moshi-moshi, Hana kali ini mempublish beberapa episode cerita yang
didedikasikan untuk sebuah grup di facebook, yaitu Anime World
School.
Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~*Hana-chan Proudly Presents*~Pemeran-pemeran yang terdapat dalam kisah ini, adalah nick name dari para anggota grup. Dan cerita ini dibuat oleh saya, dengan nick name 'Hana' disini.
Termasuk kisah dan alurnya, semua request dari para anggota grup. Dan apabila kisah ini akan anda pakai, harap cantumkan situs ini. Terima kasih, dan selamat membaca..
.
~* A Random Anime Fanfiction*~
~*A Battle Between The Devils By Hana-chan*~
~*Rated: T semi M <gore and slight lemon!>*~
~*Genre(s): Adventure, Drama, Fantasy, Friendship, Humor,
(slight) Horror, Hurt/Comfort, Mystery, Parody, Romance, Spiritual,
Supernatural, Tragedy*~
~*warning! Gaje, abal-abal, typo bertebaran layaknya
bintang di langit (?), isinya campur-campur kaya gado-gado (?), OOC sangat, OC,
slight yaoi and yuri*~
.
~Hiruma’s Battlefield~
“Kuharap,
sekarang kita bisa sedikit lebih serius setelah sedari tadi hanya melakukan
pemanasan kecil...” ujar Prem dengan geram.
Seringai
lebar terpampang di wajah setan AWS itu, “Kau bisa bersenang-senang denganku
selama yang kau mau...”
TREK!
DUAAAR!
Hiruma menembakkan
senjata setannya (?) itu tepat ke arah Prem!
WHUUSH
Prem berhasil
menghindar dengan gagahnya (?).
“Kau bercanda?” tanya
Prem. “dari tadi yang kau lakukan hanya menembak dan menembak. Mana kekuatanmu,
hah? Hanya begini? Tahu begini, kuhabisi saja kau dari tadi!!”
“Kekekeke….” Hiruma
tertawa disertai seringai setannya yang khas, “kau hanya belum tahu saja,
Religi Sialan! Sebenarnya aku ini jauh jauh jauh jauh jauuuuh lebih baik
daripada kau! Kekeke!!”
“Tch, silahkan tertawa
sepuasmu! Yang jelas, aku akan membunuhmu dan tawa jelekmu itu sekarang juga!”
SREK!
Prem mulai membuka
kitabnya (?).
“Bersiaplah!” Prem
mulai membaca mantranya, “Nadel!”
Hiruma langsung
bersiaga.
Tiba-tiba, dari atas
langit, muncul hujan es namun es nya berupa es tajam khas gua jaman es (?).
“Sial!”
JLEB JLEB JLEB JLEB
Hiruma hanya bisa
melompat kesana kemari menghindari es dan sesekali menembakkan flame nya agar bisa melelehkan es nya
bila ia tak sempat menghindar.
Setelah hujan es itu
selesai, penderitaan Hiruma belum beres sampai di sana.
“Belum cukup!” Prem
kembali membaca mantra di kitabnya, “O, o
axioomatikos, dose mou dynamii to cheri sas , oste na piasei kai na katharisete
ton antipalo tou apo tis amarties tou!”
‘Itu mantra yang cukup
panjang..’ Hiruma sempat sweatdrop.
Dan tiba-tiba…
WHUSSSSH~
Tanahnya berubah menjadi
es! Tepatnya, tanahnya membeku!!
“A-apa?!” Hiruma
nampak agak panik dan kaget.
Lalu tak lama kemudian
sebuah tangan raksasa muncul dari bawah es nya dan—
GREP
—menggenggam tubuh
Hiruma dengan sangat erat hingga nampaknya Hiruma sendiri sulit bernafas!
“S-sialan!” Hiruma
mencoba memberontak sebisa mungkin.
“Hahaha! Belum
selesai!” Prem kembali membaca mantra, “O
axioomatikos tis , to soma tou eiche pagosei , kai echei katastrafei apo ti gi!”
KREK!
Hiruma merasa
jari-jari kakinya langsung terasa sangat dingin! Apa yang terjadi? Ternyata
Hiruma perlahan-lahan mulai membeku! Dan dirinya mulai sulit bergerak, ditambah
lagi sekarang esnya sudah membekukkan dia hingga lutut, dan genggaman tangan es
raksasa itu nampaknya belum mau melepaskan Hiruma begitu saja.
“Kekeke! Aku suka cara
bertarungmu yang tak segan-segan itu!” sempat-sempatnya Hiruma berkomentar.
“…” Prem hanya
memasang tampang dingin, sambil lanjut membacakan mantranya, “Adhikari O, i dayyam lo harshest sikusa ivvalani!”
WHUSSSH!
Ribuan tangan namun
yang kali ini ukurannya lebih kecil muncul dan melayang tepat di sekitar Prem
dan Hiruma! Sementara Hiruma semakin panik, karena seluruh kakinya sudah
benar-benar beku sekarang!
Prem mengangkat
tangannya dan berkata, “Serang!”
WHUSSH~
BUAK! BUGH!
Dua tangan melayang
tepat pada pipi dan perut Hiruma. Dan terus melayang yang lainnya tanpa henti
ke seluruh tubuh sang setan itu. Hiruma hanya bisa meringis menahan sakit, sementara
sekarang seluruh bagian tubuhnya yang bawah sudah benar-benar beku dan tak bisa
digerakkan.
Apa yang akan Hiruma
lakukan setelah ini?
*sementara itu…*
Fuji , Mizu, Shujin,
dan Inglid tengah dalam perjalanan untuk menghampiri tempat pertarungan Hiruma
dan Prem.
Fuji pun berinisiatif
memulai pembicaraan, “Hey, Inglid…”
Inglid merespon,
“I-iya?”
“Ada yang ingin
kutanyakan padamu..”
“Soal apa?”
“Soal kekuatan yang
baru saja kau dapatkan…”
“Kekuatan?”
“Apa kau tak
merasakannya? Ketika kau merasa ada energi baru yang sangat besar mengalir pada
tubuhmu, lalu kau membuka sebuah gerbang, dan keluarlah sebuah monster yang
bentuknya aneh!”
“Oh itu! Iya, aku
merasakannya! Dan syukurnya, aku masih dalam kondisi yang cukup sadar waktu
itu!”
“Berarti benar, kau
memiliki kekuatan yang sama denganku.”
“Memangnya, itu
kekuatan apa?”
“Aku juga tak tahu,
tapi sepertinya jika gagal bisa berakibat sangat fatal.”
“Sepertinya, itu
kekuatan yang berbahaya. Apa tidak apa-apa kita mempertahankan kekuatan ini?”
“Kurasa selama kita
tidak sembarangan menggunakannya, akan baik-baik saja. Lagipula, kita
melakukannya secara reflek waktu itu, ‘kan?”
“Iya sih..”
“Mungkin, kita memang
ditakdirkan untuk memiliki kekuatan tersebut…”
“Iya, sepertinya
begitu..”
Mizu ikut masuk ke
dalam pembicaraan, “Aku yakin, kekuatan itu merupakan kekuatan yang spesial!
Apa kau ingat apa yang dikatakan Seta-sama ketika membagikan kartu elemen pada
kita?”
Shujin menanggapi, “Oh
iya, waktu itu Seta-sama bilang bahwa ada beberapa diantara kita yang memiliki
kekuatan spesial. Dan pasti cepat atau lambat, akan ada yang langsung
mendapatkan kekuatan itu!”
Mizu berkomentar, “Dan
orang-orang yang sejauh ini sudah mendapatkan kekuatan itu adalah Fuji dan
Inglid!”
Fuji berpikir, “Apa
ini artinya, aku ini seperti kurang lebih ‘orang yang terpilih’?”
Inglid mengangguk,
“Sepertinya begitu…”
Fuji nyengir, “Keren!
Hahaha…”
Mizu menjitak Fuji,
“Dasar bodoh! Itu bukan hal yang patut dibanggakan!”
Fuji nampak berlinang
air mata dan meringis kesakitan akibat jitakan Mizu, “Huh, memangnya kenapa?”
“Kekuatan yang kau
dapat pasti efek sampingnya luar biasa berbahaya! Kau harus hati-hati!”
“Iya, iya… cerewet..”
Inglid dan Shujin
hanya bisa tertawa kecil.
*back to the war!*
Setelah kita
tinggalkan sejenak, nampak tangan-tangan yang menghajar Hiruma itu sudah habis,
dan seluruh badan Hiruma sudah babak belur juga sudah beku oleh es. Hanya
menyisakan wajahnya saja yang belum terbekukkan. Genggaman tangan raksasanya
juga nampak sudah hilang, namun dengan kondisi seperti ini Hiruma sudah tak
mampu bergerak lagi.
“Kekeke, cukup dingin
juga ya.. aku tak pernah merasa sedingin ini, karena di neraka tak pernah ada
AC…” Hiruma sempat-sempatnya mencoba membuat gurauan.
“Hmhmhm, kau harusnya
berterima kasih padaku..” Prem tertawa sinis.
“Aku tak pernah sudi
berterima kasih pada seseorang… kekekeke…”
“Sadar diri lah, kau
sebentar lagi mati karena kekuarangan darah dan kedinginan! Sebaiknya kau
membuat amal terakhirmu! Hahaha!”
“Kekekeke! Kau
benar-benar berpikir aku akan mati di sini? Kekekekekekeke!!! Lucu sekali kau
ini! Kekekeke!!”
“Hentikan tawa jelekmu
itu! Benar-benar memuakkan!”
“Siapa peduli? Ini
tawaku, jangan banyak protes! Kekekeke!!”
“Baik, baik, aku
mengerti ini tawa terakhirmu, jadi kupersilahkan kau tertawa sepuasnya..
hahaha!”
“Tch…” Hiruma ingin
sekali mengepalkan tangannya, karena ia merasa harga dirinya terinjak-injak di
depan musuhnya, namun apa daya, tangannya sudah beku, tak bisa digerakkan lagi.
“Dan kau berani
menyandang gelar seorang setan sejati pada dirimu yang begitu lemah itu? Hah?
Hahaha! Jangan bercanda, kawan! Yang justru sebenarnya setan di sini adalah
aku! Oh tapi setan dan iblis itu berbeda ya? Ah, aku tahu! Mungkin aku sudah
memegang dua gelar sekaligus! Setan dan iblis! Hahaha!” Prem kembali
mengompori.
“Diam kau!”
“Apa? Seorang manusia
biasa memintaku diam? Punya derajat seberapa tinggi kau? Hah?!”
“Diam kau, Religi
Sialan!”
“Jangan berani kau
memanggilku dengan nama rendahan seperti itu! Aku lah yang memiliki sinar
paling menonjol di mata dewa! Dan kau.. kau sejak awal sudah tak memiliki masa
kejayaan lagi! Hahaha!!”
“Apa yang kau
bicarakan, hah? Kau benar-benar berpikir aku ini setan yang diutus oleh dewa?
Kekeke, jangan buat aku tertawa, bodoh!”
“Kau sendiri yang
bilang padaku bahwa kau ini setan! Aku tak pernah menganggap perkataan
seseorang itu main-main..”
“Kekeke, bicara soal
derajat ya? Hmm…” Hiruma nampak berlagak berpikir serius, padahal melihat
kondisinya sekarang ini dia nampaknya tak akan mungkin masih bisa berpikir
jernih—seluruh tubuhnya sudah beku, tinggal mata, hidung, dan mulut—“Ah,
mungkin memang benar, derajatmu lebih tinggi daripada aku saat ini. Tapi jika
kita bicara soal harga diri, aku rasa harga diriku masih jauh lebih baik
dibanding dirimu! Kekeke!”
“A-apa katamu?!”
“Kau tak pernah
memikirkan tentang betapa pentingnya harga diri seorang setan, bukan? Yang kau
pikirkan hanyalah tingginya derajatmu di mata dewa! Setinggi apapun derajat
yang kau miliki, kau tetap rendahan karena tak punya harga diri!”
“Apa katamu?! Jangan
sembarangan menilai seseorang menurut persepsimu sendiri!”
“Aku tak sembarangan,
aku berbicara fakta di sini. Dan itu sebenarnya sudah kusadari meskipun aku
baru dua kali bertemu denganmu! Kekeke…”
“Jangan sok pintar kau
jadi orang! Beraninya kau mempermainkan seorang petinggi dewa sepertikuuu!!”
CRIIING
Terlihat bola mata
Prem berubah menjadi biru gelap, dan terdapat lambang pentagram tepat di matanya!!
“Kekekeke, akhirnya
aku berhasil memancingnya!” Hiruma menyeringai misterius.
“Jangan pernah kau…
sekali lagi, berani menghina seorang petinggi sepertiku!”
SREK!
Prem membuka kitabnya.
Tak tanggung-tanggung, langsung pada halaman yang terakhir! Dia pun membaca
mantranya setelah menarik nafas sejenak—matanya masih bermunculkan lambang
pentagram—“Wahiai devudu, naku mi goppa balalu appiccu!”
CRRIIING
Kitab milik Prem
bersinar, dan kemudian sinarnya perlahan membesar!
Semakin besar, besar,
dan terus membesar, hingga membuat sebuah bentuk.
Hiruma mencoba
menerka, berubah menjadi apa kitab itu. Dan ternyata..
Itu adalah…
“Seekor naga es?!”
Hiruma nyaris berteriak ketika melihat kitab itu berubah menjadi seekor naga
raksasa yang terbang ke sana kemari!
“Aku tak akan pernah
mengampunimu, manusia biadab!!” Prem langsung mengayunkan tangannya, seperti
memberikan perintah pada naga itu.
WHUUSSSH~
“GROAA!” naga itu
langsung maju dengan kencang menghampiri Hiruma dan tanpa segan-segan—
BUAK!
—langsung menubruk
Hiruma hingga ia terpental dan es nya hancur berkeping-keping!
BRUK
Hiruma pun terjatuh
akibat terpental oleh naga tadi. “Keh… rencana sukses! Kekeke, akhirnya aku
bisa lepas juga dari perangkap si Religi Sialan itu!”
“Rasakan lagi ini!!”
Prem kembali memberi perintah pada naga itu.
“GROAA!”
WHUUSH~
Naga itu pun menyemburkan
nafas es nya tepat pada Hiruma!
KREK
Hiruma mencoba
melawannya dengan mengadu kekuatan api pada bazookanya, “Kekeke, rasakan ini!!”
DUAAAR!
Hiruma langsung
menembakkan bazooka miliknya dan kedua elemen yang saling berbeda satu sama
lain itu saling berbenturan dengan sengit!
“Tch, aku menyesal
sudah memberikan perintah seperti itu pada Aoma!” sesal Prem.
“Aoma? Jadi nama naga
sialan itu Aoma? Kau memberikan nama yang cukup jelek untuk naga keren seperti
dia! Kekeke!” Hiruma terkekeh dengan puas sambil terus mempertahankan serangan
bazookanya.
“Jangan menghina nama
para monster Darkness Hole!”
“Darkness Hole?”
“Apa kau tak pernah
tahu? Hah! Ternyata otakmu itu tak ada apa-apanya!”
“Baik, baik, aku tutup
keingintahuanku tentang monster Darkness Hole itu! Karena bagiku yang
terpenting saat ini adalah mengantarkanmu pulang ke neraka! Kekeke!”
BLEDAR!
Kedua elemen yang
berbeda itu akhirnya menciptakan sebuah ledakan yang cukup besar saat benturan
cukup sengit itu berakhir!
Hiruma pun terpental
cukup jauh, begitu juga Prem.
Terlihat Hiruma sudah
cukup terluka agak parah, namun Prem baru mendapatkan memar sedikit. Mereka
berdua pun kembali bangkit dengan senjata masing-masing.
“Kekeke, kau lumayan
hebat juga!” ‘puji’ Hiruma.
“Kau juga. Sebagai
orang yang menahan serangan nagaku hanya dengan bazooka, kau cukup kuat..” Prem
tersenyum sinis. “tapi sayangnya, kehebatanmu itu tak akan bertahan lama!”
Prem kembali memberi
perintah pada naga itu.
SRET!
Naga itu agak
mendarat, dan Prem naik ke atas kepala naga raksasa itu.
Kembali Prem
mengayunkan tangannya, memberi perintah, “Serang!”
“GROAAA!”
WHUUSH
Naga itu meniupkan
duri-duri es! Dengan jumlah yang banyak itu, tentu Hiruma tak akan bisa
menghindar lagi…
Menangkis pun
nampaknya tak mungkin..
Apa yang akan dia
lakukan?
SRET!
PRANG PRANG PRANG PRANG PRANG!
“Aku tak pernah
melihat ada setan selemah kau, Hiruma…”
“Fuji?”
“Fyuh, untung aku dan
pedang tercintaku datang dengan cepat…”
Terlihat Fuji
mematahkan semua duri es itu dengan tebasan pedang andalannya yang super cepat
itu. Dan tentu dia sudah berdiri di depan Hiruma dengan pose gagahnya yang
kontan membuat Hiruma sebal.
“Fuji, kau tak apa?”
Mizu terlihat berlari bersama Inglid dan Shujin di belakangnya.
“Aku tak apa sayang!
Hehehe…” Fuji cengar cengir.
Mizu melirik ke arah
naga milik Prem, “Ya Tuhan, besar sekali!!”
Inglid hanya bisa
menganga, sedangkan Shujin ikut berkomentar, “Kelihatannya kuat sekali…”
“Hoo, muncul bantuan
ya…” gumam Prem. “tapi percuma, itu tak akan berpengaruh apapun!”
Prem kembali mengayunkan
tangannya, dan naga itu kembali bergerak!
WHUUSSH
Naga itu menukik tajam
ke arah Shujin, Inglid, dan Mizu!
SRET SRET SRET
Namun mereka berhasil
menghindar. Tapi tak lama kemudian…
“GROAA!”
Naga itu kembali
menghembuskan nafas es berdurinya pada Mizu, Fuji, Shujin dan Inglid!!
“Sebagai sesama elemen
berunsur dingin, jangan remehkan aku!”
ujar Mizu yang kemudian menggunakan tongkatnya dan membaca mantra, “Aspida tou chioniou!”
CRING!
Muncullah perisai yang
terbuat dari salju raksasa yang luar biasa besar!
Namun…
CLEB CLEB CLEB CLEB!
Duri es itu menancap
pada perisai Mizu, dan karena menahan beban terlalu berat…
SREET
perisai itu jatuh,
dan….
“Aaaagh!!”
BRUGH!
menindih Mizu!
“Mizu!!” Inglid
mencoba menolong Mizu dengan sihirnya, namun—
PSYUUU
CLEB CLEB
Duri es itu menancap
tepat di lengan baju Inglid, hingga Inglid kontan tak bisa bergerak! “Aaaah,
lepaskan akuuuu!!” rengek Inglid.
“Tunggulah
pertolonganku, Inglid!” Shujin segera
berlari menghampiri Inglid, namun ternyata Prem sudah memberi perintah lebih
dulu pada naga itu untuk—
“Senpai!”
KREK!
—membekukan Shujin! Shujin
pun kontan tak bisa bergerak sekarang!
“Oh tidak,
Shujin-senpai!” Fuji sekarang mulai panik.
Namun Prem kembali
memberi perintah untuk—
GREP!
—membuat tangan es
raksasa sama seperti Hiruma sebelumnya agar Fuji tak bisa bergerak sama sekali.
“Sial!!” gerutu Fuji.
GREP
Hiruma menggenggam
bazookanya erat.
“Lihat! Percuma ‘kan? Kubilang
juga apa! Hahaha!” Prem tertawa dengan kerasnya. Ledekannya sangat terasa.
Hiruma merasa hatinya semakin panas.
“Cih! Sudah cukup!! Aku
malas melihatmu mempermainkan teman-temanku seperti ini!!” ujar Hiruma yang
kemudian melempar bazooka nya tinggi-tinggi ke langit hingga bazookanya tak
terlihat entah kemana.
GLUDUK GLUDUK
BLEDAR BLEDAR!
Gemuruh mendadak terlihat,
awan berubah menjadi hitam, cuaca mendadak mendung, petir saling berlomba untuk
menyambar bumi.
Hiruma menyeringai
dengan seramnya.
“A-apa yang tejadi? Seingatku
tadi cuacanya bagus sekali?” pikir Prem bingung sambil terus memperhatikan
langit hitam diatas sana.
“Kekeke, sudah
kubilang berulang kali, Religi Sialan…” Hiruma berkata sambil mengambil tongkat
hitam berpermata merahnya yang tiba-tiba muncul dan melayang tepat di
sebelahnya. “aku ini jauh jauh jauuuh lebih baik daripada kau! Kekeke!!”
Sontak Fuji, Inglid,
Mizu, dan Shujin kaget.
Sambil terus berusaha
melepaskan diri, Fuji berpikir, “Berarti, itu adalah tongkat asli Hiruma?”
Mizu ikut berkomentar,
“Jadi wujud bazookanya yang sebenarnya juga adalah tongkat itu? Sama seperti
kita dong?”
Inglid agak heran, “Tapi
kalau begitu, kenapa tidak dari dulu saja dengan tongkat? Kenapa harus senjata
api? Apa artinya ini?”
Shujin hanya bisa
diam, tak berkomentar apa-apa karena tubuhnya beku, namun satu hal yang ia
pikirkan, ‘Dari auranya, dia terlihat berbeda… cara menatapnya yang sangat
sinis itu menandakan dia sangat kesal pada seseorang..’
TREK
Hiruma mengangkat
tongkatnya, dan kemudian membaca mantra, “Fuela ,
Akama!!”
“GROAAAA!!”
“A-Akama?!” Prem
sontak kaget, “j-jangan-jangan—“
CRING
Pentagram muncul di
mata Hiruma, menambah aura setannya yang seram semakin menyeramkan.
WHUSSSSH
Seekor naga api
berwarna merah merekah turun ke bumi dari atas langit!
Prem menganga dengan
lebarnya, “A-apakah benar yang kulihat ini? Ternyata… Akama.. naga kembaran
dari Aoma, sang adik, ada di tangan si setan itu?!”
Hiruma berkekeh ria
sambil menaiki Akama, “Maaf saja, aku akan mengalahkanmu sekarang juga!!”
Hiruma mengayunkan tongkatnya, lalu mengucap mantra, “Ekrixeis drakos fotia!”
“GROAAA!!”
WHUSSSSH
Akama langsung
menyemburkan apinya tepat ke arah Aoma dan Prem! Namun tentu Prem tak tinggal
diam, ia langsung memerintah Aoma juga untuk menyemburkan es nya ke arah api
Akama!
DUAAR
Terjadilah benturan
dan ledakan keras antara pertempuran Akama-Hiruma dan Aoma-Prem!
“Mereka serius? Maksudku,
kenapa bisa kebetulan begini?!” Inglid nampak tak percaya, “Prem tadi bilang
kalau Akama itu adalah adik kembarnya Aoma? Berarti antara Hiruma dan Prem juga
punya ikatan darah? Dan apa ini artinya, Hiruma juga merupakan vampire?!”
Mizu dan Fuji sweatdrop dengan sukses, “Tentu tidak,
Inglid…”
Mizu berusaha
berkomentar sambil terus berusaha bangun dari tindihan perisainya, “Yang kembar
itu hanya naganya, sedangkan Prem dan Hiruma jelas tidak kembar lah…”
Fuji juga masih
berusaha lepas dari genggaman tangan es Prem, “Iya… kurasa apa yang dikatakan
Mizu itu—ugh—benar… sial, benda ini keras sekali! Terlebih lagi…” Fuji melirik
ke arah Shujin yang masih dalam pose yang sama karena beku. Fuji sweatdrop kembali, “Aku turut prihatin
pada Shujin-senpai…”
Inglid hanya bisa
memperhatikan pertarungan Hiruma dan Prem yang ada di atas langit sambil terus
berusaha melepaskan diri dari duri es milik prem yang menancap di lengan
bajunya, “Berjuanglah, Hiruma!”
…
Hiruma nampak sudah
kelelahan. Semua mantra dan jurus serta serangan fisik sudah ia keluarkan. Begitu
juga dengan Prem.
“Hanya tinggal satu
jurus lagi…” gumam Prem dan Hiruma. Ingat, Aoma dan Akama kembar, jadi jurus
mereka sama, hanya yang membedakan adalah mantranya dan elemennya.
SRET
Hiruma mengangkat
tongkatnya.
SRET
Prem mengangkat
tangannya.
Mereka berdua mengucap
mantra, “Pulii tou thanatou!”
Mizu, Fuji dan Inglid
berkata, “MANTRA MEREKA SAMA?!”
CRING
Gerbang emas berbentuk
pentagram muncul tepat di depan mereka. Sekarang adalah tergantung pada akama
dan Aoma, siapa yang dapat menarik Hiruma atau Prem lebih dulu ke dalam gerbang
itu.
Tanpa diberi perintah,
Akama dan Aoma langsung bertarung satu sama lain!
Sontak Hiruma dan Prem
merasa kaget, karena naga mereka tak terkendali!
“O-oi, Aoma! Kenapa kau!?”
Prem pun oleng, dan jatuh ke tanah!
“Akama! Hentikan!!”
sama dengan Prem, Hiruma pun jatuh ke tanah karena oleng.
“GROAAA!!” ujar Aoma.
“GROAAA!!” teriak
Akama.
…
a/n: butuh translate? Here
goes~
“Setelah sekian lama,
akhirnya ada orang yang bisa membantu kita membukakan gerbang ini! Ayo,
sekarang kita segera akhiri perkelahian kita selama ini! Dan kita bawa salah
satu majikan kita yang memiliki hati kotor!!”
“Baik, tapi
pertama-tama, akan aku bereskan dulu kau!!”
Hoho, author berbakat
jadi translator bahasa naga sepertinya.
…
DUAR WHUSSH BUGH DUAGH BLEDAR!
Berbagai suara timbul
akibat perkelahian antara Aoma dan Akama.
Hingga akhirnya—
“GROAAA!!!”
BUAGH!
Akama memukul Aoma
dengan ujung ekornya, hingga Aoma terpental dan…
BRUGH!
Jatuh ke tanah hingga
membuat lubang yang besar!
WHUSSH~
Akama langsung
mengikat Aoma dengan ekornya, dan mengambil Prem dengan tangannya.
“A-apa-apaan ini?! Hentikan!
Lepaskan aku!! Hey, Aoma bodoh, bangun kau!! TIDAAAAAKK!!” Prem berusaha
memberontak saat tubuhnya tak bisa bergerak gara-gara genggaman erat Akama.
KREEEEEK~
Gerbang pentagram itu
mulai tertutup seiring dengan masuknya Akama, Aoma, dan Prem.
Hingga…
BLAM
Gerbang itu tertutup
dengan sempurna.
CRING
Gerbang tu pun
menghilang begitu saja.
Langit juga nampak
perlahan kembali menjadi normal lagi, cuaca kembali membaik.
“Akama…” gumam Hiruma,
yang kemudian…
BRUK
Ia pun terjatuh dan
tergeletak di tanah. Tongkatnya pun perlahan berubah kembali menjadi senjata
apinya.
“Hiruma!” sahut Fuji,
Inglid, dan Mizu bersamaan.
CRIING
Perlahan semua sihir
seperti duri es, bekunya Shujin, perisa Mizu, dan tangan es mulai hilang.
Mereka berinisiatif
menolong Hiruma. Inglid membantu menjernihkan emosi dan pikiran Hiruma,
sedangkan Mizu mengobati luka fisik Hiruma.
“Senpai…” Fuji memulai
pembicaraan.
“Hm?” sahut Shujin.
“Bagaimana rasanya
terjebak di dalam bongkahan es dan
menjadi beku?”
“Hah?! U-untuk apa kau
mempertanyakan lagi hal seperti itu, hah?!”
“Haha, ya kupikir
pasti asik sekali, mengingat kau hanya diam dan tak melakukan apa-apa!”
“Urusai yo!! Kau pikir
aku tidak kedinginan di dalam sana, hah?!”
“Kau punya badan yang
cukup kekar untuk menahan dingin, bukan? Kalau begitu untuk apa selama ini
otot-ototmu itu, eh? Hahaha!!”
“BERHENTI MELEDEKKU!!”
“Hahaha…” Inglid dan
Mizu hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah Fuji dan Shujin.
*Sementara itu…*
~Kastil; Puti’s side~
“Sugoi.. Hiruma
benar-benar hebat!” gumam Puti d tengah pertempurannya dengan Schyte.
“Sepertinya, aku sudah
kehilangan seorang partner…” pikir Shcyte.
~Kastil; Arie’s side~
“Aoma dan Akama? Waw,
ternyata ada salah satu vampire yang bisa mengeluarkan monster Darkness hole
juga ya?” pikir Arie heran.
“Hahaha! Prem adalah
salah satu anggota kerajaan yang cukup kuat, tahu!” tegas Kaori.
~Kastil; Seta’s side~
“Sial....
Situasi semakin sulit dikendalikan!” pikir Seta geram. Melihat Hiruma juga
ternyata bisa mengeluarkan monster Darkness Hole yang terlarang itu.
“Yah, tapi aku yakin, cepat atau lambat, semua pengikutmu itu pasti bisa
menghabisi semua anggota kerajaanku.. dan pada akhirnya, aku yang harus pergi. Tapi,
itu hanya akan menjadi mimpimu belaka! Hahahaha!!” tawa Yogi membahana di
istana itu.
“Tch…”
~Kastil; Seiji’s side~
Terlihat bekas
perkelahian di sana sini bekas Seiji, Hana, dan Ochi.
Mereka bertiga sendiri
nampak mulai lelah sedikit demi sedikit.
“Apa yang tadi itu? Naganya
besar sekali… “ pikir Hana sambil tetap berusaha waspada.
“Kuharap Hiruma
baik-baik saja..” gumam Seiji. “Selain itu, aku juga sudah lelah bertarung
dengan kalian. Mungkin sebaiknya aku bunuh diri saja…” Seiji sempat-sempatnya
memasang wajah bodoh andalannya.
“Jangaan!” Hana reflek
melarang Seiji.
“Eh? Kenapa? Kau takut
kehilanganku ya? Hahaha!” Seiji merasa, sepertinya jiwa Hana yang asli perlahan
mulai kembali.
“Tidak! Maksudku,
pertarungan ini akan sia-sia, jika kau bunuh diri begitu saja. Tak akan seru!”
Hana menodongkan tongkatnya.
Ochi perlahan mulai
geram, karena Hana perlahan mulai kembali seperti semula, “Daripada
berlama-lama lagi, sebaiknya kuakhiri sekarang jugaaa!!”
PSYUU~
BLEDAR!!
~*TO BE CONTINUED*~
.
Keep Spirit Up!
Hana-chan