Schyte masuk ke
dalam portal itu. Schyte sempat memberontak, namun wanita itu membuatnya tak
berdaya dengan bisikannya di telinga Schyte yang entah apa itu, hingga membuat
telinga sang vampire mengeluarkan darah dan tak sadarkan diri seketika. Dapat dipastikan…
Gendang telinganya
hancur…
CRIIING
Seiring dengan
kepergian wanita itu ke dalam portal, portal itu pun hilang. Yang tersisa
hanyalah puing-puing bekas pertarungan mereka saja. Schyte sudah menghilang
entah kemana.
BRUK
Puti terduduk lemas. Ia
mencoba mengatur nafasnya.
CRING
Ia menyembuhkan
luka-luka yang ada pada dirinya dengan sisa tenaga yang ia miliki.
Ia menoleh ke arah
teman-temannya, nampak Inglid dan Mizu juga tengah memulihkan diri mereka
sendiri.
“Terima kasih, telah
membantuku…” ucap Puti di tengah acara menyembuhkan diri itu.
“Tak masalah…” Mizu
menyahut sambil menghampiri Fuji dan menyembuhkan luka-lukanya.
Inglid menghampiri
Shujin, dan menyembuhkan lukanya juga setelah ia merasa dirinya sudah cukup
pulih. Sambil memberikan sedikit energi pasa Shujin ia bertanya pada Puti, “Hey,
tentang wanita tadi…”
“Ada apa memangnya?”
tanya Puti bingung. Ia juga saat ini tengah memulihkan Hiruma.
Inglid melanjutkan
kata-katanya, “Dia.. siapa? Dia terlihat sangat cantik…”
“Benar juga…” Mizu merasa
tersadar, “wanita tadi siapa, Put?”
“Itu adalah sang Dewi
Air…” ucapnya sambil tersenyum.
“APA?!” sontak Inglid
dan Mizu kaget bukan main.
“D-dewi air
membantumu?” tanya Mizu tak percaya.
“Rasanya… tabu…” gumam
Inglid dengan sweatdrop-nya.
“Ugh..” ketiga lelaki
yang tengah mendapat pemulihan itu pun akhirnya terbangun.
“Aduh.. di mana aku?”
tanya Fuji sambil memijat kepalanya yang pusing.
“Kita masih di
Nowheresville.” Jawab Mizu.
Shujin juga bangun
sambil mencoba mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kastil, “Kemana
vampirenya?”
“Sudah tidak ada…”
Inglid menjawab.
Hiruma juga mencoba
bangun. Ketika ia melihat Puti di depannya, kontan ia mengeluarkan seringainya,
“Kekeke, kau tidak macam-macam pada badan sialanku ini selama aku pingsan
bukan?”
“Bodoh!” Puti membuang
muka sambil menyembunyikan semburat pink di wajahnya, “jangan berpikir
macam-macam!”
“Kemana vampire sialan
itu?”
“Sudah kumusnahkan…”
“Hebat juga kau! Kekeke!”
“Hmm, jika kau, Shujin-senpai,
dan Fuji tidak menyadarinya, berarti yang melihat Dewi Air tadi hanya aku,
Inglid dan Mizu ya?”
“Dewi Air?”
“Lupakan saja! Hihi…”
Puti nampak
mengedipkan sebelah matanya pada Inglid dan Mizu. Tanda bahwa yang tadi itu
biarlah menjadi rahasia para gadis.
Jika saja ketiga
lelaki itu tahu seperti apa penampilan sang Dewi Air itu, mereka pasti akan
selalu memperhatikan jurus andalan Puti itu tanpa berkedip sedikit pun.
Dan itu adalah alasan
kenapa Puti lebih memilih untuk merahasiakannya.
“Kenapa sih?” tanya
Hiruma, Fuji, dan Shujin heran melihat ketiga gadis itu hanya cekikikan.
“Rahasiaaa!”
*sementara itu*
~Arie’s Battlefield~
“Wanita cantik itu…
siapa? Seingatku itu bukan monster Darkness Hole?” pikir Arie sambil melihat ke
lantai di bawahnya.
“Kekuatannya berbeda…
penyihir macam apa dia itu?! Tch.. merepotkan…” gumam Kaori sebal.
“Heh! Sekarang kurasa
giliran kita untuk serius!”
“Yah.. kurasa juga
begitu!”
Arie mengayunkan
tongkatnya, begitu juga Kaori. Dan pertarungan Penyihir vs Vampire yang
meningkat satu level ini akhirnya akan di mulai!
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan